Married By Accident

"ada apa Gav ? tumben sekali kamu ingin berbicara dengan Nala" tanya tuan Rendra kepada putranya itu, pasalnya selama Nala tinggal dan tumbuh di rumah keluarga Alvaro tak sekalipun Gavin mau berbicara dengan gadis cantik itu jika tidak ada sesuatu yang penting.

"aku ingin memberitahu padanya pa, cara mencuci jas dokterku bagaimana karna kemarin aku sempat melihat masih ada sedikit bercak kotor disana" kilah Gavin kepada papanya dan kemudian dia beranjak pergi dari ruang makan menuju anak tangga yang mengarah pada kamar tidurnya.

"anak itu memang apapun harus sempurna, hey kita ini manusia biasa. wajar dong jika Nala melakukan kesalahan kecil seperti itu" terdengar suara nyonya Vanya yang menggerutu membuat suaminya tersenyum kecil melihat kejengkelan istrinya pada putranya itu.

"kenapa dia persis sekali sepertimu sih menyebalkan" sambung nyonya Vanya kemudian bangkit dari duduknya dengan mengangkat piring kotor menuju wastafel agar dibersihkan oleh bi Wati.

Nala yang melihat dua orang yang telah membesarkanya itu tersenyum di dalam hatinya dia selalu mendoakan kebahagiaan untuk keluarga Alvaro kususnya nyonya Vanya dan tuan Rendra "Nala cepat kamu ke atas daripada macan menstruasi itu mengamuk nanti" ucapan nyonya Vanya membuat Nala membuka mulutnya terkejut sedetik keudian tertawa.

Nala langsung membekap mulutnya yang tertawa karena merasa tidak sopan "maafkan saya tuan dan nyonya" nyonya Vanya mengangguk dan mengibaskan tangannya untuk memerintah Nala ke kamar anaknya yang tampan itu.

langkah demi langkah Nala pijaki anak tangga itu, dan fikiranya kembali mengingat kejadian malam naas tersebut membuat tubuhnya kembali gemetar, biasanya dia memang mengambil pakaian kotor dan merapikan kamar tuan Gavin saat setelah tuan Gavin berangkat ke rumah sakit.

namun kali ini berbeda, tuan Gavin masih berada di dalam kamar itu. peluh keringat membasahi telapak tangannya akibat gugup dan tak terasa keringat yang berada di dahi luruh disamping pipi Nala membuatnya berhenti sebentar untuk mengelap, diketuknya pintu kamar tuannya itu tak lama terdengar suara dari dalam sana menyuruhnya masuk ke dalam.

disana di balkon kamar yang sangat luas itu berdiri seorang laki - laki memakai kaos oblong berwarna hitam dengan celana pendek cargo sedang menghisap sebatang rokoknya menciptakan kerutan aneh di dahi Nala.

"tuan Gavin merokok ? sejak kapan?" ucapnya dalam hati namun dia tidak seberani itu untuk menanyakan hal tersebut, Gavin uang melihat Nala masuk ke dalam kamarnya mulai mematikan rokoknya dan berjalan ke arah nakas mengambil sebotol air mineral untuk ia teguk.

"mendekat sedikit kemari" perintahnya pada Nala yang sedari tadi hanya terpaku didepan pintu kamarnya, Nala hanya mengangguk kemudian berjalan mendekati Gavin.

saat ini posisi mereka saling berdekatan hanya berjarak satu meter saja, Gavin mengambil sesuatu dari dalam saku celanya dan mengangkat benda itu didepan mata Nala "apa ini milikmu?" tanya Gavin dengan ekspresi wajah yang sangat datar tenang bahkan terkesan dingin.

Nala yang melihat benda apa itu seketika terkejut jantungnya seakan akan jatuh dan mungkin saat ini kakinya merasa lemas "apa kau hamil ?" tanya Gavin kembali "apa itu anakku ?" cercaan demi cercaan pertanyaan yang Gavin lontarkan membuat bibir Nala kaku dan terdiam otaknya masih mencernah apa yang terjadi saat ini.

"ya tuan itu milikku" jawab Nala dengan sedikit terbatah dan dengan suara yang sangat lirih, mungkin jika Gavin tidak sedikit mendekat ke Nala dia tidak akan terdengar jawaban tersebut "apa yang kita lakukan malam itu ?" pertanyaan Gavin menbuat Nala menatap ke dalam mata Gavin dengan tatapan terluka.