NovelToon NovelToon
Bukan Bujang Desa Biasa

Bukan Bujang Desa Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kim99

“Menikahlah denganku, Kang!”

“Apa untungnya untukku?”

“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gagal Sah?

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah satu di antara kamu menggunjing saudaranya. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik. Al-Qur’an: Surah Al-Hujurat ayat 12."

"Eh, suara apa itu?" tanya ibu-ibu yang tadi bergosip. Mereka melirik kanan kiri tapi tidak melihat siapapun di sana.

"Dia nyindir kita enggak sih?"

"Kayaknya iya, tapi enggak tahu atuh."

Di bawah meja, Naura kembali menggulir ponselnya dengan wajah datar tanpa dosa.

"Sesungguhnya orang-orang yang suka supaya perbuatan keji itu tersebar di kalangan orang-orang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an: Surah An-Nur ayat 19."

"Loh, tapi yang kita bilang benar kan? Katanya Neng Bidan itu lagi hamil anaknya Kang Saga, mangkanya mau nikahnya cepet-cepet."

Mata Naura melotot, perempuan itu mengepalkan tangan lalu menghela napas. Masih tidak puas juga, dia menggulir layar ponselnya.

"Jika benar apa yang kau katakan tentangnya, maka engkau telah menggunjingnya. Jika tidak benar, maka engkau telah memfitnahnya."

"Tapi kan kita enggak salah apa-apa kan? Mereka juga bilang gitu kok."

Lagi-lagi sahutan itu terdengar membuat Naura kesal setengah mati dan tiba-tiba....

Srakk!

"Anying ...."

"Jurig!"

Orang-orang itu terkaget-kaget saat melihat Naura keluar dari bawah meja yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Astaghfirullah Neng Naura, he-he. Lagi apa di sana? Nyari anak tikus, ya?"

Naura menarik ujung bibirnya. Dia ingin marah tapi berusaha untuk tetap anggun.

"Eumm, saya cuma mau ikut nimbrung, Ibu-ibu kan belum tahu ya, gosip sama fitnah itu dosa."

"Eh kami enggak gosip," ucap mereka sambil mengibaskan tangan. "Kami juga denger dari orang lain, kata orang-orang begitu."

"Ha-ha." Seketika Naura tertawa sarkas sok cantik. "Itu masih kata orang, kalau ibu-ibu sibuk di sini sambil nyebar gosip ya sama aja. Kalau emang saya selingkuh dan saya hamil, kalian berarti menggunjing saya. Jelas-jelas itu dosa." Ia menggelengkan kepalanya. "Kalau misalnya yang kalian bilang itu tidak benar, itu masuknya fitnah dan kalian lebih dosa lagi."

Naura kemudian mendekat, membuat mereka semua melangkah mundur pelan-pelan dengan wajah panik.

"Ibu-ibu tahu tidak kalau dosa gibah itu enggak akan Allah ampuni kalau ibu-ibu tidak meminta maaf secara langsung kepada orangnya. Mau Ibu sujud sampe berdarah-darah, minta ampun sama Allah, kalau yang ibu-ibu gosipin udah terlanjur sakit hati, dosanya enggak bakal ilang."

"Neng bidan ...."

"Udahlah, Bu. Saya jadi enggak betah tinggal di sini. Saya permisi dulu ya. Selamat menikmati makannya." Naura mengangguk kecil sambil tersenyum kemudian undur diri.

"Aduh gimana dong? Kita bakal masuk neraka gitu?" tanya salah satu ibu-ibu tampak panik.

"Tenang-tenang, kita tanyain aja sama Pak Ustadz, Bidan Naura paling cuma nakut-nakutin kita ih."

"Iya-iya, mending kita tanya Pak Ustadz dulu."

Dalam langkahnya, Naura menggelengkan kepala. Dia tidak menyangka kalau ibu-ibu itu sangat sulit diberitahu.

"Teteh!" panggil Bu Windi.

Naura menoleh dengan bingung. "Kenapa Ibu ke sini? Bukannya nemenin Nanda?"

"Enggak, kamu ke mana? Malah ilang. Acaranya udah mau dimulai, Neng. Ayok temenin Nanda."

"Bu, tapi ...."

"Udah ayok!" Bu Windi menarik tangan anaknya ke ruang ganti.

Saat masuk, secara refleks Naura memutar bola mata. Muak sekali rasanya karena harus melihat wajah manipulatif perempuan itu.

"Teh, kenapa cemberut, masih marah, ya?" tanya Nanda sedih. "Maafin aku, Teh. Aku enggak maksud ambil A Satya. Kalau Teteh keberatan aku bisa ...."

"Enggak usah!" ketus Naura, dia pura-pura tersenyum demi Bu Windi. "Acara udah mau mulai. Sebaiknya kita siap-siap."

"Teteh mau jadi bridesmaid aku?" tanya Nanda antusias. Dia langsung berdiri dan memeluk Naura erat. "Ya Allah, Teh. Makasih, ya."

Jujur saja Naura risih, dia ingin melemparkan Nanda ke Empang tapi tatapan mata ibunya lagi-lagi mendorong Naura untuk mengalah.

"Iya. Aku do'akan kamu bahagia."

Tangannya menepuk-nepuk punggung Nanda tapi tak sama sekali dia tulus untuk itu.

... ...

Beberapa saat kemudian ....

Aula gedung pernikahan di Ciwidey itu harum oleh bunga krisan putih dan mawar. Riuh orang-orang yang sedang duduk di kursi tamu terdengar sayup ketika Naura merapikan kerudung Nanda yang sejak tadi gemetar.

“Tarik napas dulu, Nanda,” bisik Naura sambil menggenggam tangan calon pengantin perempuan itu. “Pelan-pelan. Kita sudah sampai.”

“Teteh… aku takut.” Nanda menelan ludah.

“Ayolah, Da. Kamu tinggal duduk dan ikuti alurnya. Kamu sendiri yang memilih jalan ini.” Mata Naura menatap Nanda dengan tatapan tidak suka. Nanda pun hanya mengangguk dengan senyum tipis.

Mereka berjalan berdua melewati karpet panjang yang mengarah ke meja akad. Para tamu beberapa kali menoleh. Bisik-bisik pun mulai terdengar.

“Eh itu Neng Nanda.”

“Tetehnya cantik banget atuh … tapi kok kayaknya dingin banget, ya? Biasanya ramah kan?”

“Katanya dulu mau nikah sama a Satya juga… eh malah Nanda yang dapat.”

"Kasian, ya. Mudah-mudahan aja nanti jodohnya lebih baik dari A Satya."

Telinga Naura mendengar tapi dia tetap menunduk, wajahnya tetap datar. Sementara di sampingnya, Nanda tampak limbung karena gaunnya terlalu berat dan kepalanya pening.

“Pegangan,” kata Naura. Ia memapah Nanda sampai ke depan.

Di meja akad, sudah duduk tiga laki-laki berpeci, penghulu, ustadz pembimbing, dan Pak Juanda, saksi dari pihak keluarga. Di samping mereka, Raka duduk dengan wajah masam, entah kesal, entah cemburu, entah khawatir pada kakaknya.

Di sebelah kanan ada Pak Mustafa, wajahnya tegang dan sedih, serta Bu Nining, Satya, dan Ridho yang justru tampak menatap Naura seperti menonton tontonan yang mereka sukai.

Begitu Naura sampai, Bu Nining langsung mencibir pelan.

“Nah itu dia, si mantan calon pengantin,” gumamnya setengah berbisik, cukup keras untuk membuat Naura mendengarnya.

“Dia datang juga. Aku pikir dia nggak sanggup lihat.” Satya ikut mencibir.

"Heleh." Naura pura-pura tidak mendengar. Dia menunduk, melepas tangan Nanda, lalu membantu perempuan itu duduk di kursi pengantin wanita.

“Teh… duduk aja di depan, ya,” kata Raka pelan, menawarkan kursi di barisan keluarga.

“Aku berdiri aja,” jawab Naura dingin.

Pak Mustafa mengusap wajahnya. Sorot sedihnya begitu jelas. Tatapannya berhenti lama pada Naura, sejak awal yang dia mau adalah Naura. Gara-gara Satya main terima ganti mempelai, dia jadi rugi begini.

Acara pun dimulai. Penghulu membuka dengan salam dan beberapa kalimat doa. Para tamu mulai diam. Kamera-kamera mulai merekam.

Satya menarik napas panjang, siap mengucap ijab kabul sambil terus tersenyum dan melirik wajah Nanda yang begitu cantik di matanya.

“Baik, kita mulai. Bismillahirrahmanirrahim. Saudara Satya. Saya ....”

“PERNIKAHAN INI TIDAK AKAN PERNAH SAH!” pekik seseorang.

Suara perempuan itu melengking, memecah seluruh suasana sakral. Semua orang menoleh serempak ke arah pintu kedatangan.

Sosok itu berdiri di ambang pintu. Gaun merah darah. Riasan yang sedikit luntur karena keringat. Tatapan marah bercampur putus asa.

Satya terlonjak dari duduknya. Bu Nining berdiri spontan sambil menahan napas. Ridho melotot dan Para tamu mulai berdengung.

"La-ras?" gumam Satya.

Sementara itu ada sosok yang tersenyum tipis. Sangat samar. Dia bereaksi selayaknya seseorang yang sudah tahu ending film sebelum menontonnya.

“Nah… benar kan? Datang juga akhirnya.”

1
neny
aduuhh nau,,eta knp orang teh ngegosipin km kyk gtu,,kurang gawean jiga na nyak🤣🤣
lanjut lah kak othor,,💪🥰
Piet Mayong
wah pamor Bu bidan jelek ya di kampungnya, trus ngapain selama ini kamu nebar kebaikan terus nau????
resiko anak cantik ya Nau JD gerak dikit JD tontonan...
😄😄😄🤭
Eka ELissa
aduh ksian kmu Nau moga GK kbur Nau cumn lgi beresin mslh aj
Eka ELissa
TPI lok yg bunuh Nanda jht bgt dia ..😡😡😡😡
Attaya Zahro
Perasaan sedang sedih malah ditambah ada kompor mbleduk 😅😅😅
iqha_24
up lg dong kk, kurang bacanya
Ayesha Almira
siap2 Naura ngeluarin tanduk
Nurlaila Elahsb
yah sedih lagi kan si enau!!kira kira siapa ya yang bakalan jadi sasaran kemarahan si Eneng nau??
Eka ELissa
yg bunuh spa Nau...
Nanda kah... entah lah hanya emk yg tau ..
neny
nah loch,,jno c mochi dan mocha mati,,siapa yg membunuh nya,,lanjut akak💪🥰
iqha_24
waduuh siap2 nii Nau ngamuk
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
kasihan😥😥😥
neny
wkwkwk,,nau eta sagara dibere lamotan km,,eeh meuni kacidaa🤣🤣,,
neny: wkwkwk,,leureus eta kak,,jampe na nya eta🤣🤣
total 3 replies
Kaylaa
siapa lagi itu..
teman apa lawan 🤔
juwita
Dirga saha thor🤣🤣
juwita
jorok ih Naura masa kang saga di bere urut di lamotan🤣🤣
Attaya Zahro
Waduch..siapa tuh yang menghadang Sagara 🤔🤔
mars
siapa sebenernya sagara ini
IbuNa RaKean
Sagara KA othor🤣🤣
Ayesha Almira
keganggu deh tidur naura
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!