Setelah 15 tahun menikah, Elma dan Danu merasa hidup mereka terenggut, mereka sama-sama lelah, sama-sama marah dengan keadaan yang memaksa untuk bertahan.
Hingga di suatu malam mereka memutuskan untuk berpisah dan mencari bahagia masing-masing.
Mampukah itu terwujud? saat hati masih saling bertaut ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
S15TMD BAB 18 - Mulai Training
"Mbak Elma, bagaimana?" tanya Diaz. Sebuah pertanyaan yang berhasil membuyarkan lamunan Elma, wanita yang kini duduk di hadapannya.
"Ba-baiklah Mbak," jawab Elma dengan gugup.
Sebenarnya Elma ragu untuk menerima pekerjaan ini, tentang adanya masa training dan gaji yang dia dapatkan hanya setengahnya. Gaji itu kecil sekali, jika dibandingkan dengan pemberian Danu selama ini.
Tapi untuk menolak pun rasanya Elma tak enak hati. Apalagi saat mengingat Risa yang sudah mencarikannya pekerjaan.
Akhirnya dengan terpaksa, Elma menerima pekerjaan itu.
Tidak apa El, jalani saja dulu. yang harus kamu lakukan sekarang adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, jadi setelah masa training mu habis kamu bisa diterima jadi karyawan. Batin Elma, meyakinkan dirinya sendiri yang tengah ragu.
"Baiklah, kalau begitu kita tanda tangan surat kerja." Jelas Diaz lagi.
"Surat kerja?"
"Iya, mbak Elma bawa kartu identitas diri?"
"I-iya bawa." Dengan tergesa Elma mencari kartu identitas dirinya, lalu menyerahkannya pada Diaz.
Sebelum menginput ke dalam komputer, Diaz lebih dulu membacanya. Matanya sedikit menyipit saat membaca keterangan menikah.
"Maaf mbak Elma, apa sekarang mbak Elma menikah? syarat bekerja disini harus single." Jelas Diaz apa adanya, pekerjaan yang tak mengenal waktu membuat wanita menikah tak akan cocok. Karena akan banyak terjadi cekcok dengan pasangan hingga menyebabkan tidak konsentrasi dalam bekerja.
Ditanya seperti itu seketika Elma menelan ludahnya dengan kasar, seumur-umur dia tidak pernah berbohong. Dan di situasi seperti ini rasanya memaksa dia untuk tidak bicara jujur.
"Begini mbak Diaz, sebenarnya sa-saya sudah bercerai. Tapi karena belum lama jadi saya be-belum sempat memperbarui kartu itu," jelas Elma dengan jantung yang bergemuruh. Kedua telapak tangannya pun sudah basah dengan keringat dingin.
Elma sangat lega saat dia melihat Diaz yang menganggukkan kepalanya kecil, kemudian mulai memasukkan data dirinya di dalam komputer.
Untunglah. Batin Elma.
Siang menjelang sore saat itu, Elma menandata tangani surat kerja. Ada beberapa perjanjian, kewajiban dan juga hak yang tertera dalam kertas itu.
Elma benar-benar membacanya sebelum melakukan tanda tangan.
Dan setelah semuanya beres, Diaz langsung memberikan Elma 2 baju seragam di toko ini, warna merah muda dan warna biru. Kali ini Diaz meminta Elma menggunakan baju yang warna biru. Sementara bawahannya asal, boleh celana ataupun rok milik Elma pribadi.
Terakhir, Diaz mengenalkan Elma pada 2 karyawan yang lain, Puspa dan Lena. Semua pekerja disini tidak ada yang hanya memegang 1 pekerjaan, tapi semua karyawan harus bisa.
Harus bisa menjadi kasir, harus bisa melayani konsumen, menyusun barang, bahkan harus mengepel lantai juga jika kotor.
"Puspa, hari ini kamu kasih tau mbak Elma harga-harga semua produk, beritahu kode harganya. Mbak Elma akan mulai training." titah Diaz.
"Siap Mbak," balas Puspa.
Setelah itu Diaz kembali masuk ke dalam ruangannya dan meninggalkan Elma di depan.
Deg! seketika Elma merasa takut juga gugup, apalagi saat melihat Puspa dan Lena yang seperti tak ramah. Kedua wanita itu terlihat jelas berusia lebih muda dari Elma.
Sama-sama menatapnya dengan tatapan menilai. Elma sadar, tentang penampilan memang dia sangat berbeda. Wajahnya bahkan masih polos, tidak seperti para pekerja yang lain. Tadi pun Diaz sempat mengatakan jika besok Elma harus merias dirinya dengan riasan wajah lengkap. Bukan hanya menggunakan bedak dan lipstik, namun juga memoles mata.
"Sini Mbak, jangan diam saja," ucap Puspa, ucapan sederhana namun tetap saja mampu membuat Elma tersentak.