Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.
dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.
Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.
Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.
Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Pelarian Ke Timur
Bab 16: Pelarian ke Timur
(Risa/Elena Von Helberg, Darius Sterling, Serafina Lowe, & Duke Lucien De Martel)
Suara dentuman terakhir yang merobek langit adalah runtuhnya Sarang Gagak. Kubah waktu yang diciptakan oleh pengorbanan Bayangan Vessel Asli telah memberi mereka satu jendela kecil untuk melarikan diri, tetapi benteng kuno itu telah menyerah pada serangan The Old Observer.
Risa, yang kini hanya merasakan kehangatan dan kelelahan Risa yang sebenarnya, tersentak oleh goncangan itu. Dia bersandar pada lorong batu yang dingin. Obsidian Vessel telah lenyap, dan yang tersisa hanyalah seorang wanita biasa yang sangat lemah.
“Kita lari ke mana?” tanya Serafina, suaranya parau, matanya dipenuhi debu dan ketakutan, tetapi kini lebih fokus pada kelangsungan hidup daripada kerumitan emosional.
Darius, Ksatria Musim Dingin, kini sepenuhnya bebas dari ikatan dan kutukan, adalah satu-satunya yang masih memancarkan kekuatan dingin dan ketenangan. Dia menatap Risa, rasa lega yang dalam terpancar dari mata biru-abunya, tetapi dia tidak membiarkan emosi itu mengganggunya. Bahaya masih mengintai.
“Ke satu-satunya tempat yang tidak akan dicari Observer: Kekaisaran Timur,” jawab Darius, suaranya tegas. “Observer adalah entitas kegelapan dimensional; ia terikat pada batas sihir Obsidian. Timur jauh di luar pengaruhnya. Kita harus melintasi pegunungan. Sekarang.”
Risa mengangguk, napasnya tersengal. “Baik. Tapi pertama-tama…”
Dia menunjuk Lucien yang terikat, yang kini tergeletak di lantai batu yang dingin. Ikatan Obsidian yang ia paksa padanya tidak hanya menahan tubuhnya, tetapi juga Obsesinya. Duke Lucien De Martel yang menakutkan kini tampak seperti anak laki-laki yang bingung, tanpa tujuan, dan tanpa kekuatan.
“Apa yang kita lakukan padanya?” tanya Risa.
Darius memandang Duke Lucien De Martel yang kini tidak berdaya. “Kita akan menjadikannya sandera.”
Misi pelarian mereka sangat mendesak. Darius, menggunakan keterampilannya sebagai Kapten dan penjelajah, memimpin. Dia membawa ransel dengan persediaan penting dan satu gulungan terakhir dari perpustakaan rahasia tentang Segel dan Kutukan.
Serafina membantu Risa, menopang tubuhnya yang lemah.
Sementara itu, Lucien... Lucien menjadi beban yang paling aneh dan mematikan.
Darius menggunakan sisa rantai Obsidian tipis yang ia paksa pada Lucien untuk mengikatnya ke pergelangan tangannya sendiri. Lucien tidak melawan. Dia hanya menatap kosong ke dunia.
"Kenapa dia tidak melawan?" tanya Serafina, berbisik. "Di mana Duke yang gila itu?"
"Obsesi adalah sihirnya," jelas Risa, suaranya lemah. "Ikatan Obsidian yang kupaksakan padanya telah menarik Obsesinya, menjadikannya tawanan. Tanpa Obsesi itu, Lucien hanyalah... wadah kosong. Dia tidak tahu siapa dia, atau apa yang harus dia lakukan."
Lucien tidak lagi berbahaya, tetapi dia juga tidak membantu. Mereka harus memaksanya untuk berjalan.
Mereka berempat menyusuri lorong rahasia di bawah Sarang Gagak, lorong yang dirancang Darius untuk melarikan diri, tetapi kini menjadi jalur pengungsian mereka. Lorong itu berakhir di celah gunung, tersembunyi di balik air terjun es.
Saat mereka keluar, pemandangan itu sangat mengerikan. Sarang Gagak hanya tinggal puing-puing, diselimuti oleh badai salju hitam dimensional yang masih berputar-putar. The Old Observer kini terkurung oleh Kubah Waktu yang mulai memudar, berjuang untuk menembusnya.
“Kita tidak punya waktu,” desis Darius. “Kita harus mencapai The Whispering Peaks sebelum Kubah Waktu runtuh.”
Perjalanan melintasi kaki gunung sangatlah sulit. Risa lemah, dan Lucien harus diseret. Serafina, meskipun tanpa sihir, menunjukkan kekuatan mental yang mengejutkan, membantu menjaga Lucien tetap bergerak.
“Kenapa kita membawanya?” tanya Serafina suatu malam, saat mereka bersembunyi di gua yang dingin. “Dia mencoba membunuhmu, dan dia membuat hidup semua orang sengsara.”
Darius, yang sedang mengasah pedangnya, menatap Lucien yang terikat, yang duduk kaku di sudut.
“Karena dia adalah Duke De Martel,” jawab Darius, suaranya rendah. “Dia adalah kunci politik terbesar kita. Jika kita ingin menstabilkan Utara dan meminta bantuan dari Timur, kita butuh dia. Entah sebagai sandera, atau, jika Kutukan itu benar-benar bisa disembuhkan, sebagai Raja yang waras.”
Risa, yang mendengarkan, merasakan gelombang emosi kompleks yang baru. Dia tidak lagi membenci Lucien. Kebencian adalah perasaan yang kuat, dan dia hanya merasakan kehampaan emosional yang damai. Dia kini melihat Lucien sebagai bagian dari masalah yang harus dipecahkan, bukan musuh yang harus dihancurkan.
“Dan ada alasan lain,” tambah Risa, matanya tertuju pada Lucien. “Ikatan Obsidian yang kupaksakan padanya. Aku tidak bisa melepaskannya. Energi itu kini terikat pada kehendakku. Jika aku melepaskannya, Obsesinya akan kembali. Dia adalah bom waktu yang terikat padaku.”
Mereka menghabiskan empat hari melintasi pegunungan yang tertutup salju, mendorong diri mereka melewati batas fisik mereka. Darius adalah pemandu yang sempurna, memanfaatkan pengetahuannya tentang jalur rahasia Ksatria Musim Dingin.
Pada pagi kelima, mereka tiba di punggungan gunung yang menghadap ke Lembah Timur. Pemandangan itu luar biasa: salju es Utara yang keras perlahan-lahan berubah menjadi hutan pinus yang lebih lebat dan lembah yang lebih hangat.
Namun, di belakang mereka, Sarang Gagak, yang kini menjadi gumpalan abu dan es, ditelan oleh badai hitam. Kubah Waktu telah runtuh.
Observer bebas.
“Dia akan tahu kita pergi ke Timur,” kata Serafina, matanya lebar karena teror.
“Observer terikat pada sihir dimensi,” kata Darius, menegang. “Dia harus mengikuti jalan yang kita buat. Kita hanya punya beberapa jam sebelum dia mencapai punggungan ini.”
Risa merasakan dingin yang mematikan itu di punggungnya. Dia telah kehilangan sihir Obsidiannya, tetapi dia masih merasakan sisa-sisa koneksi kosmik. Observer datang.
Saat mereka mulai menuruni lembah menuju peradaban Timur, Risa tiba-tiba roboh. Bukan karena kelelahan, tetapi karena gelombang energi yang menekan.
“Vessel! Mengapa kamu menolak takdirmu? Kamu milikku!” Suara Observer berteriak di benaknya, bukan dengan suara, tetapi dengan tekanan murni.
Risa menjerit. Observer telah menjangkaunya melalui sisa-sisa kecil Kutukan yang mungkin masih ada dalam dirinya.
“Risa!” Darius berlari ke sisinya.
“Dia… dia menghubungiku!” desis Risa, menggigil. “Dia mencoba menghabisiku!”
Tiba-tiba, Lucien, yang selama ini diam, bereaksi. Dia melihat Risa dalam kesakitan.
Lucien De Martel, wadah kosong, tanpa Obsesi.
Dia mengangkat tangannya, meraih pergelangan tangan Risa, tempat ikatan Obsidian itu berada. Dia tidak menyalurkan sihir. Dia menyalurkan kekosongan.
Rasa sakit Risa menghilang seketika.
Lucien menatap Risa, ekspresi kebingungan di matanya digantikan oleh... kejelasan. Bukan kejelasan obsesi, tetapi kejelasan perlindungan.
“Aku… aku tidak tahu mengapa,” kata Lucien, suaranya serak. “Tapi… tapi aku harus melindungimu. Aku… aku harus menjagamu.”
Itu bukan Obsesi. Itu adalah naluri.
Risa menatapnya. Dia, Risa, yang pernah menjadi seorang mahasiswa, kini melihat pria yang mencoba membunuhnya, kini menjadi pelindungnya yang terikat.
Darius dan Serafina menyaksikan pemandangan itu dengan ngeri.
“Ikatan itu telah mengubahnya, Risa,” kata Darius. “Dia masih terikat padamu, tetapi kini sebagai pelayan, bukan pemilik. Obsesinya telah berubah menjadi kesetiaan yang terpaksa.”
Mereka melanjutkan perjalanan. Lucien, yang kini menjadi pelindung terpaksa, berjalan di samping Risa, mengawasi setiap bayangan. Dia adalah perisai yang sempurna, tetapi Risa tahu ini bukan cinta. Ini adalah sihir.
Mereka akhirnya mencapai perbatasan Timur, sebuah pos jaga kecil yang terbuat dari batu giok putih, yang menandakan akhir dari pengaruh De Martel.
Di pos jaga, mereka disambut oleh Ksatria Perbatasan Timur.
Darius, yang memiliki otoritas Ksatria Musim Dingin, maju. “Kami adalah pengungsi. Kami mencari suaka di bawah Kekaisaran Timur. Utara telah jatuh ke tangan ancaman dimensional.”
Ksatria Perbatasan itu, yang mengenakan baju besi emas dan hijau, memandang mereka dengan curiga. Matanya tertuju pada Lucien yang terikat.
“Dan siapa ini?” tanya Ksatria itu, tangannya di gagang pedangnya.
“Ini adalah Duke Lucien De Martel,” jawab Darius, dengan suara yang tegas dan tenang. “Dia adalah tawanan kami. Tetapi dia juga kunci kami. Dia telah disembuhkan dari Kutukan Obsesi, tetapi kami harus memurnikannya sepenuhnya di Timur.”
Ksatria itu tertawa. “Duke De Martel yang Agung? Disembuhkan? Mustahil.”
Tiba-tiba, dari arah punggungan, mereka merasakan kedinginan kosmik yang mengerikan. Observer mendekat.
“Cepat!” teriak Risa. “Dia ada di sini!”
Ksatria Perbatasan itu, yang kini merasakan hawa dingin yang mematikan itu, tampak ragu-ragu.
“Aku tidak bisa mengambil risiko,” kata Ksatria itu. “Aku tidak bisa membiarkan kekuatan gelap ini melewati perbatasan. Aku harus menyegel jalur ini.”
Ksatria itu mengayunkan pedangnya, dan sihir hijau yang kuat meledak. Dia tidak menyerang mereka, tetapi dia menghancurkan jembatan batu giok yang menghubungkan Utara dan Timur.
“Kami menyegel perbatasan! Kalian tidak bisa lewat!” teriak Ksatria itu.
Mereka terjebak. Di depan mereka, jurang yang menganga dan dalam. Di belakang mereka, The Old Observer yang sangat dekat.
Risa menatap jurang di depannya dan merasakan Observer semakin dekat, hawa dinginnya menusuk tulang. Dia telah kehilangan sihirnya. Darius, The Shield, tidak bisa melompati jurang itu sambil membawa dua wanita dan satu Duke yang terikat.
Lucien, si Duke yang kini terikat dan bingung, tiba-tiba melihat ke jurang. Mata birunya, yang kini jernih tanpa Obsesi, memancarkan rasa pengorbanan yang dingin.
Lucien melihat Darius, lalu Serafina, lalu Risa. Dia mengerti situasinya.
Lucien memutus ikatan tipis di pergelangan tangannya. Darius dan Risa tersentak.
Lucien meraih Risa, mencium dahinya dengan ciuman yang dingin dan singkat. “Aku… aku harus melindungimu, Vessel. Itu adalah naluriku.”
Dia tersenyum, senyum yang bukan Duke, tetapi hanya Lucien. Dia kemudian berbalik, menghadap jurang, dan melompat.
Dia tidak melompat untuk bunuh diri. Dia melompat ke sisi jurang, meraih sisa-sisa jembatan, dan menggunakan kekuatan terakhirnya untuk mengikat jurang itu dengan sihir es murni, menciptakan jembatan yang rapuh.
“Pergi!” teriak Lucien, tangannya mencengkeram batu yang rapuh itu. “Aku akan menahannya! Aku… aku adalah Tangan Besi!”
Darius, Serafina, dan Risa tahu ini adalah pengorbanan bunuh diri. Mereka harus lari.
Mereka menyeberang. Tepat saat mereka mencapai sisi Timur, Lucien melihat Observer muncul di punggungan. Observer meraung, mengarahkan serangannya ke Lucien.
Lucien tersenyum, senyum yang tenang. Dia telah menemukan satu tujuan: melindungi Risa.
“Aku tidak akan membiarkan Obsesimu mengambilku!” teriak Lucien.
Lucien menghancurkan jembatan es itu, dan dia dan Manifestasi Observer itu jatuh ke jurang gelap di bawah, suara jeritan Lucien dan gemuruh Observer menghilang dalam kegelapan.
Risa, Serafina, dan Darius kini aman di Timur, tetapi Risa tahu: Lucien, sang Duke, telah mengorbankan dirinya, dan dia telah membawa Obsesinya—dan mungkin Observer—ke dalam kegelapan yang tak terjangkau.
Bersambung.....