Gadis Incaran Vampir

Profesor Zaid menghela nafas cukup dalam sebelum ia memposisikan duduk dengan tenang di hadapan Angel. Suaranya rendah, terukur, seperti seseorang yang sudah terlalu lama bergelut dengan teori dan kenyataan.

"Pertama, aku akan jelaskan padamu, Angel. Tentang kenapa seseorang terkadang bisa masuk ke dalam mimpi yang kita alami. Mimpi bukanlah jendela acak tanpa makna, juga bukan sekadar bunga tidur. Ia adalah hasil kerja otak yang sangat kompleks, sebuah panggung tempat ingatan, emosi, ketakutan, dan harapan berbaur tanpa sensor kesadaran. Sekarang, kita masuk ke pertanyaan yang lebih mengganggu. Mengapa kita bisa memimpikan seseorang yang bahkan tidak pernah kita pikirkan, atau merasa tidak pernah kita kenal?"

Angel tampak memperhatikan dengan baik. Karena penjelasan profesor Zaid ini, cara bicaranya juga sangat mudah di pahami. Pembawaan yang begitu tenang, membuat Angel tidak merasa takut atau ragu sama sekali.

Sedangkan di ruangan sebelahnya, Aline tampak penasaran. Dia meraih beberapa buku, mencoba membacanya satu persatu. Tapi tidak ada yang menarik baginya.

"Ini buku tebal sekali! berapa puluh tahun coba penulisnya menyusun buku ini?" gumam Ayshi yang menimbang berat buku di tangannya.

Sebenarnya, dari cara gadis itu hanya menimbang-nimbang berat buku itu, tak terlihat sama sekali dia berniat membacanya.

Sedangkan Amanda, masih memperhatikan ke arah dinding kaca yang memperlihatkan Angel tengah mendengarkan petuah-petuah dari profesor Zaid itu.

"Apa yang mereka bicarakan ya?" gumamnya.

"Baca buku yang benar!" kata Gaza pada Amanda.

"Aku membaca kak Gaza, tidak seperti Aline dan Ayshi, mereka belum buka satu buku pun!" kata Amanda percaya diri.

"Kamu hebat juga ya! kamu bisa baca buku secara terbalik!" sindir Gaza pada Amanda.

"Ha ha ha" sontak saja tawa Aline dan Ayshi pecah.

**

Kembali ke ruangan profesor Zaid. Pria yang terlihat sangat bijaksana dan kharismatik itu terlihat masih menjelaskan panjang lebarnya teori yang dia temukan untuk masalah Angel itu.

"Pertama, otak tidak pernah benar-benar melupakan. Secara neurologis, otak manusia menyimpan jauh lebih banyak informasi daripada yang bisa kita sadari.

Wajah asing dalam mimpi sering kali bukan benar-benar asing. Bisa saja, itu adalah orang yang pernah kau lihat sekilas, misalnya di halte, lorong kampus, rumah sakit, atau bahkan pantulan di kaca. Wajah latar belakang yang tak pernah kau beri perhatian sadar. Menurut teori implicit memory, otak merekam informasi tanpa izin kesadaran. Saat tidur, terutama pada fase REM atau Rapid Eye Movement, memori-memori pasif ini muncul ke permukaan, tanpa konteks asalnya. Karena itu, ketika kau terbangun, kau merasa a'ku tidak pernah mengenalnya' padahal otakmu pernah bertemu dengannya, meski hanya sepersekian detik."

Angel terdiam. Tapi, dia rasa tidak ada hal seperti itu. Masalahnya dia tinggal di ibukota. Dan dia baru datang ke kota ini sekitar hampir 50 harian saja. Dia benar-benar belum pernah bertemu dengan Zevran. Tapi, dia tidak mengatakan apapun, dia kembali mendengarkan kemungkinan yang lain. Bisa saja, kemungkinan yang lain itu lebih masuk akal dengan apa yang dia alami tentang Zevran.

"Yang kedua, mimpi adalah simulasi emosi bukan simulasi tentang seseorang. Angel, ini bagian yang paling sering disalahpahami. Dalam teori Activation, Synthesis dan diperkuat oleh pendekatan modern Emotional Processing Theory, mimpi tidak memprioritaskan sosok, melainkan emosi. Otak lebih dulu mencari perasaan, rindu, takut, terancam, nyaman, atau terikat. Setelah itu, ia menciptakan figur yang cocok untuk mewadahi emosi tersebut. Sosok dalam mimpi bukan siapa dia sebenarnya, melainkan fungsi emosionalnya bagimu. Itulah sebabnya seseorang bisa terasa, sangat dekat, terlalu intens, bahkan memaksa atau dominan. Padahal di dunia nyata, dia asing atau tak pernah menoleh padamu." jelas profesor Zaid lagi.

Dan kali ini, Angel sedikit menegakkan punggungnya. Teori yang ini lebih masuk akal.

"Yang terakhir, Arketipe bawah sadar. Menurut Carl Jung, alam bawah sadar manusia dihuni oleh arketipe, pola universal yang diwariskan secara psikologis. Beberapa di antaranya, the Shadow yang merupakan sisi gelap, terpendam, atau keinginan yang ditekan. The Anima atau Animus yaitu representasi maskulin atau feminin ideal. Dan the Stranger, simbol perubahan atau ancaman emosional. Ketika seseorang muncul berulang dalam mimpi, sering kali dia bukan manusia, melainkan manifestasi arketipe yang sedang aktif dalam hidupmu. Itu sebabnya dia terasa, lebih nyata dari manusia sungguhan. Lebih berkuasa, lebih tahu dirimu dibanding siapa pun."

Angel tertegun, yang ini juga masuk akal.

"Dalam kondisi sadar, otak rasional, khususnya prefrontal cortex, bertugas menyaring logika dan norma.

Saat tidur, bagian ini melemah. Akibatnya, batas antara keinginan, ketakutan, dan realitas menjadi kabur. Sosok dalam mimpi bisa bertindak ekstrem, posesif, menuntut, atau terlalu intim. Bukan karena dia jahat, Angel. Tapi karena tidak ada rem moral di sana. Ada fenomena yang disebut parasocial attachment, ikatan emosional satu arah yang terasa nyata meski tidak pernah terjadi secara fisik. Dalam mimpi, otak menciptakan hubungan lengkap, konflik, kedekatan, bahkan sejarah. Emosi yang dihasilkan nyata, meski peristiwanya fiktif. Maka saat kamu bertemu dia di dunia nyata, ketidaksesuaian itu terasa menyakitkan, 'Mengapa dia seperti tidak mengenalku?' seperti itu"

Angel benar-benar dibuat membeku di tempatnya. Semua yang dikatakan profesor Zaid memang benar. Realisasinya memang seperti itu.

"Karena hubungan itu tidak pernah terjadi di dunia sadar. Jadi, Angel… ketika seseorang hadir begitu kuat dalam mimpimu, jangan langsung bertanya siapa dia. Tanyakan ini pada dirimu sendiri, emosi apa yang sedang berusaha dipahami oleh jiwaku? Karena sering kali, mimpi bukan memperkenalkan orang baru, melainkan memperlihatkan bagian dirimu sendiri yang belum berani kau hadapi saat terjaga." jelas profesor Zaid.

"Bukan orang baru!" gumam Angel tanpa sadar.

Angel kembali terdiam.

'Bukan orang baru?' batinnya yang masih mencoba mencerna kalimat yang paling mengena di pikirannya itu.

Profesor Zaid mengangguk.

"Benar! kalau aku boleh tahu, siapa orang itu?" tanya profesor Zaid.

Angel menghela nafas panjang. Bukan Angel tidak mau bilang. Tapi, apakah profesor Zaid akan percaya, kalau dia katakan orang yang terus mengusiknya di dalam mimpi itu, tapi sangat acuh padanya di dunia nyata itu adalah Zevran, Zevran Valleroy. Apa profesor Zaid akan percaya padanya?

***

Bersambung...