NovelToon NovelToon
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Asrar Atma

Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?

ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya

ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Telah Kembali

Pov Haneul Kamandaka

"Kain rok Daniza memang sudah lusuh, ngga heran kalo mudah sobek"

"Lem nya yang terlalu kuat, rok Daniza masih kuat sampai 40 tahun ke depan " aku dan Gato berjalan dikoridor sambil membicarakan solusi dari rok Daniza beserta kursinya. Rok itu akan diganti oleh Gato sementara kursinya akan ditukar dengan milikku.

"Terserah kamu saja Han, yang jelas urusannya beres"

"Belum, sampai kamu ganti rok nya Daniza " aku menuruni undakan tangga,berjalan ditanah menuju paman kantin.

Menunggu paman seperti biasa sambil menonton begitu niat ku diawal, namun semuanya jadi berantakan, suasana hatiku jadi berubah ketika melihat pasangan yang usia nya terpaut jauh itu sedang didepan pos jaga.

Pria baya dengan wajah datar mengangkat tangannya, menyapa. Sedangkan istri nya tersenyum dengan menawan memperlihatkan lesung pipinya yang dalam. Tanganku terkepal dan rahang ku mengeras hanya dengan melihat kehadiran dua orang itu. Untuk apa mereka datang? Aku menghembuskan napas kasar, sebelum tersenyum dan menyapa mereka dengan mengangkat tanganku.

Ketika tiba dihadapan keduanya, aku lantas bersalaman dengan papah lalu pada istri nya yang langsung mengecup kedua pipiku bergantian, membuatku harus menahan napas karena parfum nya yang menyengat. Sangat mengganggu! Yang diikuti Gato.

"Gato makin mirip sama mendiang papah nya yaa, sayang " Gato menganguk saat istri papah mengelus lengannya seraya menepuk pundaknya

"Dan, Han kita makin tinggi " sekarang giliran ku yang diusap pundaknya.

Seusai kami mengobrol basa basi dengan satpam, aku mengambil Hanphone ku pada Paman Kantin, sedangkan mereka menunggu di mobil. "Orangtua kamu itu, Nak?" Tanya paman kantin setelah aku bersalaman dengannya, "Benar, paman " beliau menganguk-angguk, lalu mengantar ku seperti biasa.

Tapi kali ini tidak ada klakson atau lambaian tangan yang menyertai, karena aku bersama papah bukan paman.

"Han, tadi Mami ketemu sama teman-teman kelas kamu. Katanya kamu lagi nolongin mereka, karena salah satu dari mereka yang pakai celana rumahan itu dikerjain yaa ?" istri papah menoleh kebelakang menatap ku, mencari temannya mengobrol.

"Iya, memang seperti itu "

"Han, kamu tahu ngga itu belum cukup. Teman kamu yang dikerjain itu, ban sepeda nya bocor" aku terkesiap mendengar kabar itu, apa ini juga olah Rina?

"Terus gimana cara mereka pulang?"

"Dia di bonceng temannya, terus sepedanya diginikan!" Dia memberi contoh seperti memegang sesuatu disampingnya, aku mengangguk paham maksudnya.

"kamu terlihat semakin sehat, Han " apa maksudnya dia mau aku sakit?

"Paman dan Bibi memang merawatku dengan baik" jawabku seraya berpaling pada jendela mobil, dia berdehem lalu mengganti pertanyaan nya.

"Gato gimana kabar nenek nya?"

"Beliau sehat, tante. Berkat perhatian khusus dari Om yang meminta dokter berkunjung setiap bulan" ketika perbincangan mereka terjalin, aku mengamati pemandangan diluar sana pada jalan yang kami lewati, rumah warga yang berdempetan, anak-anak yang berkeliaran, serta perkumpulan Ibu-ibu yang suka curhat meluapkan emosi dan berbagi pengalaman, didepan teras rumah.

Kampung Tepat memang seramai ini dibeberapa waktu, tapi hati ku yang kosong tidak mampu membuatku menikmati perjalanan ini, entah itu pemandangan diluar ataupun perbincangan hangat didalam Mobil. Lalu Mobil pun berhenti, didepan rumah kayu bercat biru langit, tidak sampai halaman hanya dipinggir jalan.

"Terimakasih buat tumpangan nya Tante, Om"

"Iya...sama-sama Gato sayang " Gato keluar dari Mobil, menyisakan aku yang mungkin jadi target nya untuk diajak bicara.

"Bangun kan aku bila sudah sampai !" Jadi ketika dia menoleh kebelakang dan mulutnya terbuka, aku segera menghindar. Ini akan berlalu, hanya sampai malam tiba lalu setelahnya aku akan menghirup udara yang tak sama lagi dengan mereka.

%%

Pagi ini, aku menunggu Paman diteras yang tengah mengambil kunci Mobil. Bibi Fatwa dan Fazar sudah berangkat lebih awal, karena harus mengantar Fazar lebih dulu, kegiatan yang biasanya aku lakukan tapi untuk saat ini harus cuti. Sementara Heri masih memanaskan Motornya, lalu bersuara diantara kebisingan itu.

"Teman cewek ku yang pernah main ke sini, dia bilang suka dengan kamu" aku melihatnya, menunggu kelanjutan dari apa yang ingin dia maksud kan.

"Tapi aku suka dengan nya, jadi...jangan tebar pesona" aku tersenyum miring, mendapati bagaimana amarah berkobar dimatanya.

"Aku ngga merasa seperti itu, tapi jika dia sampai terpesona, itu bukan salah ku yang punya tampang seperti ini. " dia menggeram, dan membuat keributan dengan suara motornya sebelum membawanya melaju.

"Ayo Han, kita berangkat!" Aku bangkit dari duduk ku, ketika paman mengunci pintu.

"Aduh Nak Han, belum terlalu tua sudah pikun. Paman jadi iri dengan papah mu yang awet muda itu"

"Setidaknya paman masih tampan"

"Benar juga"paman mengusap rambutnya yang mulai beruban, lalu kami sama-sama terkekeh.

Perjalanan menuju sekolah ini, kami habiskan dengan mengobrol panjang sambil sesekali tertawa mendengar cerita paman tentang masa muda nya. Lalu setelah menempuh hampir 15 menit lamanya, kami pun sampai. Dan aku langsung berbalik menghadap parkiran setelah menyapa paman yang memberi klakson, disana sudah ada sepeda Daniza. Menyapa satpam seperti biasa, aku lantas berjalan menuju kelas.

"Daniza...!" panggil ku kala melihatnya melepaskan sepatu, dia menoleh dan betapa puas nya aku, ketika melihat binar dimata indah itu kembali.

"Daniza, bagaimana reaksinya orang rumah, melihat keadaan kamu kemaren?"diposisi dengan jarak lima langkah jika dihitung dari langkahku, aku mengajukan pertanyaan untuk bisa bicara dengannya.

Terlalu semangat sebenarnya, sampai dari jauh pun aku sudah ingin memanggilnya tadi. Pipinya merah dan tangannya yang memegang sepatu bergetar kecil, Daniza yang dulu telah kembali. Dan tidak dapat aku tampik, itu membuatku berusaha keras menahan senyum.

"Aku bilang ada yang jahil" dia menunduk dan tangannya yang lain menyentuh lehernya, tepat dijejak yang ku tinggalkan.

"Daniza...!" Dia mendongak tapi aku hanya ingin menyebutkan namanya, itu membuat jeda terjadi.

"A-apa?"

"Bukan apa-apa "

"Kalo begitu aku masuk dulu" Daniza dengan cepat menaruh sepatunya di rak sepatu tapi lupa dengan sepatu dikaki yang lain nya.

"Daniza!"

"Apa?"dia menoleh dengan wajah galak yang pucat serta suara yang sedikit keras dari seharusnya, aku mengulum senyum untuk sikap nya itu.

"Sepatu sebelah belum dilepas, Daniza "dia terkesiap saat melihat kakinya, lalu buru-buru melepaskan nya.

"Aku tahu!" Lalu berlari masuk kedalam kelas, setelah meletakkan sepatu nya itu.

Daniza... tetaplah seperti itu, berbinar tiap kali melihatku karena itu menggemaskan dan akan membuat ku tenang dengan perasaanmu.

1
Abel Peony
Aku gak tau mau pilih siapa antara Haneul dan Langit. Mereka sama-sama blasteran
Asrar Atma: kalau Daniza, Haneul aja/Scowl/
total 1 replies
Abel Peony
Langit! Maju Langit!
Asrar Atma: maju ke mana/Scowl/
total 1 replies
Kesini
saingan berat ini
Kesini
wow langit comeback
Asrar Atma: yup/Scowl//Scowl/
total 1 replies
Kesini
oke
Kesini
sampai ileran, seperti gagang depan rumah gue
Asrar Atma: ini bikin saya engga enak/Sob/
Abel Peony: Gagang /Sneer/ Ah, mungkin maksudnya gagang pintu
total 2 replies
Abel Peony
Lancang sekali kau adek!
rina Happy
penampakan bidadari/Facepalm/bagus danizaa PD adalah modal utama
Kesini
kasian Han korban orang tua yang gila
Kesini
jadi selera Lo daniza yang malu-malu kucing
Asrar Atma: mungkin malu-maluin /Sob/
total 1 replies
Abel Peony
Sepertinya Han punya masa kecil yang kurang mengenakan.
Abel Peony
Makin bagus aja tulisan lo
rina Happy
ayolah haan jangan buat Rina smakin berharap nanti daniza yg jd korban.
Kesini
kasian Ali
Kesini
wah yakin rasa suka Dimas lebih besar loh
Asrar Atma: hah iyakah?/Scowl/
total 1 replies
Abel Peony
Ciee ....
Abel Peony
Aku dejavu sama cerita ini
rina Happy
kok bisa ya diantara teman2 daniza dan han gak ada yg sadar mereka saling suka,,mereka kan sering tatap2an,,yg sadar malah peran antagonisnya si Rina.
rina Happy
waaaah gilaaa haneul,,walaupun hanya dlm mimpi tp gaya mainnya gak wajar dgn umur segitu/Facepalm/
inimah gaya author/Curse/
Asrar Atma: ini lucu/Sob/
total 1 replies
Kesini
anak Leon ini mah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!