Meninggal karena di jebak oleh musuh bebuyutannya membuat Kebo Iwa merasa menyesal seumur hidupnya karena telah meninggalkan cinta sejatinya demi wanita yang akhirnya membunuh dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan Pahit
Setibanya di apartemen Iwa terus mengingat kembali peristiwa di Bar beberapa hari yang lalu.
Ia masih mengingat dengan jelas wajah polisi yang begitu ragu-ragu saat hendak menembak Baron. Meskipun suasana Bar remang-remang karena minimnya penerangan namun Iwa tak bisa melupakan wajahnya. Begitulah dengan tato huruf R di tangan lelaki yang berusaha menemui Baron.
"Apa yang kamu pikirkan Rey?" tanya Refan
"Aku memikirkan kejadian di Bar malam itu," jawab Iwa
"Apa ada yang mengusik mu?" sahut Baron
"Gilbert,"
"Kenapa dia??" tanya Refan dan Baron bersamaan
"Gilbert adalah lelaki yang menyergap mu saat di Bar, ia bahkan yang menodongkan pistol saat berada di ruang VIP. Mungkin kau tak mengenalinya karena ruangan VIP begitu gelap, namun aku melihat wajahnya dengan jelas saat pertama kali ia masuk kedalam Bar dan mengikutinya hingga ia masuk ke ruangan VIP," terang Iwa
"Dan kau harus berterima kasih padanya karena ia tidak benar-benar ingin membunuh mu seperti perintah lelaki itu. Ia begitu ragu saat akan menembakan pistolnya hingga kita dapat lolos dari tempat itu. Dan satu lagi, dia tidak meninggal karena bunuh diri tapi karena di bunuh," imbuhnya membuat Baron seketika merasa lemas.
Ia kemudian membenamkan tubuhnya keatas sofa dan memukul-mukul dadanya.
"Apa ia dibunuh karena gagal mengeksekusi diriku," ucap Baron lirih
"Bisa jadi, aku rasa alibi mu ada benarnya juga," jawab Refan
"Itu juga alasan istrinya pindah ke kampung halamannya, mereka ingin hidup aman dari gangguan para penjahat yang selalu mengancam mereka," sambung Iwa
Baron segera mengambil ponselnya, namun dengan cepat Refan langsung merebutnya.
"Jangan hubungi dia, kau hanya akan membahayakan dirimu dan juga Ester saat kau menghubunginya. Aku yakin pembunuh itu sudah menyadap ponsel Ester. Kalau kau ingin bicara dengannya temui ia saat di terminal Bus," ucap Refan
"Refan benar, bersabarlah dulu. Jangan gegabah karena itu bisa membahayakan kalian berdua," sambung Iwa
Sementara itu Amy terlihat begitu cantik dengan gaun berwarna maroon yang membalut tubuh sintalnya.
"Ehemm, cantik sekali adikku ini, memangnya kau mau pergi kemana sampai memakai gaun seksi seperti itu?" tanya Refan
"Aku diundang dalam acara amal om Daniel," jawab Amy
"Masa ke acara amal kamu pakai gaun seperti ini, jangan-jangan kau tidak pergi ke acara amal tapi hendak justru berkencan dengan sugar Daddy itu," imbuhnya
"Sembarangan!" cibir Amy mendengus kesal
"Kanda?" sapa Amy manja
"Iya Dinda," sahut Rey
"Apa aku terlihat seksi?" tanyanya manja
"Aku tidak tahu seksi itu seperti apa, tapi yang jelas kamu terlihat cantik dan elegan dengan gaun itu." jawab Iwa membuat Amy tersipu-sipu
"Thanks Kanda, memang hanya kamu yang selalu ngertiin aku, lope-lope sekebon duren Kanda," sahut gadis itu tersipu
"Tapi Dinda, kalau boleh tahu acara dimana acara amalnya berlangsung?" tanya Iwa lagi
"Katanya sih di panti Jompo gitu," jawab Amy
"Kalau acaranya di panti Jompo, sebaiknya Dinda mengganti pakaian yang lebih sesuai dengan tema acara itu. Gaun yang Dinda pakai memang bagus tapi tidak sesuai dengan acara yang aka Dinda datangi. warnanya terlalu terang dan memperlihatkan lekukan tubuh sintal mu, yang seharusnya hanya diperlihatkan kepadaku," tutur Iwa membuat Amy yang awalnya sedikit kecewa seketika merona mendengar kalimat akhir Iwa.
"Iya Kanda, kalau dirimu yang bilang aku tak berani menolaknya," jawab Amy malu-malu
"Ikan Hiu makan Kerapu, ok Kanda aku otw ganti baju," imbuhnya kemudian berlari masuk ke kamarnya.
"Ikan Hiu makan nasi Padang, iya Dinda sayang," jawab Iwa
"Gak mati tuh hiu makan nasi Padang?" tanya Refan menggodanya
"Gaklah, mati itu kalau makan hati Fan," sahut Iwa
"Eaaaaa, dasar gaje. Sekarang Lo sudah kena virus ikan hiu Rey, wkwkwkwk!" sahut Refan terkekeh mendengarnya
Sebuah mobil SUV berhenti didepan sebuah panti Jompo. Semua Pengurus panti segera berlarian menyambutnya. Mereka bahkan mencium punggung tangan lelaki itu dan mendampinginya masuk kedalam Aula.
Amy yang baru saja tiba segera bergegas masuk menuju Aula panti.
Wanita itu menghentikan langkahnya ketika melihat seorang wanita tua duduk melamun memperhatikan orang-orang di dalam Aula.
Karena penasaran Amypun berjalan menghampiri wanita itu.
"Apa Nenek ingin pergi ke aula juga?" tanya Amy hati-hati
Wanita tua itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Kenapa??" tanya Amy lagi
Wanita itu menatap sendu kearah Amy dan kembali menggelengkan kepalanya.
"Jangan khawatir aku akan mengantarmu ke sana dan menjaga nenek selama ada di acara amal. Aku juga akan mengantarmu kembali ke sini," tutur gadis itu mencoba meyakinkan wanita itu
"Tidak boleh, nenek tidak boleh kesana," jawab wanita itu kemudian memutar kursi rodanya.
"Apa ada yang melarang nenek?" tanya Amy kemudian mendorong kursi roda wanita itu.
Wanita itu kembali mengangguk.
"Ya sudah kalau nenek tidak mau, tapi bolehkan aku mengantar nenek sampai ke kamar nenek?"
Wanita itu mengangguk pelan dan menunjukkan arah kamarnya.
Amy kemudian membantu wanita itu berbaring di ranjangnya.
"Apa Nenek butuh sesuatu?" tanyanya lirih
Wanita itu kembali menggelengkan kepalanya.
Setelah selesai merapikan selimut wanita itu, Amy kemudian berpamitan padanya.
"Kalau gitu aku pamit ya nek, selamat beristirahat,"
"Terimakasih nak, atas bantuannya," jawab wanita itu tersenyum padanya
"Sama-sama nek," jawab Amy
Namun sebelum pergi Amy merapikan meja yang terlihat berantakan. Ia merapikan makanan diatasnya dan juga Dokumen tentang riwayat kesehatan wanita itu.
Seketika matanya terbelalak saat melihat nama wanita itu.
Melani Suwito???
Seketika Amy langsung teringat akan cincin batu Akik pemberian Baron.
Aku sudah berhasil menemukan identitas pemilik cincin itu, namanya Melani Suwito seorang manula di Panti Jompo Harapan Kasih.
Amy menatap lekat wanita itu, "Apa benar dia pemilik cincin itu, atau ada seseorang yang sengaja menggunakan namanya untuk memanipulasi identitasnya??"
Amy segera mengecek siapa saja yang mengunjungi wanita itu dan ia juga siapa keluarganya.
Ternyata gadis itu tidak berhasil menemukan nama asli wali ataupun keluarga. Ia hanya menemukan inisial Nn pada daftar riwayat pengunjung.
"Hanya dia yang selalu mengunjunginya, dan setiap ia datang pasti ada acara amal di panti ini. Kalau begitu pasti hari ini dia akan menemui nenek Melani," Amy kembali memeriksa buku pengunjung wanita itu.
"Hari ini dia belum datang, pantas saja nenek Melani begitu gundah menunggunya di pintu masuk. Inikah alasannya kenapa ia terus menatap lekat kearah aula," ucap Amy menyimpulkan
"Apa yang kau lakukan disini Amy?" tanya Daniel mengagetkan Amy
"Aku hanya mengantar nenek kembali ke kamarnya Om," jawan Amy.
"Kalau begitu cepatlah, aku akan menunggumu di aula," sahut Daniel
"Ok I'm," jawab Amy mengerlingkan matanya.
Amy kemudian menyusun dokumen itu dengan Rapi. Gadis itu segera mengambil photo usang yang terjatuh dari sebuah dokumen.
Seketika Amy merasa tubuhnya lemas dan dadanya terasa sesak saat melihat foto nenek Melani.
"Kamu kenapa Amy?" tanya Daniel saat gadis itu menyambanginya di aula.
"Aku tidak apa-apa Om," sahut Amy dengan wajah pucat pasi
"Sepertinya kau sakit sayang, bagaimana kalau aku mengantarmu pulang?" tanya Daniel menawarkan diri
"Tidak usah Om, aku akan menelpon Rey untuk menjemput ku," tolak Amy halus
Daniel segera menangkap tubuh Amy saat wanita itu hendak pingsan.
Ia kemudian memapah Amy menuju ke mobilnya.
Amy tak bisa menolak saat lelaki itu membawanya masuk kedalam mobilnya.
Rey, tolong aku???