Dira Tampubolon (17) terpaksa harus mengikuti perjodohan keluarga dengan paribannya, Defan Sinaga (27) yang lebih tua sepuluh tahun darinya. Perjodohan itu diikrarkan saat usia Dira masih dini dan masih duduk dibangku SMA.
Terpaksa Dira mengikuti keinginan bapaknya, Sahat Tambolon yang sudah berjanji pada kakak kandungnya untuk menikahkan boru panggoarannya karena memiliki hutang yang banyak pada keluarga paribannya.
Dira boru panggoaran sekaligus boru sasada dalam keluarga itu tak bisa menolak perintah bapaknya. Ia akan menikahi lelaki yang menurutnya sudah tua karena jarak usia mereka terpaut jauh.
Sifat Dira yang masih kekanak-kanakan menolak keras perjodohan itu. Tapi apa boleh buat, pesta martumpol telah digelar oleh kedua kelurga dan ia akan segera bertunangan dengan paribannya yang tua tapi juga tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Valentina Tampubolon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mood booster
Dengan rasa malas dan ogah-ogahan, Defan mengikuti keinginan kedua orangtuanya.
What? Makan malam romantis? Macam betul aja mama sama bapak ini, ngapain pula ngasih kejutan makan malam romantis. Nikah sama anak kecil aja segala dikasih kejutan ala orang dewasa!
Defan bergumam seorang diri dengan wajahnya semakin masam. Tibalah mereka di restoran mewah pilihan kedua orangtuanya. Sebenarnya resto itu merupakan resto favorit mamanya Defan, setiap diajak ke Bali oleh suaminya, ia selalu ingin mampir kesana.
Selain makanannya yang nikmat menggugah selera, para tamu disuguhkan pula dengan pemandangan suasana pantai dimalam hari. Terlebih adanya iringan live music, membuat suasana semakin romantis dengan lagu yang dilantunkan.
"Silahkan pak, nanti bilang saja pesanan atas nama bapak Desman. Nanti mereka akan mengarahkan mejanya. Saya akan menunggu di parkiran," ucap supir dengan datar.
"Ikut aja pak," titah Defan merasa tak enak jika supirnya itu tak ikut makan malam dengan mereka.
"Terimakasih pak. Maaf saya tidak bisa ikut. Saya sudah makan kok tadi saat bapak dan ibu berada di Pura Uluwatu. Lagipula ini makan malam spesial untuk pak Defan dan bu Dira," balas supir dengan ramah.
Defan dan Dira berlalu setelah mendengar penjelasan sang supir. Keduanya jalan beriringan dengan jarak yang cukup jauh.
"Mohon maaf, atas pesanan siapa pak?" tanya seorang pelayan yang berdiri didepan pintu.
Restoran itu khusus untuk pelanggan yang sudah melakukan pemesanan sejak jauh-jauh hari. Restorannya menyajikan menu sesuai resquest, makanan yang disuguhkan pun tak lain dari makanan khas laut karena itulah daya tarik restoran tersebut.
Jadi untuk pelanggan yang baru datang tanpa booking terlebih dahulu, tak akan diterima oleh pelayan. Karena seluruh meja yang ada di restoran sudah ada pemesannya masing-masing.
"Pak Desman," jawab Defan singkat.
"Silahkan masuk!" balas sang pelayan sembari menunjukkan jalan mengiringi kedua suami istri itu pada meja yang telah dibooking sejak jauh hari.
Defan dan Dira berada di meja nomor 21, meja dimana telah disuguhkan pemandangan laut. Kursi ala sofa yang mewah dan empuk, dilengkapi dengan meja yang lebar.
Diatas meja tersedia lilin yang telah menyala untuk menghangatkan serta membuat suasana agak redup agar terlihat semakin romantis, sebuket bunga mawar, serta sebatang coklat yang bertuliskan "Welcome Mr&Mrs Sinaga".
Konsep restoran mewah itu adalah candle light dinner. Siapapun perempuan yang diajak ke restoran tersebut sudah pasti akan terpana. Karena suasana yang begitu romantis, membuat para kaum hawa pastinya klepek-klepek.
Tapi sungguh berbeda dengan Dira, biasalah jiwa kekanakannya masih melekat. Tidak ada rasa perempuan dewasa yang terpukau atas kejutan makan malam mewah yang romantis.
"Bang, berarti kalau namboru sama amangboru kesini, udah pasti sama kaya gini konsepnya? Mewah kali lah ya, tapi kaya ABG kalilah orang itu hehehe," ucap Dira dengan polosnya, membuka percakapan mereka malam itu.
"Hussst, orangtua kok malah diejek! Itu namanya semakin tua semakin romantis," balas Defan dengan jawaban yang bijak membela kedua orangtuanya.
"Oh gitu ya! Kalau abang gimana? Romantis juga nggak kaya amangboru itu," Dira berujar dengan ekspresi datarnya.
Sedangkan Defan bingung harus menjawab pertanyaan gadis kecil itu. Ia menaikkan sebelah alisnya, dilanjutkan menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
Gelagatnya itu membuat Dira bertanya-tanya. Tapi Dira malah menyinggung Defan.
"Hehe salah nanya aku bang. Ya mana mungkin lah abang romantis kaya amangboru itu ya! Buktinya sehari-harinya aja galak," kekeh Dira membuat Defan salah tingkah.
"Hush berisik! Nggak penting kali kau ngomongin itu! Tapi asal kau tahu ya! Aku tuh pria romantis! Roman tipis-tipis, tapi untuk perempuan yang ku cintai. Entahlah kau jadi perempuan yang ku cintai nantinya atau enggak," balas Defan dengan panjang lebar membuat Dira semakin terkekeh.
"Oalaah bang! abang, kalau disuruh boleh milih, udah pasti aku nolak perjodohan ini. Aku masih mau kenal cowok, pacaran aja belum pernah. Pengen banget deh nyobain gimana rasanya pacaran ala remaja. Kalau abang tau nggak rasanya? Upss abang kan udah tua yaa hahahaha," ledekan Dira semakin menjadi-jadi, membuat telinga Defan memanas.
"Yee tua begini juga banyak yang suka!! Aku juga sudah banyak pengalamannya," tegas Defan dengan penuh penekanan. Tapi Dira tak percaya begitu saja, pengalaman cinta? Bagaimana mungkin Defan banyak pengalamannya kalau pacaran saja belum pernah?
"Ceritain dong bang," usul Dira dengan jail, meski ia sering kali mendengar dari namborunya alias mama Defan kalau Defan sama sekali tak pernah berpacaran.
"Ah malas! Diceritain juga kau nggak ngerti rasanya gimana! Hahahah," jawabnya dengan angkuh.
"Dih! Sok kali pun," Dira mencebikkan bibirnya karena kesal sekaligus mengejek Defan yang tak berani menceritakan kisah percintaaannya.
"Abang aja belum pernah pacaran, belagak punya pengalaman" cibir Dira dengan bangga.
Belum sempat Defan membalasnya, tiba-tiba seorang pelayan menghampiri, membawa nampan berisikan menu utama. Big lobster dengan saus tiram menjadi menu istimewa malam itu.
Tentunya tak lupa adanya kepiting saus padang, cumi goreng tepung, serta udang tumis, nasi putih, serta cah kangkung. Minuman mereka yang disuguhkan adalah kelapa muda yang utuh hanya dikerat atasan batoknya saja.
Dira semakin mengiler dengan semangat melihat sajian yang begitu banyak. "Aaahh enak-enak semua," kata Dira dengan girangnya. Ia terus menghentak-hentakkan kedua kakinya karena terlalu semangat.
"Dah buruan makan," ucap Defan karena melihat Dira sudah tak sabar untuk mencicipinya.
"Makasih mbak," tutur Dira sebelum pelayan itu berlalu, dibalas dengan senyuman seraya menundukkan kepalanya sebagai balasan ucapan Dira.
"Ayo bang! Buruan kita habiskan!!" teriaknya dengan lantang.
Dira dan Defan mulai menikmati sajian malam itu, dihibur dengan tiupan angin pantai malam membuat suasana semakin dingin. Tapi kenikmatan makan malam istimewanya membuat mereka melupakan hawa dingin serta siuran angin yang menerpa.
"Ehmmm makanannya kok enak semua sih," ucap Dira menyengir. Mulutnya sudah belepotan dari saus lobester yang baru saja ia makan. Belum selesai menghabiskan lobster yang ada dipiringnya, Dira beralih lagi memakan yang lain seperti cumi dan udang.
Lain halnya dengan Defan, ia makan dengan santai. Memakan satu persatu yang ada dimeja, tentunya ia menghabiskan menu lobster kesukaannya.
Mama tahu kali kesukaanku, untung nih ada lobster. Jadi mood booster buat aku hihihi
Defan mulai bergumam seorang diri, restoran itu memang favorit kedua orangtuanya. Tapi baru kali ini, Defan menginjakkan kakinya di restoran favorit sang mama.
Kalau liburan keluarga, Defan dan adik-adiknya malah tak pernah diajak kesana. Mungkin karena suasana romantis, mamanya tidak mau terganggu jika diikuti oleh ketiga anaknya.
Kring-kring ada sepeda, sepedaku roda tiga...
Suara dering ponsel Defan begitu mengagetkan para pengunjung lainnya. Dira sampai terkekeh bahkan tersedak tiap mendengan nada dering yang aneh tersebut. Beberapa orang perhatiannya teralihkan pada sumber suara nada dering tersebut, membuat Defan menjadi grogi dan malu.
"Halo ma," jawab Defan seraya menghabiskan makanannya.
"Gimana udah siap kelen makan malam romantis di Jimbaran? Kau suka nggak kejutannya? Terus Dira juga gimana kabarnya?" pertanyaan Melva secara beruntun membuat Defan menghentikan makan malamnya.
tapi baru baca bab 1, sepertinya menarik ceritanya...