NovelToon NovelToon
Jagoan Di Tanah Sunda

Jagoan Di Tanah Sunda

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Ahli Bela Diri Kuno / Epik Petualangan / Balas Dendam
Popularitas:333
Nilai: 5
Nama Author: Panel Bola

Kisah ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Darman dan lebih di kenal dengan nama si rawing, dia adalah anak dari seorang jawara silat, tapi sayang bapaknya meninggal akibat serangan kelompok perampok yang datang ke desanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panel Bola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kakek tua yang aneh

Marlan keluar dari tempatnya, dia berniat menghampiri laki-laki tua itu, tapi dia mengurungkan niatnya saat melihat ke arah Si rawing, "apa yang akan di lakukan anak ini.?" batin Marlan, saat melihat kayu yang tadi dia tangkap oleh Si rawing tadi di lemparkan kembali ke arah laki-laki tua itu dengan sekuat tenaga.

‎‎"Wus."

‎‎Tapi kejadian selanjutnya membuat mereka berdua terkejut, dengan posisi yang masih sama, mendadak tubuh laki-laki tua itu terbangan ke atas lalu menginjak kayu yang di lemparkan oleh Si rawing.

‎‎Dengan mata masih terkejut Si rawing mengangkat kedua ibu jari tangannya, "luar biasa hebat, awing jadi tambah penasaran, ayo mang, kita kesana."

‎‎Dengan berani Si rawing berjalan ke arah laki-laki tua itu, sedangkan Marlan berjalan di belakangnya dengan sikap waspada dia takut laki-laki tua itu melakukan tindakan berbahaya kepada Si rawing.

‎‎Saat mereka sampai di depan laki-laki tua itu mereka kembali terkejut dengan perawakan yang di miliki laki-laki tua itu, badannya tegap, tangannya berotot, hal yang tidak mungkin di miliki oleh seseorang yang sudah tua.

‎‎Laki-laki tua, menatap ke arah Marlan, "kamu itu siapa.? Kenapa kamu membawa anak kecil.? Ada keperluan apa kamu datang kesini.? kamu sengaja kesini atau tersesat.?" laki-laki Tua itu mengajukan banyak pertanyaan kepada Marlan.

‎‎"Sampurasun Ki, mohon maaf sebelumnya, karena kedatangan kami mengganggu aktivitas aki, tadi aki yang menyuruh kami berdua kesini."

‎‎Laki-laki tua itu lalu menatap ke arah Si rawing, lalu tersenyum, "Hehe, nama kamu siapa bocah,? Hehe, kamu lumayan berani, tadi menangkap kayu yang aku lemparkan."

‎‎Si rawing menjulurkan tangan kanannya berniat mengalami laki-laki tua itu, sambil memberi tahu namanya, "nama aku Rawing Ki......"

‎‎Sebelum si rawing menyelesaikan perkataannya, tangan kanannya merasakan sakit seperti di jepit besi, saat tangannya bersalaman dengan laki-laki tua itu, tangan laki-laki tua itu juga mengeluarkan hawa panas.

‎‎Si rawing menggertakkan gigi, dahi juga mengeluarkan keringat menahan rasa sakit, tapi matanya menatap tajam kearah mata laki-laki tua itu.

‎‎Sedangkan Marlan hanya berdiri diam di samping, dia tidak melakukan apa-apa, karena hal itu tidak membahayakan bagi keselamatan Si rawing.

‎‎Laki-laki tua itu melepaskan tangan Si rawing lalu menatap ke arah Marlan, "hehhe, bagus juga anak ini, bagaimana kalau anak kamu ini buat aku.?"

‎‎"Bukan Ki, ini adalah keponakan saya Ki. Tadi aki bertanya maksud kedatangan kami kesini, kami sebentar mau pergi ke tempatnya Ki Wiguna ki. Kami mau bertemu dengannya."

‎‎"Mau ketempat Wiguna.? Hehehe, aneh, masa kamu mau cari orang yang sudah tidak ada, memang ada keperluan apa kamu mencari Wiguna.?"

‎‎"Tidak ada keperluan apa-apa, kami cuma ingin bertemu dengan beliau, karena kami juga bisa di bilang masih saudara dengan beliau." ucap Marlan, dia tidak menjelaskan maksud yang sebenarnya, karena dia belum tahu siapa sebenarnya laki-laki tua ini.

‎‎"Kamu jangan berbohong, aku tahu siapa saja saudara Wiguna, aku sudah bilang tadi kalau Wiguna sudah tidak ada."

‎‎"Maksudnya.?"

‎‎"Kamu itu bodoh ya, dia itu sudah mati kalau tidak percaya tanyakan saja kekuburanya, kamu jangan mengaku-ngaku sebagai saudaranya, waktu matinya saja aku yang menguburkan jasadnya."

"Kamu itu bodoh ya, dia itu sudah mati kalau tidak percaya tanyakan saja kekuburanya, kamu jangan mengaku-ngaku sebagai saudaranya, waktu matinya saja aku yang menguburkan jasadnya."

‎‎Laki-laki tua itu mengalihkan pandangannya ke arah Si rawing, "Rawing, aki mau air kelapa, kamu bisa manjat tidak.?"

‎‎Sikap laki-laki tua itu memang aneh, dia itu lagi berbicara dengan Marlan tapi dia malah menyuruh Si rawing untuk memanjat pohon kelapa. Tapi Si rawing sepertinya suka dengan sikap laki-laki tua itu.

‎‎"awing itu tamu ki, awing juga sudah melakukan perjalanan jauh, jadi seharusnya aki yang memberi awing minum dan memanjat pohon bukan awing."

‎‎"Hehehe, benar juga, hehe, seharusnya aku yang harus menjamu, perhatikan ini."

Laki-laki tua itu mengambil batu kerikil lalu menjentikkannya ke atas pohon kelapa menggunakan jari tangahnya.

‎‎"Wus"

‎‎Batu kerikil itu tepat mengenai sasaran dan menjatuhkan tiga buah kelapa. laki-laki tua itu menjulurkan satu tangannya dan tiga buah kelapa itu jatuh tepat di telapak tangannya secara tersusun.

‎‎Melihat hal itu Si rawing tertawa, "hahaha, hahaha, luar biasa, awing jadi ingin bisa seperti itu ki"

‎‎"Hehe, ni ambil buah kelapanya masing-masing satu."

‎Si rawing mengambil satu, "goloknya mana Ki.? Kan harus di kupas dulu. Bagaimana mau di minum kalau masih seperti ini.?"

"malah nanyain golok, aku tidak punya perkakas, pake tangankan bisa, masa hal kecil seperti ini kamu tidak bisa, payah kamu rawing"

Jari telunjuk laki-laki tua itu di tusukan ke buah kelapa yang ada di tangan Si rawing, hal itu kembali membuat Si rawing dan Marlan terkejut karena jari telunjuk itu seperti mata bor melobangi buah kelapa.

"sudah sekarang minum."

Rasa penasaran Marlan terhadap laki-laki tua itu menjadi semakin besar, setelah dia mengambil buah kelapa bagiannya dia lalu bertanya kepada laki-laki tua itu. "Maaf sebelumnya Ki, sebenarnya aki itu siapa.?"

"Kalau kamu ingin tahu, aku itu kakaknya Wiguna nama aku Ki Debleng."

‎‎"Ki Debleng, kalau nama Saya Marlan Ki, saya murid kang Wira Karta."

‎‎Marlan jadi teringat dengan cerita Wira Karta kalau kita Wiguna punya kakak yang memiliki prilaku aneh, kalau orang yang tidak tahu pasti akan menganggap dia kurang waras, sudah bisa di pastikan kalau orang yang di ceritakan oleh Wira Karta itu Ki Debleng orangnya.

‎‎Marlan mengangguk-menganggukkan kepalanya.

‎‎"kenapa kamu mengangguk-menganggukkan kepala seperti burung tekukur Marlan, lebih bagus lagi kalau bersuara, tekukur, tekukur, hehehe. kalau kamu memang murid si Wira karta, berarti kamu sudah belajar ilmu silat badak putih"

‎‎"Sudah Ki."

‎"kalau begitu coba kamu tahan serangan ini, Hiaa."

‎‎Ki Debleng langsung menyerang Marlan, gerakan Ki Debleng sangat cepat dan berbahaya.

‎‎Marlan mencoba untuk menghindar, tapi Ki Debleng seperti sudah tahu gerakan yang akan di lakukan oleh Marlan. Pukulan yang awalnya mengarah ke kepala Marlan berubah arah menjadi kebagian tulang rusuknya, dengan cepat Marlan menangkis pukulan itu dengan tangannya.

‎‎"Buk."

‎‎Marlan mundur lima langkah sambil menahan rasa sakit, tulang tangannya seperti mau patah, "benar-benar hebat" Marlan menjadi semakin kagum akan kehebatan Ki Debleng.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!