Selain wajah cantik nya tidak ada lagi yang tersisa dari nya kecuali kepolosan.
Mia diperlakukan tidak baik, dan harus menjadi tumbal keserakahan keluarga Ayahnya.
Balas Budi! Kau harus membalas Budi !
Itulah alasan yang tepat untuk seorang Mia.
Pernikahan nya dengan pria cacat itu menjadi belenggu kuat yang merantai hidupnya, hingga Mia tidak bisa lari dan berpaling, serta menjadi awal perjuangan Mia yang pelan pelan merubah Takdir nya!
Sekretaris Ang, Pria yang selalu ada di samping Tuan Mudanya.
Menikahi gadis dibawah umur dan mengulangi kesalahan Ayahnya, membuatnya harus dihantui ketakutan siang malam memikirkan kesalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Any Anthika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu langkah lagi.
"Mia..!!" Panggil Garra.
"Tuan Muda! Mau menikah lagi?" Mia memberanikan diri menatap Garra.
"Benar Mia.. Ini permintaan kakek! Apa kau setuju?" jawab Garra.
"Mana mungkin saya tidak setuju. Jika itu membuat Tuan muda bahagia. Lakukan saja." Mia tak tahan. Air matanya menetes.
"Mia, kenapa menangis ? Kalau kau tidak setuju tidak apa apa. Jangan menangis.." Garra mengusap air mata Mia. Tapi Mia menepis tangan itu dengan kasar.
"Saya tidak menangis. Berhenti peduli pada saya!!" Mia berteriak.
"Mia.. kau marah?" Garra tak mengerti.
"Tidak tuan muda. Tidak. Saya tidak mungkin marah. Saya memang tidak akan mungkin pantas menjadi istri tuan muda. Saya tau itu. Saya sadar diri. Menikah lah tuan muda. Tuan muda boleh kok menikah lima kali juga dengan lima wanita sekaligus. Saya, saya bukan siapa-siapa di sini kan? Saya.. saya hanya pelayan Tuan muda." Mia mundur, lalu memutar tubuhnya. Berlari ke ranjang, dan membanting tubuh begitu saja.
"Hah!! Mia.." Garra bengong.
"Mia... kenapa bicara seperti itu. kok. Ah... kenapa jadi ribet begini.??" Garra menggaruk rambutnya.
Menoleh pada kakeknya yang terdengar tertawa.
"Seperti nya ada yang salah paham!"
"Sudah, kita pergi saja. Biar Garra menyelesaikan nya sendiri" Nenek Sulis menarik tangan suaminya untuk keluar dari kamar cucu mereka.
Garra menoleh kembali pada Mia. Baru sadar jika Mia salah paham. Mungkin karena Mia hanya mendengar ujung dari percakapan mereka tadi. Terlihat bahu Mia, naik turun karena sesenggukan.
Garra melangkah, merangkak ke atas ranjang dan duduk di sisi Mia.
"Mia..!" menepuk halus kepala istrinya.
Mia mendongak, lalu duduk sambil menyeka air matanya.
"Kapan Tuan muda akan menikah?" masih terisak, Mia sempat bertanya. Padahal hati nya terasa hancur.
"Kapan pun kau siap." jawab Garra.
"Saya siap kapanpun. Meskipun hari ini tuan muda mau menceraikan saya, saya sudah siap." Mia kembali menunduk.
'Aku harus kuat. Aku harus kuat.' ucap Mia dalam hati , menguatkan diri sendiri.
"Boleh aku bertanya?" ucap Garra.
Mia mengangguk.
"Lihat aku jika aku sedang bicara padamu." Garra mengangkat wajah Mia. Terpaksa Mia menurut, menatap wajah Garra.
"Mia, kau salah paham. Kau hanya mendengar secuil dari pembicaraan kami tadi." ucap Garra.
"Kami sedang merencanakan untuk pernikahan ku. Pernikahan ku yang kedua. Menikah lagi, dengan mu Mia. Menikah lagi dengan mu. Kita akan menikah lagi. Menikah dengan ijab kabul dari mulut ku sendiri."
Mia tercengang. Menatap kedua bola mata hitam pekat milik Garra.
"Maksud nya..?"
"Kita akan menikah lagi. Pernikahan yang berbeda dari kemarin. Aku akan datang kepada ayah mu, melamar secara resmi dirimu. Meminta restu dari nya. Dan kita akan menikah di saksi kan keluarga kita. Keluarga mu, dan keluarga ku. Bukan kah itu ide yang bagus..??" jelas Garra.
Mia seperti tak percaya. Benarkah dia tadi hanya salah paham?
"Tuan muda .. Tapi saya."
"Aku tau kau belum siap. Belum siap segala nya. Aku tidak akan memaksa. Aku akan menunggu sampai kau siap. Siap menerima ku, siap mencintai ku. Lalu meminta restu Ayahmu. Setelah itu,kita baru akan menikah lagi." ucap Garra.
"Tapi Tuan muda. Saya takut."
"Takut apa? Takut aku jahat.?" tanya Garra.
"Tidak. Tuan muda bukan orang yang jahat kok. Saya tau itu."
"Lalu, takut aku kdrt.?"
"Tidak."
"Takut aku mendua kan mu?"
Mia menggeleng." Bukan seperti itu. Takut .. Saya belum tau apa itu cinta tuan muda. Saya belum pernah tau. Jika saya gagal bagaimana? Tuan muda akan kecewa pada saya."
Garra terkekeh, menarik tubuh Mia, membawa nya dalam pelukan nya. Mia kali ini tidak menolak. Membiarkan Garra memeluk nya.
"Tidak perlu takut. Kau akan belajar. Kau akan tau dengan sendirinya. Aku akan memberitahumu. Caranya, rasa nya, pelan pelan saja. Jika kau gagal. Asal tetap bersama ku dan jangan pergi. Kau tidak perlu mencintaiku, biar aku yang melakukan nya. Biar aku yang mencintaimu. Biar aku saja. Kau tidak perlu. Bagaimana?" ucap Garra. Terus mengusap rambut Mia.
Mia merasa nyaman, Mia merasa Garra tidak main main dengan ucapan nya. Mia mengangguk pelan. Lalu menarik tubuhnya. Mia mendongak.
"Perlu meminta restu ayah saya?" tanya Mia.
"Tentu saja. Walau bagaimana pun juga, Dia adalah ayahmu. Juga Mertua ku. Yang perlu menjadi wali mu."
"Saya takut pulang." rengek Mia.
" Kau harus pulang sebentar saja."
Mia terdiam, lalu kembali bicara.
"Tuan muda tidak tau bagaimana perasaan saya pada mereka. Saat ini Saya sudah berhasil membenci mereka. Setelah sekian lama belajar untuk membenci mereka, karena ayah susah menjual saya. Tanpa peduli bagaimana perasaan saya saat itu. Bahkan tanpa sepatah kata saat saya keluar dari rumah nya." Sahut Mia.
Garra kembali tersenyum, kembali membelai lembut rambut Mia.
"Pulang lah, sebentar saja, hanya sesekali. Lalu membiasakan diri lagi dengan mereka. Mereka harus tau keadaan mu saat ini. Kau bukan lagi Mia yang dulu. Bukan Mia si anak haram yang tidak di inginkan. Bukan mengajarimu membalas dendam. Bukan, tapi kau harus menunjukkan pada mereka , jika kau bahagia. Bahagia dengan perjodohan mu. Kita harus berterima kasih pada mereka. Kau berterima kasih karena perjodohan itu bisa membuat mu terlepas dari mereka. Aku perlu berterimakasih karena perjodohan itu, bisa membuat ku bertemu lagi dengan mu yang sudah membuatku sembuh dari sakit ku. Bertemu lagi dengan gadis pilihan kakek ku. Gadis yang sebenarnya sudah mencuri hati ku."
"Setelah kau siap. Kita berdua akan meminta restu pada Ayah mu." ucap Garra.
"Jika mereka jahat lagi bagaimana, lalu tidak membolehkan saya pergi lagi bagaimana? Nanti kalau saya di jual lagi oleh ayah?"
"Aku akan mengantarmu Mia. Setiap kali kau akan ke sana. Aku akan mengantarmu sendiri, menunggu mu sampai kau selesai di sana. Jangan takut. Jika mereka menyakiti mu. Tubuh ku yang akan menjadi tameng untuk mu."
Mendengar semua ucapan Garra, Mia menjadi tenang. Bukan hanya tenang, tapi Mia senang. Senang sekali.
Berdua terlihat tersenyum, tersenyum penuh kebahagiaan.
Lalu Garra mengajak Mia menemui Kakek dan Nenek nya.
Mia menurut, melangkah bersama Garra ke kamar kakek Abian dan Nenek Sulis.
Mereka di sambut hangat.
"Mia sayang? Apa Garra sudah berbicara mengenai pernikahan?" tanya sang kakek.
Mia tersenyum malu. Malu karena sudah salah paham. Menoleh pada Garra, lalu mengangguk pada mereka.
"Syukur lah. Apa kau setuju?" tanya sang nenek.
"Mia meminta waktu nek."
"Bagus lah. Gunakan waktu dengan sebaik baiknya. Dan jangan kecewa kan kamu. Kami menyayangi mu Mia." sahut sang nenek, menoleh pada suaminya yang tersenyum.
Lalu Garra berpamitan, sengaja ingin pergi meninggalkan Mia di situ bersama kakek dan nenek nya.
Sebenarnya Garra hanya ingin menunjukkan pada Kakek dan neneknya, jika Garra sudah berhasil menjinakkan hati Mia. Tinggal satu langkah lagi, yaitu menunggu Mia mencintai nya. Garra berpikir , itu pasti mudah baginya. Dan setelah itu, semua akan berjalan sesuai rencana mereka. Menikah lagi lalu mencetak banyak cicit untuk Kakek dan Nenek nya.
Tidak lupa untuk mengganti semua penderitaan Mia, dengan kebahagiaan!!
bersambung ....!!!