NovelToon NovelToon
Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:21.7M
Nilai: 5
Nama Author: Nadziroh

JUARA 1 LOMBA BERBAGI CINTA


Sabrina Salsabila, gadis yatim piatu yang di besarkan di panti asuhan itu harus menanggung beban lebih berat daripada kehilangan orang tuanya, di umur dua puluh tahun, musibah kembali menimpanya, ia kehilangan kehormatannya dan hamil di luar nikah.

Untuk menutupi aibnya, Ibu panti menjodohkannya dengan Mahesa Rahardjo, putra tunggal Yudi Rahardjo, itu adalah awal penderitaannya, di hari pernikahan Mahesa melampirkan surat penjanjian yang sangat menyakitkan. Demi putra yang di kandungnya, Sabrina rela menjalani pernikahan tanpa cinta dari suaminya.

Sampai pada suatu hari kenyataan pahit kembali menamparnya saat Mahesa memutuskan menikah lagi dengan pacar yang dicintainya. Lagi lagi ia harus mengalah daripada harus melahirkan bayinya tanpa seorang suami.

Merasa tak sanggup menyaksikan Mahesa yang selalu memamerkan kemesraannya dengan istri keduanya, Sabrina memilih pergi dari rumah, disaat itulah Mahesa merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ke luar kota

Mahesa membuka matanya menatap lekat wajah Camelia yang masih terlelap,  tak menyangka wanita yang dicintai hampir lima tahun itu menusuknya dari belakang. Dan sayangnya itu baru diketahui setelah ikatan sakral terucap, bahkan sudah hamil. Mahesa mengusap wajahnya dengan kasar, hati dan pikirannya sudah tak sejalan dan perlu petunjuk yang lebih terang untuk tidak salah jalan seperti yang lalu. Pria itu nampak gelisah, di satu sisi ada wanita yang dicintainya, namun membohonginya, dan disisi lain ada seorang wanita yang tulus mencintainya namun sempat ia lantarkan.

Mahesa beranjak dari tempat tidurnya lalu membuka tirai jendela kamarnya,  menatap langit yang gelap bertaburan bintang dan bulan sabit. Disaat hatinya sedang risau, tiba-tiba saja teringat dengan Sabrina. 

Mahesa kembali menghampiri ranjangnya dan mengambil ponselnya yang ada di nakas.

Mahesa memilih turun dan masuk ke kamar Sabrina, dengan kejahilannya pria itu melakukan panggilan video,  padahal jarum jam baru menunjukkan jam tiga pagi dan sudah dipastikan kalau Sabrina masih tidur. 

Satu kali panggilan tak terjawab, Mahesa merasa kesal, dan akhirnya mengulanginya lagi untuk yang kedua, lagi-lagi tak ada jawaban, membuat rasa jengkel nya naik level. 

"Jika yang ketiga kali kamu nggak mau angkat,  aku akan kesana," ucapnya sebelum mengulanginya lagi. 

Akhirnya ucapannya tak sia sia, dalam hitungan detik Sabrina menerima panggilannya.

"Assalamualaikum…" sapa Sabrina dengan suara berat. Wanita itu benar tak sadar jika ada seseorang yang terus menatap wajahnya dengan mata yang sedikit menyipit.  Tak sengaja Sabrina pun menguap tanpa menutup mulutnya. 

"Waalaikumsalam…." jawab Mahesa lembut,  takut mengejutkan Sabrina.

Seketika Sabrina melempar ponselnya ke arah samping.

Masih nampak jelas, Mahesa yang cengengesan seraya melambaikan tangannya. Sabrina kembali meraih ponselnya lalu tersenyum saat nyawanya sudah terkumpul. 

" Ada apa Mas menelponku? tanya Sabrina. 

"Ilernya di lap dulu dong, baru nanya." 

Seketika Sabrina mengelap bibir dan pipinya yang jelas jelas kering. 

"Aku nggak ileran," bantah Sabrina. 

"Itu,"

Mahesa menunjuk ke arah layar ponselnya. 

"Mana?" Sabrina terus mengusap pipi dan bibirnya.

"Nggak ada."

Sabrina memanyunkan bibirnya, kesal dengan Mahesa yang menggodanya. 

"Aku mau ke luar kota untuk beberapa hari, aku hanya mau minta doa kamu." 

"Urusan pekerjaan?" Sabrina ikut serius,  meletakkan ponselnya di sandaran ranjang beralih posisi menopang dagunya dengan kedua tangannya,  Sedangkan Mahesa berbaring.

"Iya,"  jawab Mahesa. 

"Tanpa mas minta pun aku selalu berdoa untuk Mas, semoga urusan mas cepat selesai dan  lekas pulang."

"Kapan Mas berangkat?" tanya Sabrina. 

"Hari ini juga, lebih cepat lebih baik."

Mahesa mengusap layar ponselnya lalu tersenyum. 

"Mas," panggil Sabrina. 

Mahesa menyingkirkan jarinya dan fokus pada wajah Sabrina.

"Jika nanti bayi mas lahir,  mas mau kan menyisihkan sedikit kasih sayang untuk Devan?" tanya Sabrina dengan mata berkaca. Hatinya terus gundah kala mengingat sebentar lagi suaminya akan memiliki anak kandung.

"Kemarin aku bilang apa sama kamu?  Jangan menangis, aku ingin kamu bahagia, jika memberikan kasih sayang untuk Devan membuatmu bahagia,  kenapa tidak."

Sabrina tersenyum,  tak menyangka Mahesa akan menjawabnya semudah itu. 

Di sepertiga malam Mahesa melepas rindu jarak jauh, saling menyalurkan rasa cinta lewat kata-kata,  apalagi Mahesa sudah lihai menggombal dan itu sukses membuat Sabrina terus tersipu hingga membisu. 

Meskipun terlambat,  setidaknya aku sadar, bahwa kamu adalah bidadari tak bersayap dari panti. 

Keduanya kembali melanjutkan pecakapannya hingga Subuh tiba, bukan hanya itu, bahkan Mahesa malah berbicara dengan ponsel Sabrina, sedangkan sang empu kembali bermimpi dengan benda pipihnya yang masih menyala. 

Mahesa hanya geleng-geleng lalu mematikan sambungannya. Pria itu kembali ke kamarnya menghampiri Camelia dan membangunkannya.

"Mel,  sudah Subuh," ucapnya, menggoyang goyangkan lengan Camelia. 

Seketika wanita itu menggeliat dan perlahan membuka matanya. 

"Hari ini aku mau ke luar kota, dan mungkin akan sampai beberapa hari, jaga diri baik baik!" 

Camelia terbangun dan mengangguk,  merapikan rambutnya lalu turun.

"Kenapa mendadak, Mas?" tanya Camelia.

"Aku lupa bilang," ucapnya memilih baju yang akan dipakainya. 

Meskipun berat, terpaksa Camelia melepaskan kepergian suaminya.

Dengan tekad yang bulat Mahesa keluar dari rumah,  kali ini pria itu hanya memakai kemeja dan celana jeans hitam serta kacamata yang senada. Dan itu menambah ketampanannya. 

"Mas, apa nggak sebaiknya aku yang berangkat?" Randu.

Mahesa masuk ke dalam dan menutup pintu mobil. Kemudian disusul Randu yang duduk di depan setir. 

"Ini masalah pribadi,  dan aku ingin mendapatkan bukti yang jelas tentang kebohongan Camelia, kamu urus kantor, di rumah ini sudah ada pak Udin, kamu cukup jaga Sabrina dan Devan, aku pasti akan segera pulang."

Randu hanya mengangguk tanpa suara. 

Suasana dapur rumah Sabrina nampak ramai,  apalagi Sabrina ikut campur tangan, membantu yang lain memasak, tak ada Mahesa membuatnya sedikit bebas bersama yang lain dan bercanda.

Sabrina dan Sesil terus memojokkan Arum yang akhir-akhir ini terus beradu mulut dengan Randu. 

"Benci dan cinta itu beda tipis," ucap Sabrina seraya memotong sayur, "Jadi jangan benci pada laki-laki, nanti ujung ujungnya jadi cinta," imbuhnya. 

Tak seperti tadi, semua hanya diam tak ada yang menyahut. 

"Kenapa kalian diam?" tanya Sabrina tanpa menoleh. 

"Mereka diam karena ada aku," sontak Sabrina menoleh saat mendengar  suara yang familiar itu menembus gendang telinganya. 

Cup

Sebuah kecupan mendarat di saat pipi Sabrina tepat berada di bibir Mahesa. 

"Sejak kapan mas ada disini?" tanya Sabrina menyingkirkan tubuh Mahesa, menatap ke arah belakang, ternyata kedua sahabatnya sudah menghilang entah kemana. 

"Sejak kamu bilang benci jadi cinta. Aku pikir kamu nyindir aku."

Sabrina menggeleng. 

"Katanya mas mau ke luar kota?"  merapikan rambut Mahesa. 

"Iya, aku kesini mau pamit sama kamu."

"Semoga semua urusan mas diberi kelancaran oleh Allah."

"Aamiin… "

"Aku juga ingin bertemu Devan."

Sabrina meraih tangan Mahesa dan membawanya ke kamar,  seperti biasa, setelah mandi, rapi, wangi, bayi itu kembali bermimpi dengan dunianya. 

Mahesa mencium pipi gembulnya lalu memeluk Sabrina dengan erat. 

 "Aku minta ciuman penyemangat," bisik Mahesa. 

Sabrina mencium pipi Mahesa seperti permintaannya. 

"Bukan itu?"

Sabrina beralih mencium pipi sebelahnya. 

"Bukan ini juga, Neng."

Sabrina mendesis, pagi pagi sudah dibuat malu suaminya. 

"Lalu yang mana?" tanya Sabrina dengan polosnya. 

Mahesa menangkup kedua pipi Sabrina lalu mencium bibirnya dengan lembut.

Sabrina hanya memejamkan mata tanpa ingin melawan. 

"Terima kasih," ucap Mahesa setelah melepas pagutannya. 

Sabrina menggigit bibir bawahnya dan menepuk dada bidang Mahesa.

Apa waktu itu ayah Devan jaga menciumku seperti tadi yang dilakukan mas Mahesa, jika benar itu artinya Mas Mahesa bukan orang yang pertama kali melakukannya, batin Sabrina.

1
Jamaliah
so sweet banget 😂😂😂😂😂👍👍👍👍👍👍👍
Jamaliah
sabar Mahesa semua butuh proses
Enung Nurlaela Noenkandenk
Luar biasa
Jamaliah
😭😭😭😭😭😭😭
Jamaliah
Camelia egois banget
Jamaliah
tes DNA anaknya Camelia dan anaknya Sabrina supaya lebih jelas yg mana anaknya mahesa
Jamaliah
berarti anak Camelia anaknya andre
Jamaliah
pergi yang jauh Sabrina biar Mahesa tau rasa😭😭😭😭😭😭
Jamaliah
kasihan Sabrina 😭😭😭😭😭😭
Ayanih
Luar biasa
Nethy Sunny
semoga yg d kandung camelia anak andre
Nethy Sunny
berani beraniny arum bangunin macan yg lg tidur 😆
Nethy Sunny
udahlah sabrina kamu g ada kewajiban berbakti sama suami kaya gitu minim akhlak 😤
Nethy Sunny
c arum sampe ngibrit gitu galak2 gitu juga ganteng 😆
Nethy Sunny
nyesek bgt jd sabrina 😭
Erna Wati
⭐⭐⭐⭐⭐🌹🌹🌹
Dwi Setyaningrum
Krn penjelasannya kurang lengkap dan Sabrina menolak utk penjelasan lengkapnya keburu esmosi jdnya ya gt deh..huhhh😏😒
Dwi Setyaningrum
walah critanya yg bodo ya Sabrina sih sdh ngerti bawa uang ga langsung plg mampir2 lg malahan..hadeh sdh tau jarak bank dg rmh panti jauh sdh gt mendung ehh malah mampir k toko utk liat2 baju..
tri kutmiati
sebenernya org yg pintar tdk akan mudah terpengaruh ..aplg dlm cerita ini posisi cinta segi tiga...tp outhor lbh membodohkn tokoh mahesa
tri kutmiati
mau maunya sdh tau suami ky gitu....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!