Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Ciuman Pertanda?
Ayushita terdiam menatap wajah Dewa yang tampak serius, mobil berhenti di pinggir jalan. Suasana sepi menambah keheningan dari keduanya, Dewa berharap Ayushita mau dan percaya kalau dirinya benar-benar menyukainya.
Sebuah ungkapan hati sesungguhnya dari Dewa membuat Ayushita bingung, sejenak hati gadis bertubuh besar itu kosong dan tiba-tiba membuncah. Tapi secara tiba-tiba pula dia meredakan hatinya yang membuncah.
"Tunggu, kenapa jadi begini?" tanya Ayushita sedikit gugup.
"Aku serius, Ayushita." ucap Dewa lagi, kali ini tatapan laki-laki itu sangat lembut.
"Tapi ... Ini terlalu cepat, aku tidak tahu apakah ini..."
"Aku serius, aku mencintaimu tanpa syarat apa pun," ucap Dewa lagi.
Lagi-lagi Ayushita terdiam, pandanganya tepat di wajah Dewa yang hanya berjarak dua puluh Senti meter saja. Hatinya bergetar, apakah dia merasakan aliran cinta yang di sampaikan oleh Dewa?
"Pak Dewa, aku ..."
"Aku akan menunggumu." ucap Dewa kembali ke posisi duduknya.
Ada gurat kecewa di wajah Dewa, Ayushita menundukkan kepala. Dia tahu Dewa kecewa dengan kebingungannya, bukan apa-apa selama ini ketika dia datang ke kantor selalu saja mendapat cibiran dan hinaan dari karyawan dan orang-orang mengenai tubuhnya yang besar.
Dia tidak mau Dewa menjadi malu karena memiliki pacar bertubuh besar seperti gajah, Dugong atau kuda Nil yang selalu di ucapkan oleh mereka yang menghinanya.
"Aku ini kuda Nil, gajah bengkak, Dugong dan paus besar. Semua itu julukanku ketika terlihat sama orang-orang yang tidak suka pada tubuh gendutku. Apa kamu tidak malu berpacaran dengan Dugong ini?" tanya Ayushita.
"Siapa yang bilang Dugong?" tanya Dewa.
"Banyak. Orang-orang yang bertemu denganku, dan juga kamu pernah menjulukiku gajah. Kamu lupa?" ucap Ayushita.
"Yaa maaf, itu karena aku kesal," ucap Dewa.
"Cih, kesal. Kenapa setiap orang kesal atau marah selalu saja melampiaskannya pada orang lain, menghina seakan jijik dengan penampilan orang sepertiku," ucap Ayushita lagi.
Dewa menarik napas panjang, memejamkan matanya menyadari kalau dulu dia memang menghina tubuh besar Ayushita.
"Maafkan aku," ucap Dewa lirih.
Ayushita menatap laki-laki di sampingnya yang tampak merasa bersalah, gadis itu diam lalu menatap ke depan. Masih dengan perasaan bingung dengan suasana dan keadaan yang cepat sekali baginya.
"Aku nyaman dengan keadaanku, meski tubuhku sering sekali di jadikan hinaan. Tapi aku tidak ada niat untuk merubah keadaan tubuhku, aku hanya takut jika suatu saat orang akan menyuruhku untuk merubah diriku," ucap Ayushita lirih, pandangan masih ke depan jalanan yang mulai sepi.
"Siapa yang akan menyuruh mengubah keadaanmu? Memangnya setiap orang menganggap perempuan gendut itu jelek? Atau setiap perempuan bertubuh langsing itu cantik? Di dunia ini, banyak sekali manusia. Berjuta macam selera dan keinginan, jangan kamu samakan aku dengan yang lain. Mungkin iya, aku akan ikut di hina jika mencintaimu. Tapi aku tidak peduli, mereka tidak tahu perasaan dan seleraku," ucap Dewa lagi.
Lagi-lagi membuat Ayushita berpikir kalau Dewa itu aneh. Apa yang membuat laki-laki itu tertarik padanya? Pada tubuh besarnya?
"Kenapa kamu suka padaku? Bukankah aneh baru kenal beberapa bulan, tapi kamu sudah menyukaiku," tanya Ayushita.
"Entah. Aku gemas saja denganmu, ingin kupeluk dengan erat," jawab Dewa santai.
Ayushita kembali menoleh padanya, bibirnya sedikit tersenyum mendengar jawaban Dewa.
"Aneh."
"Memang aneh, aku juga tidak tahu kenapa seleraku aneh," ucap Dewa.
"Sudah, ayo antarkan aku pulang. Ini sudah malam," ucap Ayushita.
"Cih, padahal aku menyatakan cinta dengan serius. Kenapa jadi jawabannya seperti itu?" ucap Dewa melirik sinis.
"Tunggulah jawabanku, kenapa harus buru-buru?"
"Biar aku senang dan membayangkanmu setelah pulang ke apartemenku," ucap Dewa lagi.
"Aku hanya ingin kamu menunggu, memang tidak bisa?"
"Bisa, tapi hanya beberapa menit saja."
"Waktu apa itu? Aneh sekali hanya beberapa menit saja."
"Ayolah, jawab pertanyaanku."
"Kamu memaksa?"
"Iya. Kamu harus jawab iya, mau atau katakan aku juga sama mencintaimu."
"Hahah! Kalau begitu, kenapa harus menunggu jika jawabannya tetap iya," ucap Ayushita dengan tertawa.
"Jadi?"
"Jadi yaaa."
"Jadi apa?"
"Ya, menunggu."
"Ya, baiklah. Aku akan menunggu sesuai dengan keinginanmu," ucap Dewa menyerah tidak mau berdebat lagi, karena pada akhirnya Ayushita akan tetap menjawab nanti.
Mesin mobil di nyalakan, mobil melaju perlahan. Suasana hening di dalam mobil itu, Ayushita melihat wajah tampan Dewa. Meski dia masih menggantungkan jawaban atas pernyataan cinta laki-laki itu, tapi dia yakin Dewa tidak begitu kecewa.
Jalanan gelap hanya lampu-lampu perumahan dan bangunan pinggir jalan menerangi di setiap meter jalan raya. Suasana sunyi kembali tercipta dalam mobil Dewa. Ayushita memeriksa ponselnya, memeriksa pesanan masuk di toko onlinenya.
Dewa melirik gadis yang sedang sibuk bermain ponsel.
"Ini arah rumahmu kemana?" tanya Dewa.
Ayushita mendongak melihat ke kiri jalanan.
"Nanti belok kiri, masuk gang," jawab Ayushita.
"Kamu mengontrak?"
"Ya."
"Ibu tirimu tahu kontrakanmu?"
"Iya. Kenapa?"
"Dia sering menemuimu?"
"Rumahnya dekat dengan kontrakanku, terkadang dia datang tiba-tiba dan ya minta apa saja yang ada di pikiran jahatnya."
"Kenapa kamu tidak pindah saja?" tanya Dewa lagi.
"Nanti." jawab Ayushita.
"Cih, ini perempuan kenapa jawabannya selalu irit." ucap Dewa membuat senyum kecil di bibir Ayushita.
"Pa Dewa."
"Jangan panggil aku."
"Dih, marah."
Mobil memasuki gang dengan pelan, Ayushita pun menghentikan laju mobil karena sudah sampai tepat di depan rumah kontrakannya.
"Stop, sudah sampai," ucap Ayushita.
"Di sini rumahmu?"
"Ya."
Ayushita membuka pintu mobil dan hendak keluar, tapi tangannya di cegah oleh Dewa. Dia menoleh dan menatap laki-laki yang sedang menatapnya juga.
"Kenapa?" tanya Ayushita.
Dewa hanya menatap lembut pada gadis itu, lama keduanya saling tatap. Suara hati keduanya seakan saling menyahut satu sama lain, perlahan wajah Ayushita pun maju dan mencium pipi Dewa dengan cepat.
Cup.
"Itu bisa di sebut jawaban?" tanya Ayushita dengan tersenyum manis.
"Eh? Apa?"
_
_
******
Cari masalah..