🔥🔥🔥 Harap bijak dalam membaca.
Airin, kembang desa yang merantau ke ibu kota dan bekerja sebagai pelayan di bar membutuhkan biaya untuk operasi sang ayah, ia terpaksa menjual keperawanannya kepada Gara Emanuel. Laki-laki kaya raya yang hampir setiap malam menghabiskan waktunya di bar dengan para wanita.
Sejak kejadian malam itu, Airin memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha toko bunga yang tak jauh dari kantor milik Gara.
Dan tak lama setelah kejadian itu, Airin pun dinyatakan HAMIL, dan itu membuat Airin sangat shock dan terpukul.
Sejak Gara mengetahui jika Airin pemilik toko bunga tersebut, ia setiap hari memperhatikan gadis yang pernah ia tiduri itu semakin lama perutnya semakin membesar, dan disitulah Gara curiga jika Airin hamil darah dagingnya.
Gara memutuskan mencari tahu semua tentang Airin dan siapa suaminya saat ini.
Apakah Airin memang sudah menikah atau masih sendiri?
Apakah yang di kandung Airin itu anaknya Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Para staf yang melihat Gara pun seketika ikut cemas saat melihat CEO nya itu meringis kesakitan sampai berkeringat seperti itu.
***
Saat Leon akan membawanya ke rumah sakit, tiba-tiba ponsel yang ada di saku Gara berdering. Setelah mendapatkan izin dari Gara, Leon pun merogoh saku celana Gara untuk mengambil ponsel Gara yang berdering.
"Siapa?" tanya Gara di sela-sela rasa sakitnya.
"Ujang, supirnya Airin," jawab Leon apa adanya.
"Angkat," perintah Gara yang masih masih memegangi perutnya.
"Halo," jawab Leon menjawab panggilan dari Ujang.
"Apakah ini tuan Leon?" tanya Ujang panik."
"Ya ini aku Leon. Ada apa Ujang? Kenapa kau menelpon Gara?" tanya Leon dingin.
"Maaf tuan, saya mau memberi tahukan jika saat ini saya dan juga nona Airin sedang di perjalanan menuju rumah sakit," jawab Ujang gugup dan juga takut.
"Rumah sakit? Kenapa? Siapa yang sakit?" tanya Leon kaget dan juga panik.
"Nona Airin tuan. Beliau baru saja terpeleset si dapur saat sedang mencuci piring. Saya melihat banyak darah di kakinya dan memutuskan untuk segera membawanya ke rumah sakit terdekat," jelas Ujang dengan gugup. Ia takut jika dirinya akan terkena imbas dari terjatuhnya Airin.
"Siapa yang sakit?" tanya Gara di sela-sela rasa sakitnya.
"Airin. Dia baru saja terpeleset di dapur saat mencuci piring dan mengeluarkan banyak darah. Saat ini Ujang sudah membawanya ke rumah sakit terdekat," jawab Leon panik.
"Antar kan aku ke sana sekarang juga," perintah Gara berusaha bangkit dari duduknya.
"Tapi kau juga sedang sakit sekarang," jawab Leon keberatan dengan perintah Gara.
"Sudah, antar kan saja dan aku tak ingin di bantah," jawab Gara menatap Leon.
"Baiklah jika itu mau mu," jawab Leon akhirnya mengalah.
"Siapa Airin? Kenapa CEO Gara sangat mencemaskan nya ya?" bisik-bisik karyawan yang ada di kantor Gara.
"Apa jangan-jangan dia kekasihnya CEO Gara? Tadi asisten Leon bilang jika di banyak mengeluarkan darah. Apa jangan-jangan wanita itu hamil anaknya CEO Gara?" tanya karyawan lainnya.
"Wah hebat sekali dia bisa menaklukan hati CEO Gara yang terkenal dingin dan juga kejam itu," tambah karyawan lainnya.
"Hai jika kalian masih ingin bekerja disini, jangan banyak bicara. Saya tidak akan segan-segan untuk memecat kalian semua dari kantor saya," ucap Gara sebelum keluar dari kantornya.
Sontak semua karyawan di sana langsung terdiam dan membubarkan diri masing-masing.
Tak beberapa lama kemudian, Gara dan juga Leon tiba di rumah sakit dimana Airin di bawa oleh Ujang supir pribadinya.
Gara yang masih merasakan nyeri di perutnya seakan tak menghiraukan sakitnya dan berlari memasuki rumah sakit.
"Permisi, saya mau mencari pasien hamil yang bernama Airin. Ia baru saja di bawa ke rumah sakit ini," tanya Gara kepada petugas resepsionis yang sedang bertugas.
"Oh pasien yang baru saja mengalami pendarahan itu. Dia lagi di tangani di ruang UGD sebelah sana," jawab petugas itu menunjuk arah UGD.
"Baik terima kasih," balas Gara langsung berlari menuju UGD.
Saat tiba di depan ruangan UGD, kebetulan ada beberapa suster yang keluar dari ruangan tersebut.
Dengan nafas terengah-engah Gara menanyakan bagaimana keadaan Airin yang juga berada di dalam ruangan tersebut.
"Bagaimana keadaan Airin? Pasien hamil yang baru saja di bawa ke ruangan ini suster?" tanya Gara dengan cemas sambil memegangi perutnya dan wajah yang sudah pucat.
"Pasien atas nama Airin masih dalam penindakan dokter. Bapak ini siapa nya ya?" tanya salah satu suster tersebut.
"Saya suaminya. Tolong selamatkan Airin dan juga kandungannya. Saya mohon. Saya akan membayar berapapun biayanya," jawab Gara sangat mencemaskan Airin.
"Tim dokter pasti akan melakukan yang terbaik. Bapak bisa ikut saya untuk menyelesaikan administrasinya dulu," ucap suster tersebut.
"Biar saya saja yang menyelesaikannya. Kau tunggu saja Airin disini," perintah Leon lalu mengikuti suster tersebut.
"Makasih," jawab Gara masih saja cemas.
Setengah jam kemudian dokter yang menangani Airin pun akhirnya keluar.
Dengan cepat Gara menghampiri dan menanyakan keadaan Airin kepada sang dokter paruh baya itu.
"Bagaimana keadaan Airin dokter?" tanya Gara cemas.
"Pasien mengalami pendarahan. Untung saja cepat dibawa kesini. Sekarang beliau masih lemas dan harus beristirahat beberapa hari disini," jelas dokter tersebut.
"Lalu bagaimana dengan kandungannya? Apakah tidak ada masalah?" tanya Gara lagi.
"Sejauh ini kandungannya baik-baik saja. Tapi tidak menutup kemungkinan jika pasien akan melahirkan secara prematur mengingat beliau hamil anak kembar tiga," jawab dokter itu sekali lagi.
"Prematur? Apa itu?" tanya Gara yang tidak tau sama sekali.
"Prematur adalah dimana bayi harus dilahirkan sebelum usia kehamilan sembilan bulan. Bayi yang lahir secara prematur harus mendapat perawatan yang khusus dari tim medis dan juga keluarga. Jadi keluarga harus menjaga betul pasien agar tidak kelelahan dan melakukan banyak gerak. Kalau bisa pasien tidak di perbolehkan turun dari tempat tidur sampai lahiran nanti," jelas dokter kandungan itu.
"Kira-kira berapa bulan lagi Airin akan melahirkan? Saya sudah tidak sabar dengan kehadiran buah hati kami," tanya Gara membuat dokter kandungan itu heran.
"Apa anda tidak mengetahui berapa bulan kandungan istri anda?" tanya dokter tersebut.
"Saya tau, Airin hamil enam bulan, tapi kalau memang kelahirannya bisa di percepat, bukankah itu bagus?" tanya Gara seperti orang bodoh.
"Kalau bayi anda lahir sebelum sembilan bulan, itu artinya prematur dan harus butuh perawatan khusus," jawab dokter itu geleng-geleng kepala melihat Gara.
"Tidak masalah. Bahkan saya akan memberikan perawatan yang ekstra khusus untuk anak saya nantinya. Saya tidak mau jika hal ini terjadi lagi kepada Airin. Maka dari itu saya menanyakan hal itu kepada dokter," jelas Gara menyampaikan maksudnya.
Mendengar penjelasan Gara, sang dokter hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala.
Ia tidak habis pikir ternyata masih saja ada manusia seperti Gara ini.
"Maaf pak, bayi yang lahir secara prematur itu tak hanya harus mendapatkan perawatan khusus. Dia juga akan memiliki resiko kehilangan nyawanya dan penyakit bawaan yang sangat sulit untuk di sembuhkan," jelas dokter itu dengan rinci.
"Begitukah?" tanya Gara polos.
"Ya," jawab dokter tersebut tersenyum.
"Kalau begitu tolong usahakan bagaimana caranya agar anak itu lahir tidak prematur. Saya tidak mau anak saya lahir dengan mempunyai penyakit bawaan. Tolong jaga kandungan Airin agar bayinya lahir tepat pada waktunya. Saya akan membayar berapapun yang anda minta agar Airi tidak melahirkan secara prematur," pinta Gara membuat dokter tersebut benar-benar merasa lucu melihat Gara.
"Baiklah pak, kalau begitu kita akan sama-sama menjaga agar istri bapak tidak melahirkan secara prematur. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit dokter tersebut.
"Dokter tunggu. Apa saya boleh melihat istri saya di dalam?" tanya Gara menghentikan langkah dokter kandungan yang menangani Airin.
"Boleh pak, silahkan," jawab dokter tersenyum ramah.