Sari, seorang gadis desa yang hidupnya tak pernah lepas dari penderitaan. Semenjak ibunya meninggal dia diasuh oleh kakeknya dengan kondisi yang serba pas-pasan dan tak luput dari penghinaan. Tanpa kesengajaan dia bertemu dengan seorang pria dalam kondisinya terluka parah. Tak berpikir panjang, dia pun membawa pulang dan merawatnya hingga sembuh.
Akankah Sari bahagia setelah melewati hari-harinya bersama pria itu? Atau sebaliknya, dia dibuat kecewa setelah tumbuh rasa cinta?
Yuk simak kisahnya hanya tersedia di Noveltoon. Dengan penulis:Ika Dw
Karya original eksklusif.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Ikhlas Melepasmu
Untuk tetap bertahan hidup, Sari melakukan banyak cara untuk mencari pekerjaan. Setelah pergi dari kehidupan sebelumnya ia berhasil mengontrak sebuah rumah kecil yang ada di pinggiran jalan. Dia menghabiskan waktunya untuk bekerja serabutan demi bisa menyambung hidup. Kini kehamilannya juga sudah membesar. Meskipun awalnya ia memiliki niatan untuk menggugurkan kandungannya tapi diurungkan karena ia tak ingin menambah dosa, di tambah lagi dengan kehadiran calon bayinya ia tidak akan lagi kesepian. Setiap pagi ia selalu menggunakan waktunya sebagai buruh cuci, setiap sore ia gunakan waktunya untuk membantu mencuci piring di warung makan. Walaupun hasilnya tidak seberapa tapi tetap ia syukuri, karena tanpa melakukan apa-apa untuk mencari sesuap nasi pun bakalan kesulitan.
Cuaca hari itu cukup cerah. Ia harus mengantarkan pakaian yang sudah di bersihkan ke tempat tuannya. Di perjalanan tak sengaja ia melihat sosok pria yang begitu familiar. Dia mengulas senyumnya sembari menggumam. "Mas Jaka."
Ya, pria itu begitu mirip dengan Jaka suaminya, tapi sayangnya penampilannya sangat beda jauh dengan Jaka sewaktu masih tinggal di kampung. Niatnya ingin menemuinya dan mengabarkan keberadaannya di tempat itu, tapi saat kakinya melangkah ia melihat sosok wanita yang tiba-tiba menggelayuti lengan pria itu.
"S—siapa wanita itu? Apa dia kekasihnya mas Jaka? Apa mungkin mas Jaka ingatannya sudah kembali, dan tidak lagi mengingaku?"
Seketika itu perasaannya langsung kacau balau. Sedih, gelisah ingin menjerit, namun ia tahan, tak ingin semua orang melihatnya dalam keadaan setengah gila.
"Ternyata benar dugaanku, mas Jaka sudah melupakanku. Buktinya dia jalan sama cewek lain. Atau mungkin wanita itu sudah hadir sebelum mas Jaka mengalami amnesia? Kalau memang seperti itu berarti aku yang sudah jahat. Aku sudah melukai perasaan wanita itu. Andai saja wanita itu tahu kami sudah menikah, aku rasa dia bakalan sakit hati." Sari menggeleng. "Tidak! Berhubung mas Jaka sudah tidak lagi mengingatku aku tidak boleh mengganggunya. Dia milik orang lain, dan aku harus belajar ikhlas untuk melepaskannya."
Sari dengan sedikit kekuatannya kembali melangkah menuju tempat seseorang untuk mengantarkan hasil cuciannya. Hatinya berkecamuk sedih masih terbayang-bayang wajah tampan suaminya yang digelayuti oleh wanita lain.
"Tapi benar tadi itu mas Jaka kan? Bukan orang lain? Hatiku mengatakan kalau pria itu memang suamiku, tapi kenapa secepat ini dia bisa melupakanku, bahkan aku sangat sulit untuk bisa melupakannya. Ini sungguh tidak adil! Bahkan dia sudah berjanji akan kembali lagi padaku."
Sebenarnya Sari memiliki niatan untuk memberitahu mengenai kehamilannya, tapi berhubung suaminya tak lagi mengenali dan bahkan sudah bahagia dengan wanita lain ia putuskan untuk mundur. Ia tak ingin melukai perasaan wanita yang datang lebih awal dibandingkan dengan dirinya.
***
Adrian kembali beraktivitas seperti biasanya. Saat ini ia berada di sebuah tempat yang dijadikan sebagai bisnis perjudian. Di tempat itu ia banyak mendapatkan keuntungan. Meskipun dibilang ilegal, tapi dia tetap beroperasi, tentunya memiliki dukungan dari bandar-bandar besar.
"Tuan, sepertinya tadi saya melihat nyonya, tapi~~
"Tapi apa? Di mana kamu melihatnya?"
Tomi agak ragu untuk memberikan penjelasan mengenai orang yang dilihatnya, ia masih kurang yakin orang yang dimaksud adalah Sari, istri dari bosnya.
"Kayaknya saya salah lihat Tuan, soalnya wanita tadi perutnya besar, sepertinya dia dalam kondisi mengandung."
Adrian mendengus gelisah. Sampai detik ini ia bahkan belum mendapatkan kabar mengenai istrinya yang pergi dari kampung halamannya. Padahal ia sudah berusaha keras menyebarkan banyak anak buahnya untuk melakukan pencarian, tapi hasilnya tetap nihil, Sari tidak pernah menunjukkan batang hidungnya.
"Adrian! Ini aku bawain Vodka untukmu! Ayo minumlah!"
Karina dengan berjalan melenggok mendekat pada Adrian yang duduk di antara bangku dengan meja besar di depannya. Di situ masih belum banyak orang yang datang, Adrian memang sengaja datang lebih awal.
"Maaf, aku sedang tidak ingin minum!" Adrian selalu menolak pemberian dari Karina. Dia cukup malas dengan keberadaan wanita itu, hanya saja ayahnya selalu meminta Karina untuk standby menemaninya.
"Loh, kok kamu gitu sih! Dulu kamu seneng banget minum, kenapa sekarang selalu menolak? Jangan bilang sekarang kamu berkeinginan untuk tobat? Ini nggak lucu Adrian, kau tidak semudah itu untuk bisa bertobat. Kau sudah masuk ke dunia hitam, jadi kurasa cukup sulit untuk membuatmu bisa keluar dengan mudah."
Wanita itu tetap saja memaksanya untuk minum minuman laknat itu, tapi Adrian tetap menolak dan melemparkan botolnya.
Prang!!
"Sudah kubilang jangan pernah memaksaku untuk mengikuti kemauan mu! Mungkin dulu aku pernah mempercayaimu, tapi tidak untuk sekarang. Sebelum aku kehabisan kesabaran lebih baik tinggalkan tempat ini. Pergilah! Aku tidak membutuhkanmu!"
"Tapi om Davidson memintaku buat menjagamu Adrian! Kamu itu masih hilang ingatan dan tidak mengingatku dengan baik. Perlu kau ketahui saja, dulu kau begitu bucin padaku! Bahkan kau sering nginap di tempatku!"
Prett!
Dua pria yang tak lain asisten pribadi Adrian mencebikkan bibirnya. Bahkan dari dulu Adrian tidak pernah suka dengan perjodohannya. Demi ketenangan almarhum ibunya ia terpaksa menyetujui perjodohan konyol ayahnya. Kalau saja tidak mendapatkan ancaman dari sang ayah, tidak akan mendapatkan haknya dari peninggalan ibu kandungnya ia juga tidak akan sudi menjalin hubungan dengan wanita itu.
Adrian tersenyum smirk dengan menarik ujung bibirnya. Sepucuk kuku pun ia tak percaya kalau dulu pernah tidur menginap di rumah wanita itu. Ia yakin wanita itu berniat untuk mempermainkan keadaannya.
"Karina..., Karina! Apa kau pikir aku bakalan mempercayai ucapanmu itu? Dalam keadaan tak sadar pun aku tak bisa merasakan adanya getaran cinta dihatiku. Berhentilah untuk membohongiku, karena jika suatu saat nanti aku sudah mengingat masa laluku, aku akan membuktikan omonganmu! Jangan mengambil keuntungan di saat aku hilang ingatan. Itu nggak lucu!"
Tangan Karina terkepal dengan sorot matanya buas bak elang hendak mencengkram mangsanya. Hatinya bergemuruh panas saat usahanya tak membuahkan hasil. Di saat hilang ingatan pun Adrian masih juga songong. Tapi ia tak akan tinggal diam saja, ia harus memiliki cara untuk bisa membuat pria itu bungkam selamanya.
"Adrian! Kamu boleh percaya ataupun tidak, tapi lebih jelasnya kamu tanyakan langsung pada om David. Aku yakin jawaban om David akan sama dengan jawabanku!"
Adrian mengambil sebatang rokok dengan terkekeh mengejeknya. Tak peduli apapun alasannya ia harus bisa segera terlepas dari wanita licik seperti dia.
"Buat apa aku harus tanya pada orang licik seperti dia! Bahkan dia tidak bisa memanusiakan manusia! Apa kau pikir aku peduli dengan kehidupan orang tuaku? Jawabannya tentu tidak! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengikuti keinginannya apalagi untuk menikahimu! Sebelum tangan dan kakimu terlepas dari tubuhmu, aku minta cepat pergi dari sini! PERGI......!!"