Clara Adelin, seorang gadis bar bar yang tidak bisa tunduk begitu saja terhadap siapapun kecuali kedua orangtuanya, harus menerima pinangan dari rekan kerja papanya.
Bastian putra Wijaya nama anak dari rekan sang papa, yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sewaktu sama sama masih kuliah dulu.
akankah Clara dan Bastian bisa bersatu dalam satu atap? yuk simak alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Martha ayunda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tukar cincin dengan musuh.
rupanya antara Edy dan Burhan sengaja membuat anak mereka deg deg gan, keduanya saling menyembunyikan anaknya agar tidak masuk dulu ke dalam agar makin penasaran.
"ma, katakan! Calon istriku nggak gendut kan?." Bastian memegangi tangan mamanya, wajah tampannya makin tegang setelah melihat gadis bertubuh subur tadi.
"Ehmm... Memangnya kalau gendut kenapa? Kan nanti bisa disuruh diet." jawab Ratih yang semakin membuat Bastian panik.
"ma, please! disini ada bawahan Bastian juga, dia itu mulutnya pedes banget kalo ngomong, nanti Bastian bisa habis jadi bulan bulanan di kantor, ma!."
"loh, masak sih? Memangnya kamu ada ngundang orang kantor?." Ratih mengernyitkan keningnya seraya menatap wajah anaknya yang makin tegang.
"enggak ma, aku gak ngundang siapa siapa, tapi tadi aku ketemu di depan toilet."
"oh... Mungkin dia ada acara di sini juga, tapi buka di tempat ini, sudah kamu tenang saja. Pilihan mama nggak bakal ngecewain kamu kok." bujuk Ratih seraya mengusap punggung tangan Bastian.
"mama ini kalo menghibur ya yang kira kira dong, mana ada dia ada acara di tempat lain tapi masuknya ke toilet gedung yang kita sewa!."
"sudah sudah jangan tegang, lihat keringatmu kayak orang habis lari maraton." Ratih segera mengambil tissue lalu mengusap lembut kening anaknya.
Bukan hanya Bastian yang deg deg ser jantungnya, Clara pun tak beda jauh keadaannya, dia justru merengek rengek minta pulang ke papanya hingga mengundang tawa para kerabat yang menemaninya.
"mir, tolong kamu baca nama di dekorasinya itu, aku pasti bisa menebak orang itu bagaimana dari namanya." ujar Clara seraya duduk sambil menghentak hentakkan kakinya.
"ha? Sejak kapan keponakanku ini jadi dukun?." kelakar seorang pria yang tak lain adalah adik dari almarhumah mamanya Clara.
"iihhh...! Om Dodot malah ngeledek!." Clara makin mencak mencak di tempat duduknya.
"sabar dulu, tunggu MC manggil kita nanti kamu pasti akan tahu kok." ujar Edy dengan suara lembut seraya memberi kode ke Mira agar tidak menuruti permintaan Clara.
"ya sudah aku minta masker saja buat nutupin wajahku pa, masalahnya disini juga ada orang kantor yang mulutnya kayak bon cabe level terpedas di dunia!."
"orang kantor? Oh... Pasti kerabat si Hardi itu." ucap Edy santai.
Tak lama kemudian terdengar suara seorang MC mulai memenuhi seisi gedung tersebut lewat pengeras suara, setelah berbasa basi sedikit MC mulai langsung meminta keluarga kedua belah pihak untuk membawa putra putri mereka keatas panggung kecil yang sudah di dekorasi sedemikian rupa.
Clara menyambar berapa lembar tissue untuk menutupi sebagian wajahnya, Edy dan kerabatnya hanya bisa menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah Clara yang masih saja menggemaskan di mata mereka.
"ya, mari kita sambut, mas bastian dan mbak Clara... Waduuh.... Sunggu calon pasangan yang serasi sekali." ucap sang MC.
(ha? Ba-bastian?. Mati aku!.)
(Clara? Clara Adelin?.)
Mata Bastian membelalak sempurna saat melihat namanya terpampang bersama nama musuh bebuyutannya.
"kamuuuu!." seru ke-dua hampir bersamaan saat sudah saling berhadapan.
"nggak! Nggak mungkin aku tunangan sama tiang listrik ini, ini pasti ada yang salah!." Clara mundur beberapa langkah seraya celingak celinguk mencari keberadaan sang papa.
"ini pasti mimpi! Ini cuma mimpi." Bastian malah mengucek matanya berkali kali untuk memastikan penglihatannya.
Sontak saja ulah keduanya mengundang gelak tawa para kerabat yang sedang memperhatikan mereka berdua.
"ya Tuhan, lebih baik aku bertunangan dengan wanita gendut, tukar dia ya tuhan... Aku bisa mati berdiri!." ratap Bastian yang sudah tidak bisa mengelak lagi dari perjodohan itu.
"tuhan... Berikan aku yang tonggos tonggos saja Ndak apa apa asal jangan sama dia, tuhan... Apa sudah tidak ada stok pria lagi di dunia ini, kenapa harus dia!."
Suara MC membuyarkan keduanya yang sedang bermonolog dalam hati masing masing, dan pada akhirnya, mau tidak mau keduanya harus tukar cincin saat itu juga.
*******
Minggu pagi, setelah semalam melangsungkan pertunangan, Clara menggeliat diatas tempat tidurnya, mata gadis itu masih terasa berat, dahinya tiba tiba mengernyit saat merasa ada benda asing di jari manisnya.
(haahhhh.... kenapa aku harus sama Bastian, coba?.) batinnya seraya menatap cincin yang melingkar di jari manisnya.
"aku harus membuat perjanjian dengan si tiang listrik itu!." Clara bergegas menyibak selimutnya lalu turun dari atas ranjang, gadis cantik itu buru buru masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum turun ke bawah untuk menemui papanya.
Jam menunjukkan pukul 7:15 pagi, Clara celinguk mencari papanya, dia menatap pintu kamar papanya yang tertutup rapat.
"nyari siapa non?." sapa bi Sumi yang sedang bersih bersih pagi itu.
"papa mana bi?." tanya Clara yang sudah berpakaian rapi seperti hendak pergi.
"bapak sudah pergi non, tadi beliau berpesan, non Clara nggak boleh kemana mana, katanya jam setengah delapan akan ada tamu untuk non Clara." jawab bi Sumi.
"tamu untuk saya? Siapa bi, apa papa nggak ada bilang?."
"tidak non, cuma itu saja pesan dari bapak."
"papa juga gak bilang mau pergi kemana gitu?."
"bapak pergi ke pesarean, katanya ingin mengabarkan kabar bahagia ini ke mamanya non Clara." sahut bi Sumi.
"haahhh... kabar bahagia apanya!." gumam Clara.
"ya sudah bibi lanjut saja kerjanya." imbuh Clara seraya melangkah ke ruang makan.
pagi itu Clara menikmati sarapan seorang diri, segelas susu hangat dan sekerat roti berpindah ke perutnya sedikit demi sedikit, setelah selesai gadis itu duduk di teras rumah, ia sengaja menunggu siapa yang akan datang.
"jangan jangan dia yang datang." gumamnya seraya membuka layar ponselnya.
Belum lama Clara duduk di teras, sebuah mobil berhenti di depan rumahnya lalu terdengar suara klakson, mbok Iyem yang sedang membersihkan kolam ikan di taman langsung tergopoh gopoh membuka pintu pagar.
"kan kan...! Beneran dia." Clara bangkit berdiri seraya menatap seorang pria berbadan tinggi atletis keluar dari dalam mobil.
"makasih ya bi." ucap Bastian sambil tersenyum ramah.
"sama sama den, mari silahkan." balas mbok Iyem sopan.
Clara melipat kedua tangannya di dada lalu menatap angkuh ke arah Bastian yang berjalan mendekati dirinya.
"ada keperluan apa?." sapanya ketus.
(astaga, belum apa apa sudah keluar arogannya.) batin Bastian.
"om Edy ada?" Bastian balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Clara terlebih dahulu.
"nggak ada!." jawab Clara ketus.
"bagus deh!." Bastian langsung tersenyum menyeringai sambil menatap Clara.
"maksudmu?." alis Clara bertautan heran mendengar ucapan Bastian.
"aku kesini mau ngomong penting sama kamu." ucap Bastian seraya memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana.
"ya, sama! Kebetulan kamu datang, aku juga mau ngomong sesuatu sama kamu."
"ya sudah kamu duluan." Bastian berkata sembari menyandarkan tubuhnya ke tiang kokoh di teras rumah Clara.
"ehem! Aku minta tolong jangan sampai ada orang kantor yang tahu perihal pertunangan kita, aku nggak mau ya mereka tahu kalau aku punya calon suami seperti kamu!."
"hahahaha... Kita sepemikiran, maksud kedatanganku kemari juga ingin membahas soal itu, ehmm... Jangan jangan kita ini memang berjodoh ya!."
"idih!." cebik Clara dengan wajah masam.
"tapi bagaimana dengan si Mira?." tanya Bastian.
"dia sudah ku suruh tutup mulut!."
"oke, satu masalah beres! Sekarang ayo ikut aku." ajak Bastian.
"eh?."
Clara menatap curiga kearah pria itu, mata bulatnya melotot tajam.
"ck! nggak usah GeEr, mama papa yang minta kamu untuk datang ke rumah sebelum beliau berdua kembali ke kota B."
"lalu kenapa aku harus datang kesana?."
"udah nurut aja! Kita harus berakting di depan kedua orang tua kita masing masing, apa kamu ingin mengecewakan papamu juga?."
Clara mendengus sebal. "ya sudah tunggu sebentar!." ujarnya seraya melengos masuk ke dalam.
Bastian memperhatikan Clara sampai gadis itu menghilang masuk ke dalam, bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.