Bukan Suami Pilihanku

"Arka? Kau membuatku jantungan saja." seru Nira sambil mengusap dadanya. Sejenak dia mematung menatap Arka.

Arka melangkah maju berdiri tepat di samping Nira dengan kedua tangan dilipat di dada. Pandangan matanya lurus ke depan tanpa mempedulikan Nira yang saat ini sedang menatapnya.

Nira mengayunkan tangan kanannya tepat di depan wajah Arka. "Kau kenapa? Kesambet setan jalanan ya?" tanya Nira dengan sedikit mengejek, karena sejak masuk sampai sekarang Arka masih saja diam.

Arka tak menjawab, dia hanya menoleh sambil menatap Nira.

"Jangan menatapku seperti itu! Takutnya nanti kau akan jatuh cinta padaku!" kata Nira dengan tawa di bibirnya dan dengan sangat percaya dirinya. Sebenarnya dia hanya pura-pura tertawa untuk menghilangkan rasa groginya. Sedangkan Arka tak mananggapi Nira, dia lebih memilih memandangi hujan yang sepertinya semakin lebat.

"Sudahlah! Kau lanjutkan saja berdiri di sini sampai pagi juga tak apa. Aku ngantuk, mau tidur." ucap Nira sambil menguap lebar. Dia berjalan ke arah ranjangnya dan ingin segera merebahkan tubuhnya. Karena percuma saja dia membuang tenaganya hanya untuk berbicara dengan patung yang tak menanggapinya.

"Ahhh...." teriak Nira saat tubuhnya melayang. "Arka, apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" teriak Nira, dia sangat kaget setengah mati saat Arka tiba-tiba menggendongnya.

"Hei, aku bilang turunkan aku! Kau mau membawaku ke mana?" tanya Nira saat Arka berjalan menuju pintu. Dia juga terus meronta agar diturunkan oleh Arka.

"Kalau kau ingin semua orang mendengar teriakanmu dan mereka ke sini, terus saja berteriak!" kata Arka dengan nada penuh penekanan dan berhasil membuat Nita tutup mulut.

Nira menuruti Arka dan memilih diam. Dengan mata terpejam, Nira mengirup aroma parfum Arka yang masih menempel di baju. Detak jantungnya pun tak karuan berada sangat dekat dengan Arka.

Ada apa dengan jantungku ini? Kenapa jadi tak beraturan? Ohh,, ya Tuhan, jangan sampai aku jatuh cinta padanya. Batin Nira. Dia kini mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan Arka.

"Jangan menatapku seperti itu! Takutnya nanti kau akan jatuh cinta padaku." Arka seolah membalas perkataan Nira beberapa saat yang lalu. Dengan segera Nira mengalihkan pandangannya. Sangat malu karena ketahuan.

Nira menautkan kedua alisnya. "Untuk apa kau membawaku ke kamarmu?" bisik Nira yang tak ingin mengundang tanya semua penghuni rumah dengan kegaduhan yang ia buat. "Arka, kau itu punya telinga atau tidak?" tanya Nira karena tak juga dijawab oleh Arka.

Nira semakin bingung saat Arka membawanya menuju kamar milik suaminya itu.

Arka merebahkan tubuh Nira di ranjangnya. "Mulai sekarang, kau tidur di kamar ini lagi!" perintah Arka.

Nira membulatkan matanya. "Tidak,, tidak! Aku mau kembali ke kamarku saja!" tolak Nira. Dia tak bisa kalau setiap hari harus mendapati wajah tampan itu. Bisa goyah hatinya. Dan yang lebih parah lagi, bisa-bisa dia menerkam suami tampannya itu kalau lepas kendali. Nira hendak turun dari ranjang besar itu tapi tubuhnya justru dihempaskan oleh Arka.

"Arka, apa yang kau lakukan? Kau gila ya?" Nira mencoba berontak saat dirinya kini sudah dibawah kendali Arka. Tubuhnya tak bisa bergerak karena dihimpit oleh Arka.

Nira ketakutan saat melihat pancaran gairah dari mata pria yang kini ada di atasnya. "Arka sadarlah! Kau tahu apa yang kau lakukan?"

"Aku tahu, sangatlah tahu. Aku sadar dan sangatlah sadar." bisik Arka di telinga Nira yang mampu membuat bulu kuduk Nira meremang.

"Maka dari itu, sekarang lepaskan aku!" perintah Nira namun mendapat balasan seringaian tipis dari suaminya itu.

"Aku, Arka Wiratama, tidak akan pernah melepaskanmu!" ucap Arka dengan tegas.

"Maksud..." ucapan Nira terhenti saat bibir Arka mendarat di bibir tipisnya. Mata Nira membulat sempurnya. Ciuman yang membuatnya ketagihan itu dia rasakan lagi.

"Arka hentikan! Atau aku akan teriak?" ancam Nira saat ciuman mereka terhenti.

"Teriaklah! Teriaklah sekencang-kencangnya!" balas Arka lalu kembali mencium dan ******* bibir itu dengan penuh kelembutan.

Nira tak tahu apa yang membuat Arka menjadi seperti ini. Apa otak suaminya itu terbentur sesuatu atau salah minum obat. Nira tak bisa menolak dengan sentuhan dan kehangatan yang Arka berikan. Tangannya ingin sekali mendorong tubuh kekar itu, tapi di sisi lain, jauh di dalam hatinya, dia ingin melakukan hal yang lebih layaknya pasangan suami istri lainnya.

Tidak bisa! Tidak bisa terus seperti ini. Arka tidak mencintaiku. Aku tidak mau melakukannya kalau tak ada cinta di dalamnya.