Onci alias Fahrurrozi, cowok yang dibesarkan dilingkungan penuh religi, ia pun alumnus sebuah Pondok Pesantren. Harapan kedua orang tuanya kelak ia menjadi pewaris tunggal sekolah pendidikan agama yang sudah dirintis kedua orang tuanya. Namun kenyataannya berbalik, Onci memilih profesi di dunia entertaiment, dan menjadi perselisihan antara dirinya dengan Abah dan Umi.
Terlebih Onci diam-diam menjalin hubungan dengan seorang gadis keterunan Tionghoa, anak seorang pengusaha dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang begitu ta'at dengan keyakinan yang berbeda dengan keluarga Onci. Gadis itu bernama Dhea.
Gadis itu berprofesi sebagai seorang dancer profesional, yang Onci kenal dalam sebuah event yang ia selenggarakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Haramkah Wanita Katakan Cinta?
Hampir saja identitas keimanan Dhea terbuka, akibat kecerobohannya. Yang lupa melepas gelang dengan simbol salibnya. Namun segera dapat di atasi oleh mereka.
Ustadz Burhan pun kembali menemui Nabila, yang duduk termenung.
"Kenapa lagi Bila?"
"Justru aku yang mau tanya sama ustadz, kenapa lagi dengan mereka?"
"Maksud kamu Ustadz Fahrurrozi dan calon istrinya itu?"
"Calon istri? Maksud ustadz mereka mau menikah?"
"Dengar kabar angin sih begitu, tapi namanya juga takdir manusia kan Allah yang atur semua,manusia hanya berencana saja bukan?"
"Iya sih stadz."
"Selama belum datang undangan di tangan, selama belum ada janur kuning melambai di depan rumah, dan selama belum ada uang muka bayar tenda, harapan itu masih ada kan. ha-ha." Canda Ustadz Burhan nenyingung Nabila yang sedang dibakar api cemburu.
"Entah lah Stadz, dari mesrahnya mereka dan kedekatan Dhea dengan keluarga Kiai semakin membuat Bila pupus harapan."
"Jangan psimis seperti itu Bila, semuakan harus tunduk juga sama ketentuan Tuhan. Dan pasti kamu bisa lebih dekat dengan Ustadz tampan itu sebentar lagi."
"Ah Ustadz Burhan hanya menghibur Nabila saja."
"Loh kok menghibur?! Liat saja nanti."
Ustadz Burhan berencana ingin satukan Nabila dengan Onci dalam satu kepengurusan pemugaran madrasah, dengan meminta kepada abah haji untuk menjadikan Nabila sekertaris, dan pastinya Onci akan menduduki jabatan ketua pelaksana. Dengan begitu mereka akan terus intens komunikasinya.
"Ane tidak lagi menghibur ente, dan insyallah pasti akan bertemu dalam satu meja dan ente bisa tunjukan perhatian lebih. Sehabis acara ini akan ada rapat, kemungkinan besok ane jadwalkan dan minta waktu kiayi."
Nabila pun hanya tersenyum, merasa bahwa Ustadz Burhan mendukung hubungannya dengan Ustadz Fahrurrozi. Dan sehabis selesai merapihkan sisa acara tabligh, Ustadz dengan janggut panjang itu akan membicarakan hal ini kepada Kiayi, yang tak lain Abah.
"Assalmu'alikum Kiayi, bagaimana besok kita jadwalkan rapat pembentukan petugas dan pengurus pemugaran serta pemugaran madrasah, mengingat pembangunan ini butuh konsentrasi dan akan memakan waktu yang cukup lama." Di depan gadis itu Ustadz Burhan menghungi Abah Kiai.
"Iya Bur, ente atur yah? Sekalian hubungi Ozi dan siapa saja yang akan kita libatkan dalam pembangunan." Suara penuh wibawa itu terdengar dari balik speaker handphone.
"Nabila ane undang juga yah Kiayi, untuk kita tunjuk jadi seketaris. Ustadz Ozi kita tempatkan sebagai ketua pelaksana, bagaimana kiayi?"
"Ane setuju aja, tapi nanti kita bahas dengan anggota lain. Bagaimana keputusan bersama saja."
"Siap kiayi. Assalamu'alikum."
"Walaikum salam." Tutup pembicaraan mereka.
Di depan Nabila Ustadz Burhan menghubungi Abah Kiayi. Untuk memastikan bahwa apa yang diucapkan Ustadz Burhan itu benar dan tidak mengada-ada.
"Nabila liat sendiri kan? Kalau ane tidak bohong."
"Terimakasih stadz." Nabila tersenyum.
"Sama-sama, jangan psimis siapa tahu ente jodoh sama ustadz Ozi."
"Tapi sebenarnya salah nggak sih stadz kalau seorang wanita lebih dahulu mengungkapkan perasaan cintanya pada pria?"
"Dalam Islam juga tidak ada larangan yang melarang, seorang perempuan mengungkapkan perasaan kepada lelaki idamannya. Bahkan di masa lalu, juga banyak para perempuan yang mengungkapkan perasaannya kepada Rasulullah Saw supaya dinikahi oleh beliau." Jelas Ustadz Burhan.
"Salah seorang sufi perempuan yang bernama Fathimah an-Naisaburiya, juga pernah mengungkapkan perasaannya kepada seorang lelaki, yang kemudian menjadi suaminya." Ustadz Burhan cukup paham dengan pemahaman umum tentang Islam.
"Islam tidak melarang jatuh cinta, ataupun mengharuskan yang mengungkapkan perasaan haruslah lelaki duluan. Perempuan juga berhak mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu kepada lelaki yang dicintainya, dengan ketentuan cara penyampaiannya baik dan sopan, serta tidak didasari hawa *****. Akan tetapi karena benar-benar degan niatan baik dan mencintai karena Allah SWT.Karena melalui cintalah, seorang hamba bisa mendapatkan cinta dari Allah SWT."
"Tapi kan ustadz tahu, kalau Kak Onci punya calon."
"Selama penyampaian itu baik dan sopan, tetapi ane kembalikan lagi ke Nabila untuk mempertimbangkan hal itu juga. Yaah, kalau ane pikir selama belum ada janur kuning melehoy sah-sah aja...Ha-ha."
"Ustadz bisa aja, melehoy bahasa negara mana itu?"
"Bahasa luar angkasa. Nabila, ngomong-ngomong abi ente masih jual-beli mobil?"
"Alhamdulillah masih stadz, memangnya mau beli?"
"Yah, kali aja ane bisa jadi makelarnya alias marketingnya."
"Untuk sambilan yaa?"
"Bisa jadi. Ane pamit dulu yah? Sebentar lagi Adzan Ashar, ane mau siap-siap adzan dulu."
Ustadz Burhan selain pengurus yayasan, ia pun merupakan staf pengajar dan pengurus harian, memang serba bisa atau multitalent.
"Iya stadz, terimakasih untuk hari ini yah?"
"Sama-sama Nabila, jangan lupa besok hadir yah?"
"Siap."
____________________¤¤¤__________________
Onci pun bersiap-siap untuk sholat Ashar, dan Dhea menunggu di kursi depan pelataran masjid.
" Assalamu'alikum Mba Dhea, nggak ikut sholat ashar berjama'ah?"
Nah loh! Lagi-lagi Dhea tertangkap tangan dengan Ustadz Burhan. Dan nyaris membuat Dhea gugup.
"Wa'alikum Salam. I...i..iya Pak Ustadz, lagi datang bulan."
Haha, Dhea selalu cerdas untuk menyiasati hal seperti ini dan memang kreatif ketika menghadapi sesuatu yang membuatnya terdesak.
"Oh lagi haid? Yaudah ane pamit sholat dulu yah?"
"Tadi kata si Ayank, nama dia itu ustadz Burhan tapi kenapa bilangnya Ane?" gumam Thea dalam hati yang tidak tahu apa itu istilah 'ane'.
Sepuluh menit berlalu, dan Onci pun sudah selesai menuruni anak tangga masjid. Sambil berbincang dengan Ustadz Burhan.
"Stadz, ente besok hadir acara rapat yah? Tadi ane diskusi dengan abah kiayi untuk mengagendakan rapat penting, pembentukan panita dan pengurus pembugaran serta pembangunan gedung baru. Kiayi minta ente hadir di acara tersebut."
"Insyallah hadir stadz. Rencananya jam berapa?"
"Habis Zuhur dan kelihatanya akan memakan waktu agak lama."
"Aduh, ada lagi aja acara dan kenapa sih sehabis zuhur terus?!" gumamnya dalam hati, yang tidak mengerti dengan sikap abah, bikin agenda acara seenaknya tanpa tanya dahulu orang lain dan Onci tidak tahu kalau rapat besok adalah permintaan dari Ustadz Burhan kepada abah.
"Iya ane hadir Stadz, terimakasih informasinya."
"Sama-sama. Tapi ngomong-ngomong ada kegiatan lagi kayanya?"
"Iya stadz, mau nganter si Neng Dhea pulang."
"Oh, ok. Lanjut deh, hati-hati."
"Siap stadz."
"Assalamu'alikum.'
"Wa'alikum salam."
Di depan gerbang masjid mereka pun terpisah, ustadz Burhan, Onci dengan Dhea.
"Besok jangan lupa jemput aku yah? Ada meeting dengan client baru,sponsor yang mau ngundang aku dance."
"Jam berapa?"
"Sepulang dari kampus, kurang lebih jam satu siang. Aku harap kamu jangan terlambat, karena ini acara penting. Perform di acara itu menjadi ajang bergengsi aku selama di dunia dancer."
"Ya Allah, ini lagi ada acara segala! Pake bentrok pula waktunya." Gumam Onci.
"Bagaimana yaaank? Bisa kan?!"
"Bi...bisa ay."
Bersambung >>>
sedih karena Arul meninggal,,,
bahagia nya,Nabila dititipkan kepada ustadz Burhan,,,
mereka orang baik,dan akan dipertemukan dengan yg baik pula,
sabar Ustadz,,,,mungkin dia bukan jodoh terbaik buat pak ustadz
jangan playing victim donk