Inikah rasanya kesucian wanita? (Jamal)
Inikah rasanya jadi simpanan wanita? (Rizal)
Inikah rasanya diperebutkan wanita? (Iqbal)
Kisah tiga pria muda tanpa pengalaman dan berpendidikan rendah, pergi merantau untuk memperbaiki dan mengubah nasib hidupnya. Namun siapa sangka, dalam perjalanannya, Mereka justru terlibat kisah cinta yang tak biasa dan untuk pertama kalinya mereka mencicipi manisnya dosa. Kisah seperti apakah yang mereka jalani? Dapatkah mereka bertahan dalam kisah yang tak sengaja menjerat hidup mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TPDD 32 (Iqbal)
Di dalam kamarnya Iqbal masih kepikiran dengan apa yang ditanyakan Aleta. Dia juga sungguh sangat terusik dengan tatapan Aleta saat milihat dan mengagumi tubuhnya. Iqbal yang sedang berbaring pun bangkit dan melepas kaosnya. Kemudian dia bercermin pada lemari baju satu pintu dimana terdapat cermin besar hampir sama lebarnya dengan pintu lemari.
Iqbal menatap tubuhnya sendiri di cermin, mengusap, menggerak gerakan ke kanan dan ke kiri layaknya binaragawan. Senyum bangganya pun tersungging. Betapa dia bangga dengan tubuh sehat yang dia miliki.
"Gadis kota aja langsung jatuh cinta saat melihat tubuhku. Apa lagi gadis gadis kampung. Mereka sungguh bodoh telah memandang sebelah mata cowok sekeren aku?" gumamnya bangga.
Saat Iqbal masih asyik memuji dirinya sendiri di hadapan cermin, dia mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu dan memanggil namanya. Iqbal pun menyahut dan segera memakai kaosnya kembali sebelum membuka pintu.
"Ada apa, Mbak?" tanya Iqbal begitu dia membuka pintu dan melihat siapa yang sudah mengetuk pintu kamarnya. Mbak Inah.
"Di panggil nyonya tuh. Ditunggu di ruang tengah," ucap Mbak Inah.
"Oh, baik, Mbak," balas Iqbal dan dia segera saja keluar kamar terus berjalan sedikit cepat untuk menemui majikannya.
"Malam Nyonya. Katanya Nyonya ada perlu sama saya?" tanya Iqbal begitu dia sampai di ruang tengah dimana majikannya sedang menunggu.
"Duduk lah, Bal. Saya cuma mau menanyakan beberapa hal sama kamu," balas sang Nyonya yang bernama Amanda dengan sangat ramah.
Iqbal segera saja duduk di kursi seberang dan berhadapan dengan nyonya besar rumah ini.
"Gimana kerja disini? Betah?" pertanyaan pertama yang terlontar dari bibir wanita berusia sekitar empat puluh enam tahun tersebut.
"Sampai sekarang sih betah, Nyah." balas Iqbal dengan sopan dan jujur.
Amanda pun mengulas senyum dan selanjutnya sang Nyonya kembali melempar pertanyaan seputar pekerjaan dan Iqbal menjawabnya dengan pelan namun yakin hingga membuat Amanda merasa senang.
Setelah melempar pertanyaan tentang pekerjaan dan juga beberapa hal yang menyangkut dengan kehidupan pribadi Iqbal, kini pertanyaan berikutnya berganti topik yaitu ke seputar kegiatan anak bungsu Amanda yaitu Karin.
Iqbal rada heran sebenarnya saat sang Nyonya melempar pertanyaan tentang Karin. Tapi nyatanya ini yang Karin keluhkan, orang tuanya seperti tidak menaruh kepercayaan kepadanya.
Dengan jujur, Iqbal pun menjawab semua pertanyaan yang dilempar Amanda mengenai putrinya, Karin. Dahi Amanda mengernyit, dia mencoba mencari sesuatu di balik sorot mata pemuda yang sedang dia hadapi. Tapi tak terbesit kebohongan sedikit pun dari sorot mata supir barunya. Apa lagi Amanda melihat, Iqbal begitu tenang dan fokus menghadapnya saat jawaban jawaban jujur terlontar dari mulutnya.
"Apa kamu yakin dengan semua yang kamu katakan?" tanya Amanda. Dari pertanyaannya dia masih menyimpan keraguan dengan jawaban yang Iqbal berikan.
"Tentu saja yakin, Nyonya. Itulah yang terjadi selama saya menemani Nona Karin seharian ini." balas Iqbal penuh keyakinan.
Lagi lagi hanya manggut manggut yang Amanda lakukan. Dilihat dari raut wajahnya, sepertinya Amanda sedang memikirkan sesuatu.
Setelah dirasa cukup, Amanda pun menyuruh Iqbal agar memberi tahu Mbak Inah untuk menyiapkan makan malam, sedangkan Amanda beranjak menuju kamarnya untuk memanggil sang suami.
Tanpa mereka berdua sadari, di beberapa anak tangga yang mengubungkan lantai atas dan lantai bawah. Seorang gadis tersenyum lebar saat tak sengaja mendengar percakapan Ibu dan supir barunya. Dia yang memang hendak turun dan mencari Iqbal, segera mengurungkan niatnya saat mendengar percakapan tersebut. Gadis itu pun mengurungkan niatnya dan memiilih kembali ke kamar dengan perasaan yang sangat riang ceria.
Sementara itu di dalam kamarnya, Amanda langsung menceritakan apa yang dia dapatkan setelah berbicara dengan sang supir. Suami Amanda yang akrab di panggil Tuan Martin pun mendengarkan cerita istrinya dengan seksama.
"Ya kalau itu memang benar, harusnya kita bersyukur dong, Mih. Berarti Karin nurut akan semua perkataan kita," balas sang suami sambil menutup laptopnya dan menaruh laptop itu di sisi kanan ranjangnya.
"Iya, Pih, Mamih sih seneng kalau Karin nurut sama perkataan kita. Tapi Mamih takut dia bekerja sama dengan supir barunya itu, Pih." cicit Amanda.
"Kerja sama bagaimana? Orang baru sehari kerja, masa iya dia berani berbuat kayak gitu? Mamih jangan terlalu berpikir buruk deh. Kan mamih sendiri, dia kelihatan anak yang jujur?" tukas Martin. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran istrinya sendiri sejak beberapa bulan terakhir ini.
"Tapi, Pih?"
"Tapi apa, Mih? Gini aja deh, kita suruh Iqbal untuk ngetes kalau Karin masih segel atau enggak, gimana?"
"Apa!"
...@@@@@...