NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 - Pembully? Apa itu?

Baru saja mereka menapak di lantai halaman parkir motor, panel biru yang familiar tiba-tiba muncul di hadapan Rian, membuat dada nya berdetak lebih cepat.

[Ding!]

[Misi Lanjutan : Yuna Dirilis]

[Deskripsi : Buat Trauma Yuna Di Sekolah XXXX membaik]

[Reward : Mendapatkan Stat Acak!]

[Kegagalan : Trauma Yuna memburuk]

Begitu panel sistem memudar, Rian bahkan belum sempat menstabilkan napasnya ketika suara langkah hak sepatu

tek, tek, tek

mengiris udara pagi yang tenang.

Tiga siswi keluar dari lobi.

Seragam rapi, makeup tipis tapi tajam, aroma parfum mahal yang kontras dengan ekspresi mereka yang… busuk.

Mereka berjalan seperti catwalk, tapi niat nya seperti pemburu yang menemukan mangsa.

Yang di tengah rambut panjang bergelombang, bibir lipgloss pink berhenti tepat di depan Yuna.

Alisnya terangkat tinggi.

“…Apaan nih kawan? Lihat nih siapa yang balik ke sini lagi?”

Nada suaranya enak, tapi isinya racun pekat.

Yuna langsung menegang, tangan kecil nya gemetar.

"Hahaha" kedua temannya tertawa menghina.

Ketiga cewek itu menatapnya dari atas ke bawah.

Tatapannya seperti menilai barang rusak.

“Wah wah… gila ya. Kamu makin turun kelas ya padahal kemarin aja kau ga terlalu amat kaya”

Senyumnya miring.

“Aku pikir kamu udah hilang dari sekolah ini selamanya setelah… ya, tragedi keluarga kamu itu, ternyata balik lagi yah haha”

Dua temannya cewek berkacamata besar dan satu lagi yang rambutnya dikuncir tinggi tertawa kecil menutup mulut.

Tapi tawa itu jelas-jelas mengejek.

Cewek berkacamata mendekat sambil memiringkan kepala.

“Aku masih inget loh, Yun. Waktu itu kamu nangis di toilet, karna apa tuh, kecelakaan orangtua mu ya?”

Nada sok prihatin itu menusuk lebih dari makian.

“Duh, Duh... kadang hidup tuh nggak milih korban ya.”

Yuna tersentak keras.

Matanya langsung berkaca-kaca, napas pendek seperti baru disetrum.

“Tolong… jangan bahas mereka…” suara Yuna melemah, pecah seperti kertas basah.

Tapi si ponytail tidak berhenti.

“Oh iya, kamukan udah 15 hari nggak masuk kan?”

Ia pura-pura berbisik keras.

“Kata nya sih… belum bayar uang sekolah ya.. aduh kamu makin miskin banget, bisa bisanya gak bisa bayar uang sekolah semurah itu...

"Kasian bgt.. Dari keluarga berantakan… ya jadi nya gitu.”

Mereka hening sejenak lalu tertawa kecil penuh meremehkan.

"Hahaha"

Dan saat Yuna mulai mundur satu langkah, cewek rambut gelombang itu menatap Rian.

Tatapannya naik-turun cepat.

Seperti men-scan barang murah di toko loak.

“Ini siapa? Kakak baru kamu ya?”

Ia mendengus pelan, jijik terselubung.

“Idih.. make Motor… murah banget gila.. Baju… polos biasa.. Oh God.. this is really shameful.

"Kamu bener-bener seperti jatuh dari gedung ya Yun. Dari murid setengah kaya jadi anak yang dianter cowok kampungan, ya walaupun wajahnya cakep sih.”

"Boleh tuh buat gw" temennya nyeletuk.

Temannya ikut menambahkan, suaranya manis tapi beracun:

“Apaan sih kalian, wajah segitu jelek bagi kita.

"Oh iya yun, harus gitu? kamu sampai harus nempel sama cowok bermotor. Udah gitu… Kamu masih berani masuk sekolah ini lagi? Kuat juga kamu ya.”

Yuna menutup mulut dengan kedua tangan, tubuhnya gemetar hebat.

Air mata turun pelan.

Rian langsung menempatkan dirinya di sisi Yuna, satu tangan menepuk kepala yuna pelan tapi tegas.

Yuna menggigil, tapi sedikit bersandar ke arahnya refleks mencari perlindungan.

Panel biru muncul di sisi mata Rian,

[Kondisi Target: Trauma kambuh - level tinggi]

[Misi: Risiko gagal meningkat!]

Rian mengepalkan tangan.

Bukan karena hinaannya ke dirinya

tapi karena cara mereka merobek luka Yuna tanpa rasa bersalah.

Ia menarik napas panjang.

Saat membuka mata, tatapannya berubah.

Dingin.

Fokus.

Hari ini… tragedi masa lalu Yuna nggak boleh menang lagi.

Rian menatap mereka satu per satu, mulai dari si wavy hair, si kacamata, lalu ponytail.

Tatapannya marah… kosong dan tajam seperti orang yang sedang menilai apakah mereka layak bicara dengan nya atau tidak.

“Ada yang lucu?”

Suara Rian rendah, santai, tapi menusuk.

Tawa kecil mereka mati seketika.

Si kacamata mencoba balas menatap, tapi matanya langsung goyang, refleks menunduk.

Ponytail mendengus berlagak pede padahal nada nafasnya sudah goyah.

“Eh… kok sensi? Kita cuma—”

“Kau cuma ngomong yang bahkan mulut kalian sendiri nggak kuat tanggung,” potong Rian.

Alexa si rambut gelombang mengangkat dagu, mencoba terlihat angkuh.

“Loh? Kenapa? Kamu tersinggung? Kita cuma jujur kok. Atau kamu takut karena dia—”

“Karena dia apa?”

Rian maju setengah langkah.

Alexa otomatis mundur setengah langkah juga.

“Karena dia miskin?” Rian mengulang kata itu pelan lebih seperti ancaman ketimbang pertanyaan.

“Miskin itu bukan aib! Yang aib itu… orang kaya tapi kelakuan nya kayak gak pernah diajarin orang tua.”

Alexa terdiam. Dua temannya ikut kaku.

Rian melanjutkan, suaranya turun lebih dalam.

“Dan ngomongin orang tua Yuna yang sudah meninggal… itu level rendah yang bahkan anjing liar pun nggak bakal lakukan.”

Seketika suasana berubah total.

Angin pun kayak ikut berhenti.

Alexa memaksa senyum sinis.

“Wah, Wah.. pahlawan kesiangan datang nih. Kamu siapa sih? Kakak barunya? Atau… pacar miskin nya nih?”

Rian tidak merespon hinaan itu.

Rian hanya mengamati Alexa.

Garis merah tipis terlintas di lehernya, rian berpikir ada dua kemungkinan, seperti Yuna kemarin tapi panel kecil diatas nya ♡: 80, berarti bukan.

“Ah.”

Sudut bibir Rian terangkat sangat tipis seiring dengan kemungkinan yang kedua.

Mudah sekali menyelesaikan ini, pikir rian.

Rian melangkah satu langkah dan tepat berdekatan dengan Alexa.

Tanpa ekspresi, Rian membungkukkan badan sedikit… lalu berbisik di telinga nya.

Suaranya rendah, dingin, dan terlalu dekat.

“Oh iya, Lexa… ngomong-ngomong.”

"Aku tau kok kau itu jal*ng. Kau bukan berasal dari orang kaya kan?"

"Aku bisa melihat bekas lehermu itu."

Alexa tersentak kecil, terlihat oleh dua temannya.

"OMONG KOSONG, KAU BICARA OMONG KOSONG!" Ia langsung meledak..

"Hehe omong kosong tapi kok kamu marah? Ucap rian dengan alis terangkat.

"Jangan sok tahu kamu!!”

“Oh iyakah?”

Nada Rian datar… tapi tajam kayak pisau dingin.

Ia mendekat setengah langkah lagi, cukup untuk membuat Alexa tersentak mundur.

“Kalau itu cuma omong kosong saya…”

Rian miringkan kepala sedikit, seolah sedang berpikir.

“…bagaimana ya kalau omong kosong saya ini di percaya seluruh warga sekolah kalian?”

Alexa menegang.

Rian melanjutkan pelan, tetapi tiap kata menusuk tepat sasaran.

“Di sekolah INTERNASIONAL sebagus ini… ada anak di bawah 18 tahun punya bekas begituan di leher?”

Ia mengangkat alis ringan.

“Mmmm… bisa-bisa kamu bukan cuma di berhentikan…”

Ia mencondongkan tubuh sedikit.

“…tapi dipanggil POLISI.”

Alexa tersengal seperti kehilangan napas.

“J-Jangan ngomong sembarangan!”

Rian tersenyum tipis.

Terlalu tipis untuk dibilang ramah.

“Oh? Jadi kamu takut ya?”

Ia menepuk pelan bahu seragam Alexa, membuat cewek itu makin pucat.

“Kok kamu bisa takut… kan saya cuma omong kosong?” Ucap Rian pelan.

Alexa menggigit bibir, matanya berkaca-kaca. Malu, takut, dan ego yang digiling halus.

“Gini ya, Lexa…”

Ia menatap dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Lain kali kalau mau ngatain orang, pastiin diri kamu itu minimal nggak penuh noda.

"Jangan teriak paling lantang, tapi kalau di balas sedikit kenyataan langsung gemeteran.”

Alexa tersentak, wajahnya makin putih.

“Udah ya. Dadah, Alexa.”

Ia melambaikan tangan manis, lalu menoleh ke Yuna dengan santai.

“Yuk, Yun. Kita masuk. Kasihan, nanti dia pingsan di depan kita, bisa repot nanti.”

Rian narik tangan Yuna dan mereka masuk, sementara Alexa hanya bisa berdiri kaku air mata akhirnya jatuh tanpa suara.

[Ding!]

[Selamat! Misi Lanjutan : Yuna Berhasil Diselesaikan ]

[Deskripsi : Buat Trauma Yuna Di Sekolah XXXX membaik]

[Reward : Mendapatkan Stat Acak!]

[Kegagalan : Trauma Yuna memburuk]

[Mendapat 2 Poin Stat Intelligence & 1 Poin Stat Agility]

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!