NovelToon NovelToon
Bukan Bujang Desa Biasa

Bukan Bujang Desa Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:61.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Kim99

“Menikahlah denganku, Kang!”

“Apa untungnya untukku?”

“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Adu Kekuatan Mental

"Udahlah, enggak usah ikut campur urusan mereka. Aku capek, mau istirahat," kata Naura.

Bodo amat dengan Nanda, bodo amat dengan Laras. Selama mereka tidak membutuhkan tenaganya sebagai bidan, dia tidak mau perduli, hidupnya saja sudah ruwet, apalagi kalau harus ditambah urusan mereka.

"Ih." Naura bergidik ngeri.

"Dih, kirain mau nyamperin, njir." Wulan terbengong saat sahabatnya pergi, tapi setelah itu dia terkekeh dan mengejar Naura.

Sekitar jam 12 malam, Naura baru selesai bersih-bersih. Sekarang dia betulan mau istirahat. Suaminya? Entahlah. Jangan tanya dia karena dia tidak tahu dan memang tidak ingin tahu.

Awalnya sih mau langsung tidur, tapi saat membuka ponselnya, dia malah tidak sengaja membuka Instagram dan terdapat beberapa inbox di sana.

Chat tidak penting ada, yang penting juga ada. Tapi ... Yang merebut perhatian Naura adalah salah satu nama. Riki?

Matanya bergerak pelan, dia mau tidak perduli, tapi tangannya gatal. Alhasil dia membuka chat itu dan langsung tersenyum.

"Kurang ajar ih!"

Tapi dia tertawa, pria itu memberikan Naura foto saat mereka bertemu tidak sengaja di jalan. Fotonya sudah bertahun-tahun yang lalu, saat itu Naura dan Wulan pulang dari desa terpencil dalam kondisi hujan besar, motor mereka tergelincir dan ya ... Mereka jatuh ke lumpur.

"Padahal aku cantik kan? Di sini malah kayak monyet."

Beberapa saat berpikir, sebelum akhirnya dia mengirimkan chat balasan.

"Mohon maaf, A. Itu monyet-monyet yang di belakang bisa enggak dihapus aja."

Tak berselang lama dia mendapatkan balasan.

"Enggak ada monyet yang secantik ini atuh. BTW, katanya Neng Nau udah nikah, harusnya malam pertama kan? Kenapa masih on jam segini?"

"Di luar masih rame, enggak asik kalau mereka keganggu denger aku teriak."

Send ....

Balasannya hanya emoji ngakak. Tak lama kemudian, pesan lanjutan masuk lagi.

"Minggu depan udah mulai kerja di Puskesmas kan? Kalau butuh tumpangan, aku bisa kosongin jok belakang."

"Enggak bisa di depan?" balas Naura.

"Bisa, tapi di atas pangkuan saya. Saya belum punya mobil, Neng."

Kali ini Naura yang tertawa.

"Jadi penjabat dulu, A. Biar dapet uang banyak, kebeli rumah, tanah, mobil. Pekerja kayak kita mah enggak bakal kaya-kaya kalau enggak bisnis."

Obrolan mereka larut, terus berlanjut sampai Naura tertawa sendirian membaca pesan yang dikirimkan oleh Riki. Sekitar jam satu malam, pintu kamar terbuka, Naura buru-buru berbalik, memunggungi pintu dan pura-pura tidur.

Saat itu, Sagara melihat punggung Naura cukup lama, setelahnya dia bersih-bersih dan berbaring di ranjang, niatnya hendak tidur.... Sayangnya, sebuah kaki mengenai pinggangnya dan mendorongnya begitu saja.

Bruk!

"Awh."

Pria itu meringis. Dia menoleh ke atas, malah terkejut saat Naura menatapnya dengan mata melotot dan rambut terurai panjang hampir menutupi wajah.

"KDRT kamu!"

"Lho, memangnya kita bangun rumah tangga?" tanya Naura, matanya berkedip beberapa kali. "Akang Sagara ini enggak salah kamar apa? Saya Naura lho, bukan Tiffany, kenapa masuk ke sini?"

"Ini kamar saya," jawab Sagara sambil berdiri. Hendak kembali berbaring tapi Naura merentangkan kaki dan tangannya selebar mungkin.

"Kata Abah, kamar ini buat aku. Kasurnya udah penuh, kamu tidur di lantai aja!"

"Kenapa kamu jadi ngatur saya?"

"Suka-suka aku dong, kenapa kamu sewot?" ketus Naura. "Kamar pacarmu kayaknya masih lapang. Pindah aja sana."

"Sinting," komentar Sagara. Bosan sekali dia karena Naura terus membahas Tiffany. "Saya cuma mau ambil batal," sinisnya.

Dengan wajah galak, pria itu menarik bantal dari bawah kepala Naura sampai kepala perempuan itu terpental. Naura sudah ingin protes, tangannya sudah menunjuk ke arah Sagara tapi dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat melihat Sagara berbaring di sofa.

"Sudahlah, besok harus bangun pagi."

Beberapa hari kemudian ....

Pagi itu, cahaya matahari menembus kisi-kisi jendela dapur, jatuh tepat di atas tubuh mungil Naura yang sedang sibuk di depan kompor. Rambutnya diikat sebagian, menjuntai lembut, jatuh melewati bahu, hal itu membuatnya tampak jauh lebih segar dan alami. Pipinya diberi semburat merah muda halus yang tidak disengaja. Tanpa kerudung, tanpa riasan berlebih, Naura terlihat seperti versi dirinya yang paling jujur.

Ia mengiris bawang dengan cekatan, tangan lain mengaduk sup bening di panci kecil. Di meja, sudah tersusun rapi nasi, ayam pop, sambal terasi, dan potongan timun. Sederhana, tetapi wangi yang merayap memenuhi ruangan itu terasa hangat, seperti rumah yang lama kosong dan akhirnya diisi kembali.

Tak berselang lama, Langkah kaki terdengar dari arah tangga.

Sagara baru turun. Mata tajam yang biasanya menatap Naura dengan datar, sekonyong-konyong terdiam begitu melihat pemandangan di depannya.

Entah kenapa, setelah beberapa hari, bukannya semakin terbiasa, dia malah semakin terganggu karena penampilan fresh sang istri.

Naura tidak bodoh, dia tahu Sagara memperhatikan, tapi ya sudahlah, dia tidak perduli pria itu menganggapnya apa, dia hanya ingin tampil cantik untuk dirinya sendiri.

Saat Sagara berjalan melewati meja makan, alisnya mengerut bingung.

Tidak ada kopi hitam tanpa gula. Tidak ada jagung rebus. Tidak ada telur rebus. Sarapan paginya tidak pernah berat, tapi juga bukan tidak ada apapun.

“Kamu bingung, Ga?" tanya Abah Ali.

Ia muncul dari ruang tengah sambil mengikat sarungnya. “Bibi libur, Ga. Tiga hari. Naura yang masak.”

Sagara mengangguk pelan, namun matanya tetap tertuju pada meja makan dan punggung Naura.

“Bah, ini dulu,” ucapnya lembut. Senyumnya hangat, matanya teduh, seperti menantu idaman yang disayangi semua orang. “Naura buatkan yang hangat-hangat biar Abah nggak masuk angin.”

“Alhamdulillah.” Abah tersenyum, “cerah banget kamu pagi ini, Nak. Cantik.”

Naura tertawa pelan. “Karena tidur cukup, Bah. Lagian, aku kan emang udah cantik dari lahir.”

Abah pun tertawa, kepalanya terangguk-angguk senang.

Tangan Naura menarik kursi dan duduk tepat di sebelah Abah, mengambilkan nasi, menuangkan air hangat, mengambilkan lauk sedikit demi sedikit. Gerak-geriknya penuh hormat dan perhatian.

Dan Sagara? Dia duduk di seberang, tanpa satu pun tatapan dari Naura. Tidak disambut, tidak ditanya, bahkan tidak dilirik. Seolah-olah pria itu hanyalah kursi kosong.

“Kopinya mana?” Ia mengetuk meja dua kali dengan pelan.

Tapi Naura tidak merespons. Malah, Abah Ali justru yang menjawab. “Naura masakin yang lain dulu. Kamu bikin sendiri anu, kopi hitam kamu itu. Enggak usah ngerepotin cucu menantu Abah, kamu ada tangan sama kaki kan? Buatlah sendiri.”

Astaghfirullah, Sagara memejamkan mata sebentar. Merepotkan? Hanya segelas kopi saja merepotkan? Lihat semua masakan yang Abah nikmati, orang tua ini malah jauh dan sangat lebih merepotkan. Harusnya Abah sadar diri.

“Bah, ayamnya kurang lembut nggak? Kalau terlalu keras nanti Naura buatin yang lain.”

“Enak, Nak, enak. Kamu ini kalau sudah masak, Abah bisa nambah banyak.”

“Alhamdulillah.” Naura tersenyum kecil. Dia sama sekali tidak memperdulikan Sagara. Bodo amat.

Karena terlalu kesal, Sagara akhirnya berdiri, berjalan ke dapur, membuat kopinya sendiri. Tatapannya beberapa kali melirik ke arah Naura yang tetap mengabaikannya dengan konsisten. Dan dia hanya bisa menghela napas.

Selesai sarapan ....

Setelah semuanya rapi, Naura naik ke atas. Pintu kamar tertutup. Lalu terdengar suara lemari dibuka, hanger beradu, kerudung dilipat, ritsleting ditarik. Beberapa menit kemudian dia turun lagi, kali ini dengan penampilan berbeda seratus delapan puluh derajat.

Naura memakai gamis clean look warna netral. Kerudungnya terpasang rapi, wajahnya segar, lip balm tipis di bibir, dan tas selempang kecil tergantung di bahu.

Dari sofa di ruanga keluarga, Sagara melihat itu semua, dia langsung menegakkan tubuh dari posisinya dan berjalan menghampiri sang istri.

“Mau ke mana?”

Naura berhenti di anak tangga terakhir, menatap Sagara dari atas ke bawah tanpa takut.

“Ketemu gebetan aku lah, emangnya mau ke mana lagi?”

Tatapan Sagara berubah Tajam dan Dingin.

“Gebetan?” ulangnya, suaranya turun satu nada, hampir seperti geraman.

“Iya. Kenapa?” Naura mengangkat alis.

Ditanya seperti itu, Sagara melangkah sedikit mendekat. “Naura ....”

“Akang juga boleh kok ketemu pacarnya Akang. Mungkin si Tiffany udah gatal minta digaruk, kan? Sana, pergilah!”

Sagara mengatupkan rahang. Tangan kirinya mengepal di samping tubuh. Ia tidak marah, tapi jelas tersentil.

Dengan senyum menyeringai, Naura berjalan melewati Sagara, tapi baru beberapa langkah, dia kembali berbalik. “Oh iya, aku juga mau kasih hadiah buat Pak Tarman. Dia udah nolongin aku waktu itu. Akang masih inget kan?”

Dengan kaki panjangnya, pria itu melangkah cepat, Tangan Sagara langsung mencekal pergelangan tangan Naura.

“Naura.”

“Hm?”

Naura menatapnya tanpa senyum. Menatap Sagara yang menunduk padanya. Dia sama sekali tidak takut, malah senang kalau Sagara terpancing seperti ini. Karena Naura sangat berharap Sagara akan menunjukkan wujud aslinya.

“Saya antar atau tetap di rumah!”

Keduanya sama-sama saling melempar pandangan. Sagara yang masih tetap dalam posisinya dan Naura juga sama.

1
Nurlaila Elahsb
yang sabar atu neng jangan cepat berburuk sangka dulu,, coba deh di tanyain baik baik sama kang saga,bakal di jelasin kok😊
Ayesha Almira
ni kpn g slh paham trs
neny
perlahan mulai terkuak apa yg selama ini di terka2,,kang saga sudah menyukai neng nau dr dl,,dan mungkin krn janji nya sm almh makanya dia menjalani hubungan dng tiffany,dan dia melakukan jg krn ingin menyelamatkan cinta nya dr orang2 yg berniat buruk sm neng nau nau,,kitu meureun nya kak othor🤭🤭,,lanjut ah❤️💪
IbuNa RaKean
kan kan salah paham lagiiiiii,😤😤
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
Naura salah faham lagi🥹🥹
erviana erastus
salah paham nggak kelar2
Attaya Zahro
Nah...salah paham lagi 🙄🙄
Kapan sih Sagara berterus terang n terbuka ma Naura..kayak main petak umpet mulu ga kelar²
iqha_24
up lagi kak Kim
iqha_24
ga paham sama Sagara, ditanya Naura gantung, ditanya Tifanny gantung ga kasih jawaban yg pasti jd gemes bacanya
Eka ELissa
penasaran abh bilang apa yaa ke fany lok segara cinta nya ke Nau...
truus Nau jgn mrh dulu tu saga lgi jujur tu ma gundik nya lok dia GK cinta fany
Eka ELissa
Nex....Mak.....🌹🌹😘
IbuNa RaKean
suami siaga cenah kang saga tuh😍😍
apiii
kapan mereka bucinnya
Eka ELissa
kng saga bkln bntuin ibu itu Nau dia sbnarnya baik cumn songong klihtan nya krna ada drama trauma yg GK bisa dia lupkn....tau ...
Eka ELissa
kocak cie beruang 🐻🐻🐻 kutub tkut jarum suntik 🤣🤣🤣🤣🤭kocak..
Eka ELissa
ic-clik....apaaan Mak aku GK ngerti tau.....apaan Nau...🤣🤣🤣🤣🤭
Nurlaila Elahsb
gaas keun lah kak
neny
wkwkwk,,aya aya wae neng nau nau mah,,nanti baper geura kang saga na gara2 berlindung di punggung kang saga🤭,,lanjut akak😘
Hary Nengsih
ada2 aja naura
Ayesha Almira
kenapa g jahilin tifani sih nau...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!