NovelToon NovelToon
Beyond The Realm Of Gods

Beyond The Realm Of Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.

Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.

Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 – Kelahiran dari Sebuah Barrel

Pagi itu udara terasa jernih. Angin ringan menyapu halaman rumah Li Yun, membawa aroma tanah basah dan embun yang masih menggantung. Di depan rumah kecil itu, seorang pemuda dengan rambut sedikit kusut tengah merapikan baju sederhana yang ia kenakan.

Li Yun mengambil tas anyaman yang sudah ia isi penuh barang-barang dagangan. Gerakannya pelan tapi mantap, seolah ia tengah bersiap menghadapi hari panjang yang belum tentu aman.

“Baik… sepertinya semuanya sudah siap,” gumamnya sambil memeriksa isian tas. Kain-kain herbal, peralatan kecil, botol obat, dan beberapa barang unik buatannya tersusun rapi di dalam.

Di sampingnya, seekor serigala abu-abu berkilau menatap dengan mata penuh energi.

Baal—yang sejak beberapa hari ini tinggal bersamanya—berdiri tegap, ekornya bergerak cepat, seolah siap ikut ke mana pun Li Yun pergi.

Li Yun melihat itu dan menghela napas sambil tersenyum tipis.

“Hm…” Ia menatap serigala itu dengan tangan bersedekap. “Aku baru sadar satu hal.”

Baal langsung memiringkan kepala, telinganya berkedut.

“Aku lupa memberi nama padamu, serigala kecil.”

Baal membusungkan dada—atau sebisa mungkin seekor serigala melakukan itu—siap menerima namanya.

Li Yun mendekat, memperhatikan bulu serigala itu yang mengilap bagai perak yang disikat cahaya.

“Karena bulumu abu-abu dan mengkilap… bagaimana kalau Gray?”

Seketika Baal terdiam. Lalu beberapa detik kemudian…

Auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!!!

Ia melolong penuh semangat hingga burung-burung di pohon meloncat kaget.

Li Yun tertawa kecil sambil mengusap kepala Baal yang kini berlari-lari mengitari kakinya seperti anak kecil yang baru diberi mainan.

“Baiklah, Gray. Jaga rumah baik-baik ya?” katanya seraya menepuk kepala Baal lembut. “Aku mau berdagang dulu sambil mencari kabar tentang monster itu. Jangan keluar rumah, ada monster berkeliaran di luar. Aku tidak mau kau kena makan.”

Baal mengangguk penuh keyakinan, dada membusung, raut yakin seperti penjaga rumah paling kuat di dunia.

Tapi begitu Li Yun melangkah pergi…

“...monster?”

Baal mengedip.

“Monster yang mana? Perasaan waktu aku jalan-jalan di hutan nggak ada apa-apa selain kultivator remeh….”

Ia menggeleng tak peduli, lalu masuk kembali ke halaman rumah, langkahnya ringan seperti sedang tur jalan-jalan.

Begitu masuk, kedua matanya membesar.

“Tempat ini….”

Ia sudah berkali-kali terkejut sejak tinggal di sini, tapi tetap saja setiap sudut rumah membuatnya terpana. Energi spiritual yang mengalir di halaman lebih kental daripada lokasi-lokasi legendaris para immortal besar. Tanaman biasa saja tumbuh seperti harta spiritual langka.

Lalu ia melihat sesuatu.

Sesuatu yang membuat dirinya langsung menegang.

Sebuah patung berdiri tegak di sudut halaman. Tinggi, kokoh, dengan bentuk tubuh manusia aneh berwarna merah-perak, pose gagah seolah menantang langit.

Baal mendekat perlahan.

“Hm?” Alisnya mengerut. “Ini… patung apa? Bukan Buddha, bukan dewa apa pun yang kukenal… tapi tekanannya… tekanannya seperti…”

Ia menelan ludah.

“Ini ribuan kali lebih kuat daripada relik Buddha Bodhisattva kuno….”

Ia spontan mundur dua langkah.

‘Jangan dekat-dekat… nanti aku meledak cuma gara-gara salah napas,’ batinnya.

Ia buru-buru berkeliling mencari tempat aman untuk menenangkan diri, tetapi aroma tertentu tiba-tiba menyeruak.

Wangi. Manis. Mewah. Mengalir lembut namun menusuk jiwa.

Aroma anggur.

Tapi bukan sembarang anggur.

Aroma itu seolah merayap ke dalam otaknya, memanggil-manggil, menggoda seperti siren penggoda.

“Ap… apa ini… kenapa wanginya seperti… seperti buah terlarang para dewa….aku semakin penasaran..lihat ah~”

Baal goyah seperti orang mabuk.

Ia mengikuti aroma itu seperti zombie mengikuti bau otak.

Sampailah ia di kebun belakang.

Kebun itu luas, subur, begitu indah hingga Baal sudah tak sanggup terkejut lagi.

“Sudah cukup… aku sudah pasrah… semua tempat ini memang seperti dunia dewa….” Ia menghela napas pasrah.

Di tengah kebun, sebuah barrel kayu besar berdiri. Ditutup rapat. Dari sanalah aroma itu berasal.

Baal menelan ludah. Tangan—atau cakar—nya bergetar.

“Hm~ wanginya… aku cuma mau mengendus sedikit… sedikit saja… pasti boleh kan…?”

Ia menoleh kiri–kanan seperti maling.

Kosong.

Tak ada Li Yun.

Tak ada saksi.

Tak ada CCTV.

Ia mendekat… perlahan… lalu menempelkan hidungnya pada barrel itu.

Dan…

BLUAR!

Gelombang energi memukulnya.

Dalam satu detik Baal seperti melayang di dunia lain.

“Ah… indahnya…nikmat mana lagi yang kau dustakan.” gumamnya hampir pingsan.

Tapi tiba-tiba—

DUM! DUM! DUM!

Barrel itu bergetar keras.

Baal langsung sadar dan meloncat mundur setinggi dua meter.

“A-apa ini!? Aku tidak melakukan apa-apa! Sumpah aku hanya mengendus!”

Barrel itu kembali berguncang.

DUM! DUM! DUM! DUM!!!

Baal berkeringat dingin.

“A-apa aku membuat anggur tuan meledak!? Mati aku mati aku mati aku—!!”

Brak!

Barrel itu menggembung dari dalam.

“Tidak tidak jangan aku belum mau mati—!!!”

Dan—

BOOOOOOOOOOM!!!

Barrel itu meledak.

Pecahan kayu, cairan merah pekat, dan aroma anggur super memabukkan meledak seperti geyser. Baal terhempas sampai masuk ke tumpukan labu, tubuhnya penuh cairan anggur.

Ia menatap barrel yang hancur itu seperti baru lihat kuburan dirinya sendiri.

“Oh tidak… oh tidak… Tuan pasti akan mengulitiku… aku bahkan tidak sempat makan sarapan….”

Ia memandang cairan anggur di wajahnya. Menjilat sedikit.

Dan—

“...WHA—?!”

Rasanya seperti surga yang diperas menjadi cairan.

“Ini—ini melampaui obat apapun—melampaui eliksir—melampaui minuman para dewa—”

Tapi sebelum ia sempat tenggelam dalam ekstasi, ia sadar:

Kebunnya hancur berantakan.

Sayur mayur terburai. buah-buahan berguling. Daun-daun terbang.

Baal pucat.

“Aku… tamat…. sepertinya di bab selanjutnya aku sudah tinggal batu nisan.”

Dan ketika ia melihat ke arah barrel—

Cairan anggur merah itu menggumpal di udara.

Seperti bola air raksasa yang melayang-layang!

“...Hah?”

Dan sebelum Baal sempat kabur, ada suara tajam namun familiar dari belakang.

“Apa yang terjadi di sini!!? Apa kau membuat masalah lagi, anjing kecil!?”

Seketika Baal menoleh.

Seekor ikan koi melayang di udara.

Ya, melayang. Dengan ekspresi seketika ingin mematuk kepala Baal.

“Kakak kedua, kakak naga yang terhormat!!!” Baal langsung memeluk sirip ikan koi itu sambil menangis. “A-aku… aku cuma mengendus! Aku cuma sedikit! Tiba-tiba meledak! Sumpah! Aku tidak melakukan apa pun! Jangan bunuh aku!!”

Naga air menghela napas panjang.

Tapi ketika ia melihat keadaan kebun belakang?

Ia membeku.

Matanya membesar.

Lalu ia menoleh perlahan ke Baal.

“...Kau…” suaranya rendah.

Baal langsung meraung panik.

“Jangan masak aku jadi anjing panggang!! Aku mohon!!!”

Tapi sebelum drama itu memuncak, keduanya terdiam.

Sangat terdiam.

Karena gumpalan anggur raksasa itu mulai menyusut.

Seolah sedang menguap.

Dan di dalamnya… terlihat sesuatu.

Sesuatu berbentuk manusia kecil.

Perlahan, gumpalan itu menghilang sepenuhnya.

Mengungkap sosok mungil telanjang, kira-kira usia lima tahun.

Rambutnya panjang berkilau seperti kristal. Kulitnya putih kemerahan. Pipinya tembam dan menggemaskan.

Ia sedang tertidur nyenyak di atas tumpukan sawi yang remuk.

Naga air dan Baal saling menatap.

“…Ini apa?"

“…Entahlah.”

“Manusia?”

“Kau pikir manusia lahir dari anggur?”

Naga air akhirnya menghembuskan air spiritual dari mulutnya, menyelimuti gadis itu, dan dalam sekejap air itu berubah menjadi pakaian biru lembut yang cocok untuk anak kecil.

Baal tercengang.

“Wah… kakak kedua kamu keren juga kalau serius.”

“Kau kira aku apa selama ini?”

Tiba-tiba, tangan mungil gadis itu bergerak.

Naga air dan Baal langsung waspada, badan menegang.

Gadis itu mengucek mata sambil menguap kecil.

“Uuoohmmm….”

Ia duduk perlahan.

Matanya terbuka.

Dan—

Cahaya bintang.

Begitulah mata gadis itu. Berkilau, jernih, seperti potongan langit malam.

Ia menatap mereka berdua.

Lalu jari mungilnya mengarah tepat ke mereka.

“...Ikan terbang.”

Naga air membeku.

“...Puppy gemoy.”

Baal membeku.

Keduanya hanya bisa berdiri di sana.

Membatu.

Seolah seluruh dunia berhenti di satu kalimat polos namun mematikan itu.

1
Kirana
true 😂
Davide David
lanjut thor💪💪💪💪
RDXA: siap laksanakan 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!