Pengkhianatan yang di lakukan oleh adiknya sendiri, dan calon suaminya, membuat Jelita patah hati. Wanita itu menangis di bawah derasnya air hujan hingga dia pingsan.
Siapa sangka di saat dia pingsan, Jelita di selamatkan oleh seorang CEO muda yang tampan ,dan kaya raya. Laki-laki itu membawa Jelita ke rumahnya , dan mengizinkan Jelita tinggal di rumahnya untuk beberapa minggu. Namun laki-laki itu berhati dingin ,dan seorang gila kebersihan. Kuatkah Jelita tinggal di rumah laki-laki itu ?
Yuk kita ikuti kisah cinta Jelita ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran
Malam harinya setelah isya, terdengar pintu di ketuk dari luar. Mila segera berjalan menuju pintu utama untuk membuka pintu.
Wanita itu begitu antusias dengan tamu Papanya kali ini. Dia sudah tidak sabar melihat kakaknya menikah dan membuatnya bisa memiliki Dion seutuhnya tanpa takut pria itu berpaling.
Begitu pintu terbuka, Mila tertegun. Ternyata di depannya kini ada seorang pria yang sangat tampan melebihi Dion. Pria itu berperawakan seorang bule. Wanita itu bertanya-tanya, apakah ini calon suami kakaknya ? Jika benar, maka beruntung sekali Jelita.
" Assalamualaikum," ucap Raka sembari tersenyum.
" Wa- Waalaikumsalam, " jawab Mila yang masih berdiam diri dan tidak mempersilahkan tamunya masuk.
Raka dan sang Bibi saling berpandangan lalu bertanya," Maaf ,Nona. Apakah Pak Andi ada ?"
" Oh,iya, ada. Silahkan masuk."
Raka dan Bibinya masuk dan duduk di ruang tamu, sementara Mila masuk ke ruang makan memanggil Mama dan Papanya. Sungguh wanita itu terpesona dengan pria itu.
" Ya, Tuhan. Dia adalah pria idamanku. Aku sungguh terpesona melihat ke tampanannya. Hanya melihat wajahnya saja hatiku sudah bergetar hebat. Seharusnya Papa mencarikan Kak Jelita jodoh yang jelek," gerutu Mila dengan cemberut.
" Ma, ada seorang pria datang dan sepertinya itu adalah calon suami Kak Jelita. Dia datang bersama dengan seorang wanita ,"
" Oh, iya ,Papamu tadi juga bilang katanya calon suami Jelita datang bersama Bibinya, "sahut Mama Riska dengan menata beberapa kue dan buah di piring.
" Jadi benar kalau itu calon suami Kak Jelita ? Ganteng banget ,Ma ! Beruntung sekali dia ! " ucap Mila seraya menatap Mamanya.
"Kamu benar. Yang Mama dengar dia juga memiliki tiga Cafe di sini," terang Mama Riska
" Apa ? " tanya Mila dengan suara keras. Matanya membulat mendengar ucapan sang Mama.
" Ssstt...jangan keras-keras. Nanti ada yang dengar. Sudah, kamu bawa minuman dan kue ini ke depan. Biar Mama panggil Papa.
" Kenapa jodoh kakak lebih ganteng dan kaya dari suamiku ? Aku tidak terima ,Ma." Ucap Mila dengan wajah cemberut
" Mama juga tidak tahu. Tapi kamu juga sudah menikah," sahut sang Mama seraya menatap wajah Mila yang cemberut.
Mila masih mematung . Mencerna ucapan Mamanya. Rasanya dia tidak terima semua ini. Dia tidak terima kalau jodoh kakaknya lebih kaya dari suaminya.
Pantas saja barang-barang yang di pakai oleh pria itu semuanya barang mewah dan bermerek.
Mila mengambil makanan dan minuman yang ada di meja dan membawanya keluar. Dia mempersilakan tamunya untuk menikmati cemilan lebih dulu karena Papanya sedang membersihkan diri. Wanita itu pamit ke depan dengan alasan ada sesuatu yang harus dikerjakan. Nyatanya Mila ingin melihat kendaraan apa yang dipakai oleh tamunya.
Seperti perkiraannya, di depan ada sebuah mobil mewah. Menatap mobil itu membuat Mila tidak bisa terima jika jodoh sang kakak lebih kaya dari suaminya.
" Tunggu saja ,Jelita. Akan aku buat calon suamimu itu jatuh cinta denganku. Apalagi dari dulu kamu selalu kalah denganku," batin Mila seraya tersenyum licik.
Sementara di ruang tamu, Raka dan Bibinya masih menunggu pemilik rumah. Tidak berapa lama, Pak Andi keluar dengan istrinya. Dia menyambut tamunya dengan ramah. Mereka berbincang sejenak kemudian Pak Andi meminta istrinya memanggil Jelita.
Wanita itu menuruti permintaan suaminya. Dia memanggil Jelita dengan ketus. Dari dulu dia tidak pernah suka dengan Jelita. Alasannya, karena Jelita dulu tidak setuju Papanya menikah dengannya. Dulu hanya Mila yang setuju saat Papanya akan menikah dengan wanita itu. Karena itu dia lebih menyayangi Mila di badingkan Jelita. Dia sudah menganggap Mila seperti anaknya sendiri. Apalagi dia sudah di vonis tidak bisa mengandung.
Jelita hanya diam mengikuti Mama Riska dari belakang. Tidak di pungkiri gadis itu merasa deg-degan , entah merasa gugup atau takut.
" Ah, itu putri sulung saya , Bu Wina," ucap Pak Andi pada Bibinya Raka.
" Wah, ternyata putri anda sangat cantik, " puji Bu Wina seraya menatap Jelita.
" Anda terlalu memuji."
Raka sedari tadi tidak berkedip melihat Jelita.
" Ternyata Jelita lebih cantik dari Mila," batin Raka seraya tersenyum.
Sementara Jelita sedari tadi hanya menundukkan kepalanya. Dia tidak berani melihat seperti apa rupa tamu Papanya itu. Mama Riska yang melihat itu menjadi geram dan segera menarik tubuh Jelita agar sejajar dengannya.
Gadis itu seketika mengangkat kepalanya dan sungguh dia sangat terkejut melihat pemuda yang duduk di depannya. Telapak tangannya tiba-tiba mendingin, dan tubuhnya gemetar.
" Jangan di lihatin terus , Nak. Belum halal," tegur Bu Wina - Bibi Raka.
" Ah, maaf, Bibi."
Raka segera mengalihkan pandangannya, begitu pun dengan Jelita. Keduanya sama-sama gugup. Jelita berharap semoga laki-laki ini adalah jodohnya.
" Sebelumnya , izinkan saya memperkenalkan keponakan saya ini. Namanya Raka, usianya tiga puluh tahun. Pekerjaannya saat ini , dia sedang mengurus tiga Cafenya yang ada di kota ini. Niat kami ke sini karena ingin melamar putri Pak Andi yang bernama Jelita. Kiranya Pak Andi menyetujuinya dan memberi restu pada mereka," ujar Bu Wina menjelaskan.
" Saya sepenuhnya memberikan keputusan pada Jelita , karena dia yang akan menjalaninya," jawab Pak Andi.
Semua orang menatap Jelita menunggu gadis itu berbicara, hingga beberapa menit dia masih terdiam. Hal itu tentu saja membuat Raka merasa khawatir. Dia takut jika lamarannya di tolak oleh Jelita.
" Bismillah, saya menerima lamaran ini,"jawab Jelita dengan suara pelan.
" Alhamdulillah, " sahut Raka dan Bu Wina bersamaan.
Pak Andi menatap putrinya. Dia mengira Jelita akan menyerahkan jawaban itu padanya, seperti yang gadis itu katakan sebelumnya.
" Lalu kapan kamu akan menikahi putri saya ? " tanya Pak Andi seraya menaikkan sebelah alisnya.
" Saya akan menikahinya dua minggu lagi ," ucap Raka dengan begitu yakin.
" Baiklah, saya setuju. Tolong kabari saya nanti !"
" Iya ,Pak," sahut Raka seraya tersenyum.
Setelah itu , suasana tiba-tiba hening. Mereka tidak tahu harus bicara apa lagi.
" Kalau begitu kami harus undur diri , Pak Andi. Kebetulan ada pekerjaan yang harus saya selesaikan," pamit Raka
" Baiklah, " balas Pak Andi seraya tersenyum.
Raka dan Bibinya pergi meninggalkan rumah itu. Raka merasa bersyukur karena ternyata Jelita gadis yang sangat cantik, anggun dan juga sopan.
Senyum tidak pernah luntur dari bibirnya sejak keluar dari rumah keluarga calon istrinya.