30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Insiden Yang Hampir Terjadi.
Malam Nafisha berjalan sendirian mencari udara segar, dia masih berada di Bogor, menggunakan rok dengan memakai blazer dan juga tidak lupa memakai hijab dengan dua tangan yang dimasukkan ke dalam saku belajer panjangnya.
"Cuaca di Bogor benar-benar sangat dingin," ucapnya menghirup udara tersebut dalam-dalam.
Tangannya tiba-tiba mengadahkan ke langit dengan mengerutkan dahi.
"Apa ini air hujan?" tanyanya melihat ke atas langit gelap.
"Sepertinya memang akan turun hujan. Kota Bogor yang dinamakan Kota hujan dan wajar saja kalau hujan akan tiba-tiba turun. Sebaiknya aku kembali saja ke penginapan," ucap Nafisha mempercepat langkahnya sebelum terjebak dalam hujan.
Tiba-tiba saja langkah itu terhenti ketika mulai merasa ada seseorang mengikutinya dari belakang. Nafisha kaget ketika melihat bayangan berjalan dan dengan cepat dia menoleh ke belakang dan ternyata tidak ada siapa-siapa.
"Astagfirullah, ada apa ini? kenapa sejak kemarin aku berada di sini, seperti ada orang mengikutiku," batin Nafisha dengan wajahnya tampak panik.
Nafisha berusaha untuk setenang mungkin dan kembali melanjutkan langkahnya, sebagai seseorang yang merasa diikuti pasti langkah itu semakin dipercepat.
Nafisha melihat bayangan yang mengikutinya dan ketika melihat ke belakang maka bayangan itu menghilang.
"Kenapa penginapan masih begitu sangat jauh," ucapnya terus mempercepat langkahnya dan tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika melihat sepasang sepatu berdiri tegak di hadapannya membuatnya perlahan mengangkat kepala.
Betapa terkejutnya Nafisha saat melihat orang tersebut tak lain adalah Agam, dengan kedua tangan yang dilipat di dadanya dan tersenyum kepada Nafisha.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Nafisha dengan suara bergetar.
"Apa kabar sayang, berapa hari tidak bertemu, benar-benar sangat merindukanmu," ucap Agam berjalan melangkah mendekatinya dan refleks membuat Nafisha mundur.
"Apa yang kamu lakukan? pergi dari sini!" tegas Nafisha.
"Kenapa kamu bisa ada di sini? Jangan mendekatiku!"
"Pergi dari sini!"
Nafisha mulai panik dengan mantan calon suaminya itu semakin mendekatinya dan apalagi sorot wajahnya terlihat sengaja.
"Kita berdua sudah tidak ada hubungan apapun lagi dan jangan menggangguku!" tegas Nafisha dengan mengangkat jarinya mencoba untuk memperingatkan Agam.
"Nafisha, masih banyak hubungan di antara kita. Kamu melupakan bahwa kita berdua masih harus melakukan hubungan intim," ucap Agam dengan santai.
"Tutup mulutmu. Aku tidak sudi membiarkan laki-laki sepertimu menyentuh tubuhku!" tegas Nafisha.
Agam menyergah nafasnya dengan menyunggingkan senyum yang mengejek Nafisha, "kau benar-benar perawan tua jual mahal. Eh Nafisha kau itu seharusnya berterima kasih masih mau didekati laki-laki sepertiku, kau seharusnya sadar diri tidak ada laki-laki yang sudi menikah denganmu dan maka dari itu terimalah tawaranku tetapi sebelum itu kita harus bersenang-senang dulu baru aku mau menikah denganmu,"
"Jika aku merasa tubuhmu nikmat dan aku akan mempertimbangkan untuk menikah denganmu, tapi jika tidak sebaliknya maka aku akan mencarikanmu laki-laki lain," ucap Agam dengan seenaknya merendahkan Nafisha.
Nafisha tidak tahan dengan perkataan itu mengangkat tangannya ingin menampar Agam tetapi ditahan oleh Agam dengan mencengkram pergelangan tangan kecil itu.
"Lepaskan aku!" berontak Nafisha.
Agam dengan geram menekan giginya dengan cepat memutar tubuh Nafisha dengan tangan Nafisha berada di belakang tubuhnya dengan dicengkeram dengan kuat dan Agam menekan tubuhnya dari belakang.
"Kau jangan macam-macam denganku Nafisha. Kau sudah mempermalukanku dengan berani mengecek kesehatanku. Jika aku kena HIV dan maka kau juga harus," ucap Agam bisik di telinga Nafisha membuat Nafisha benar-benar sangat kaget dengan rencana Agam.
"Lepaskan aku, jangan kurang ajar kepadaku. Aku tidak sudi disentuh oleh laki-laki penyakitan sepertimu!" tegas Nafisha.
"Kurang ajar kau!" Agam tampak begitu marah langsung menarik hijab Nafisha hingga kepala itu mendongak ke belakang dan pasti sudah berantakan hijabnya.
"Kau mengatakan apa barusan hah?" tanya Agam.
"Kau laki-laki bajingan dengan sengaja menikahiku hanya ingin menularkan penyakitmu menjijikan itu!" tegas Nafisha.
"Kurang ajar!" Nafisha menguji kemarahan Agam dan menjatuhkan tubuh kecil wanita itu ke atas tanah.
Agam dipenuhi dengan iblis yang tidak melihat Nafisha bagi manusia namun sebagai makanannya sangat kurang ajar ingin memperkosa Nafisha.
Nafisha berusaha untuk mempertahankan kehormatannya dengan memukul-mukul dada Agam. Agam tidak peduli teriakan dari Nafisha dan bahkan hijab yang dia gunakan sudah terlepas.
"Lepaskan aku Agam!"
"Aku mohon!"
"Lepaskan!" Nafisha memberontak sekuat tenaganya dengan air matanya yang jatuh agar laki-laki yang dipenuhi dengan nafsu dan juga kemarahan itu melampiaskan kepadanya.
Di saat Nafisha akan pasrah dengan hidupnya dan belum lagi tempat itu sangat sepi, tidak ada mendengar suara teriakannya sejak tadi dan seketika itu juga tiba-tiba saja sebuah tangan kokoh menarik Agam dari atas tubuh tersebut.
Bugk,
Pukulan keras melayang dengan cepat mampu membuat tubuh Agam terpelanting dan bahkan terjatuh ke tanah.
Dengan nafas naik turun Nafisha mencoba untuk duduk dan ternyata dirinya masih diselamatkan. Orang tersebut tak lain adalah Arthur dan sekarang berjalan menghampiri Nafisha dengan membuka jasnya
Pria berwajah dingin itu tidak banyak bicara menutupkan jas tersebut ke kepala Nafisha untuk menutupi rambutnya yang terlihat. Kemudian Arthur kembali menghampiri Agam dan memberi pelajaran kepada Agam.
Agam tidak diberi kesempatan untuk membalas pukulannya yang sekarang pria dipenuhi dengan amarah itu berada di atas tubuhnya dan memukuli Agam sudah babak belur.
Agam sudah di pastikan kesakitan atas pukulan tanpa ampunan itu.
"Aku seharusnya memberimu pelajaran semenjak kau datang ke kantorku dan membuat keonaran di kantorku, jangan pikir aku diam tidak tahu kelakuanmu dan takut pada!" umpat Arthur sejak awal sudah menahan diri.
"Kau benar-benar banci hanya bisa melawan wanita!" umpat Arthur melampiaskan semua amarahnya itu.
Sampai akhirnya dua security datang dan langsung mencoba untuk menghentikan Arthur yang bisa-bisa Agam mati di tangannya.
"Pak, sudah pak!" kedua security tersebut membantu atasan mereka untuk berdiri dari atas tubuh tersebut dengan Arthur beberapa kali membuang nafasnya.
Belum puas pasti dia memberi pelajaran kepada Agam yang sudah tidak berdaya.
"Pak, dia bisa mati dan bapak bisa mendapatkan masalah. Kami akan mengurusnya dan membawanya ke kantor polisi dan biar pihak berwajib akan menyelesaikannya," ucap salah satu security tersebut memberi saran.
Arthur kembali menghampiri Agam dan mencengkram kerah baju Agam dengan sangat kuat.
"Kau dengarkan aku bajingan. Jika sekali lagi kau berani menyentuhnya, kau berani macam-macam dan sampai muncul di hadapanku. Maka aku tidak akan pernah melepaskanmu!" tegas Arthur memberi ancaman.
Setelah cukup mengancam laki-laki pengecut itu membuat Arthur melepaskan kasar kerah kemeja tersebut dan kemudian kembali berdiri dengan nafasnya masih belum stabil.
"Kalian pastikan laki-laki ini diurus oleh pihak berwajib!" tegas Arthur pada dua security tersebut.
"Baik. Pak," sahut kedua security tersebut yang langsung membawa Agam untuk diserahkan ke kantor polisi.
Arthur menoleh ke belakangnya, sekitar beberapa meter Nafisha masih duduk disana dengan memeluk tubuhnya dan masih sangat schok dengan apa yang barusan saja terjadi akibat perbuatan Agam.
Arthur menghela nafas dan melangkah menghampiri Nafisha. Pria tersebut berjongkok dengan satu lututnya menyentuh tanah.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Arthur terdengar begitu serak yang membuat Nafisha menggelengkan kepala.
Bersambung.....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa