🌻 Mohon dukungannya ya para sahabat, karena karya ini sedang diikutkan lomba novel pria yang bertema URBAN🙏
Zero, nama yang diberikan oleh Mak Salmah, wanita yang menemukan bayi merah di antara onggokan sampah. Zero dibesarkan oleh ibu angkatnya itu di perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal.
Tubuhnya yang bulat pendek, dengan pertumbuhan yang tidak sempurna membuat dirinya dipanggil kerdil oleh teman-temannya, tapi Zero tidak malu, dia tetap semangat dan percaya diri dalam menjalani kehidupannya.
Seiring berjalannya waktu, Zero tumbuh menjadi seorang pemuda yang kini menjadi tulang punggung keluarga, dia menafkahi dan merawat ibunya yang semakin renta.
Saat dia sedang mengais sampah di pojokan sebuah gedung, Zero menemukan sebuah benda pipih usang ternyata ponsel jadul. Zero mengambilnya dan dia terkejut melihat benda itu bercahaya, berkedip dan juga mengeluarkan suara.
[Ting!]
(Silahkan akses, apakah pemilik menerima sistem kekayaan : Ya/Tidak)
"Ya."
(Sistem sedang dalam proses, harap pemilik menunggu)
10 %....25%....50%....100%
(Sistem siap digunakan, pemilik seorang pemuda baik dan berbakti, maka sistem siap membantu setiap kesulitan dengan cara memberikan tugas dan akan memberikan imbalan jika pemilik berhasil menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh sistem)
(Ya, untuk melanjutkan dan siap menerima tugas)
Sejak saat itu nasib Zero berubah, baik dari segi ekonomi, postur tubuh maupun penampilannya, tapi dia tetap memulung karena itu syarat yang diajukan sistem.
Zero akhirnya menjadi pemuda gagah, dermawan dan digandrungi para gadis kaya, tapi hanya gadis sederhana yang menjadi pujaan hatinya.
Bagaimanakah kisah perjalanan hidup Zero? Apakah dengan bantuan sistem dia juga akan bisa mengungkap asal usulnya?
Silahkan ikuti kisahnya dan jangan lupa dukung author ya...dengan pavorit, vote, like, coment dan rate bintang limanya.🙏♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia Fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 32. PENGAKUAN PARA KORBAN
"Assalamualaikum Mak," ucap Zero sambil mengetuk pintu.
Mak Salmah yang mendengar suara Zero, segera membukakan pintu, lalu menjawab salam. Melihat tamu yang sangat ramai di luar membuat Mak Salmah heran.
Zero tahu jika saat ini emaknya sedang bingung, "Mak... nanti Zero ceritakan semuanya di dalam, tapi untuk malam ini, boleh ya Mak, mereka menginap di sini?"
Mak Salmah pun mengangguk, lalu meminta semuanya untuk masuk. Beliau tahu, Zero pasti punya alasan yang tepat kenapa melakukan hal ini.
Setelah Mak Salmah mengembangkan tikar, beliau pun segera mempersilakan semuanya untuk duduk, sementara Zero membuat teh manis agar para tamu yang baru saja mengalami penyekapan segera pulih semangatnya.
"Ayo... silahkan diminum!" ucap Zero.
Sembari memberikan minuman kepada tamunya, Zero pun menceritakan semua kejadian yang menimpa mereka barusan kepada Mak Salmah.
"Oh ya, coba kakak semua ceritakan kenapa bisa sampai di sekap oleh anak buah Bang Beni?" tanya Zero.
Salah satu dari kesepuluh gadis tersebut mulai berbicara. "Perkenalkan Bu, nama ku Rara, asal Lampung. Aku bisa sampai disini karena salah satu dari mereka menawarkan pekerjaan, dengan imbalan gaji yang sangat menggiurkan. Ternyata semuanya bohong! setelah sampai di sini mereka malah berniat menjual kami."
"Iya benar, aku juga begitu, mereka menunjukkan foto sebuah pabrik dengan banyak karyawan yang sedang bekerja, lalu menjanjikanku penginapan serta gaji yang cukup besar. Sementara aku yang memang sedang membutuhkan uang demi sekolah adikku tergiur dan tanpa pikir panjang segera menerima tawaran mereka. Eh... ternyata setibanya di sini, semua cuma iming-iming yang malah menjerumuskan ku."
"Kalau kamu Dek, kenapa bisa sampai di sini?" tanya Bang Togar kepada wanita yang paling muda, serta sedari tadi hanya diam, tidak seperti yang lainnya.
"Aku..." ucapan gadis itu terhenti lalu dia menundukkan kepala sambil menangis terisak.
"Kenapa ragu Kak? tapi jika kakak belum bisa menceritakan alasannya ya tidak apa-apa sih, kami tidak akan memaksa," ucap Zero.
"Aku diperkosa, hiks...hiks...hiks, lalu dipaksa oleh mereka untuk ikut kesini," ucapnya dengan masih terisak.
"Dasar bia**p! Selama ini yang kutahu, kegiatan mereka hanya pemalakan saja, ternyata aku salah. Mereka melakukan penjualan wanita dan senjata ilegal keluar negeri," ucap Bang Togar lagi.
"Bang, semua pengakuan mereka sudah aku rekam dan bisa menjadi bukti. Kita tidak bisa diam saja, besok kita akan melaporkan perbuatan ini ke pihak yang berwajib. Mereka harus menerima ganjaran, sebelum ada korban lagi," ucap Zero.
"Kamu benar Dek, tapi kita juga harus bersiap, bos besar pasti akan sangat marah atas apa yang terjadi, apalagi dengan meledaknya satu mobil container berbagai senjata dan alat peledak. Mereka telah mengalami kerugian yang sangat besar, pasti bos besar tidak akan membiarkan kita lolos dan hidup," ucap Bang Togar sambil menarik nafas dalam.
"Lalu kita harus bagaimana Bang?" tanya istri Togar.
"Abangpun belum tahu harus melakukan apa, tapi yang pasti lari juga tidak akan menyelesaikan masalah," ucap Togar.
"Untuk saat ini, kalian tinggal di sini saja Bang! Sekaligus kakak bisa menemani emak, jika kita keluar. Mengenai kakak-kakak semua, kami akan memulangkan kalian ke daerah masing-masing, tapi setelah itu kalian sembunyilah untuk keselamatan masing-masing, karena kami tidak mungkin melindungi kalian semua," ucap Zero.
"Kenapa kalian bisa terjerat masuk dalam masalah serius seperti ini Nak?" tanya Emak kepada Zero.
"Ini sudah takdir Mak, tak bisa lagi kami hindari. Walaupun berat dan sangat berbahaya, kami harus bisa menemukan dan memenjarakan bos besar yang ada dibalik ini semua, walaupun nyawa taruhannya," ucap Zero.
"Emak takut Ro, kamu dan yang lain kenapa-kenapa? kita cuma orang kecil yang tidak akan bisa melawan mereka," ucap Emak sangat cemas.
"Doain saja kami ya Mak! Kejahatan harus kita lawan, agar mereka tidak semakin merajalela, terus berbuat hal-hal yang meresahkan banyak orang," ucap Zero lagi.
"Zero benar Mak, maafkan Togar ya Mak! karena demi menyelamatkanku, akhirnya Zero terseret masuk dalam masalah besar ini," sesal Togar.
"Abang tidak salah, siapapun yang sedang dalam masalah selagi aku bisa membantu pasti akan aku bantu, sekalipun itu orang lain."
"Yang penting mulai sekarang kalian harus lebih berhati-hati lagi, lawan kalian bukan orang sembarang, karena dia tidak menampakkan diri atau tetap di balik layar tapi kekuasaan dan pengaruhnya mampu mengatur begitu banyak anak buah yang bisa tunduk dan senantiasa patuh menjalankan setiap perintah darinya," ucap Emak.
"Emak benar, semua takut Mak. Perintah Bos besar sudah seperti perintah presiden saja, yang wajib di patuhi, jika tidak nyawa adalah taruhannya," ucap Togar.
"Ya sudah, kalian istirahat dulu, kalian pasti capek. Emak mau belanja dan memasak. Emak akan minta tolong tetangga untuk membantu. Dan kamu Ro, panggil dokter, luka Togar harus segera diobati agar tidak infeksi," pinta Emak.
"Iya Mak."
"Oh ya Bang, aku pergi dulu ya, abang jaga mereka saja di sini, aku takut anak buah Bang Beni ada yang mengikuti kita."
"Iya Dek, kamu juga harus berhati-hati ya."
"Siap Bang!"
Setelah pamit dengan Emak, Zero segera pergi untuk memanggil dokter, sedangkan Emak langsung ke rumah tetangga untuk meminta bantuan memasak.
Mulai hari ini semua harus lebih waspada, karena bisa saja musuh mengintai mereka.