NovelToon NovelToon
Hamil Anak CEO

Hamil Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Hamil di luar nikah / Duda / Romansa
Popularitas:54.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Dara yang baru saja berumur 25 tahun mendapati dirinya tengah hamil. Hidup sebatang kara di kota orang bukanlah hal yang mudah. Saat itu Dara yang berniat untuk membantu teman kerjanya mengantarkan pesanan malah terjebak bersama pria mabuk yang tidak dia ketahui asal usulnya.

"ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan Dara."

setelah malam itu Dara memutuskan untuk pergi sebelum pria yang bersamanya itu terbangun, dia bergegas pergi dari sana sebelum masalahnya semakin memburuk.
Tapi hari-hari tidak pernah berjalan seperti biasanya setelah malam itu, apalagi saat mengetahui jika dia tengah mengandung. apakah dia harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu atau membesarkan anak itu sendirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

Pagi datang lebih cepat daripada yang Dara harapkan. Tubuhnya masih terasa lemas, sementara kepalanya terasa berat. Mualnya masih ada, tapi sedikit lebih ringan dibanding kemarin.

Arkan sejak subuh sudah sibuk menyiapkan sarapan. Meskipun ia terlihat mengantuk, ia tetap berusaha terlihat bertenaga di depan Dara—bahkan lebih perhatian dari biasanya. Setelah membangunkan Rafa, menyiapkan bekal sekolah, memastikan makan pagi, kemudian mengantar Rafa, Arkan baru benar-benar bersiap ke kantor.

Sebelum pergi, ia kembali ke kamar, menghampiri Dara yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang.

“Kamu beneran nggak mau aku anter periksa lagi?” tanya Arkan, nada suaranya masih penuh kekhawatiran.

Dara menggeleng pelan. “ Aku ngga papa "

Arkan menatapnya lama, seolah menimbang apakah harus percaya atau memaksa. Namun akhirnya ia menghela napas dan mengusap puncak kepala Dara pelan.

“Oke. Tapi kalau makin parah, kamu kabarin Mas, ya? Jangan ditahan.”

Dara mengangguk kecil. “Iya.”

Arkan merapikan jasnya, lalu tiba-tiba teringat sesuatu. Ia membuka ponsel, mengetik sebentar, lalu menatap Dara lagi.

“Oh iya. Hari ini pembantu yang Mas pilih bakal datang.”

Dara menoleh " iya"

Arkan hanya bisa menghelai nafas panjang melihat sikap dingin Dara. Dia belum mengetahui penyebab istinya murung untuk saat ini.

Arkan kemudian berjongkok sedikit di hadapan Dara, menatapnya lebih dekat. “Kamu istirahat. Jangan kebanyakan mikir yang aneh-aneh.”

Dara hanya menggumam pelan. “Iya.”

Arkan mengecup keningnya—sebuah tindakan yang membuat dada Dara seketika hangat dan nyeri dalam waktu bersamaan. Setelah itu, Arkan bergegas menuju pintu.

“Mas berangkat dulu. Jaga diri, sayang.”

Dara sempat terdiam. Kata sayang masih terasa asing—dan menyakitkan—di telinganya setelah pertemuannya dengan Nadine.

Pintu apartemen menutup.

Keheningan menyeruak lagi.

Dara menyandarkan kepala pada sandaran ranjang, memejamkan mata.

.........

Arkan dan Rafa baru saja keluar dari area apartemen. Mereka sama-sama terdiam, Rafa yang wajahnya murung menatap sang ayah yang sedang fokus menyetir.

" Pa...." panggil Rafa dengan suara pelan. Bocah itu duduk di bangku depan, jadi masih bisa Arkan mendengarnya.

Arkan menoleh sejenak. "Kenapa"

" Bunda marah yaa sama Rafa. Kok tadi pas Rafa masuk kamar bunda, bunda diam aja. Bunda udah ngga sayang sama Rafa karena ada baby ya pah, papa juga udah ngga sayang sama Rafa " ucap Rafa dengan polos. Tadi dia sempat masuk ke kamar dara untuk melihat kondisi bundanya tersebut, tapi kedatangan seolah tidak dirasakan oleh Dara yang membuat anak itu salah paham.

Mendengar itu hati Arkan seketika mencelos. "ngga gitu sayang, siapa bilang bunda sama papa udah ngga sayang sama Rafa. Bunda sama papa tetap sayang sama Rafa biarpun sudah ada baby. Tadi itu bunda lagi sakit, jadi ngga bisa banyak ngomong. Rafa dengarkan bunda tadi pagi muntah-muntah"

Rafa mengangguk pelan.

" Rafa kan bentar lagi mau jadi Abang. nanti kalo Rafa bicara gitu ke bunda, bunda makin sakit nanti. Emang Rafa mau bunda tambah sakit"

"ngga. Rafa ngga mau bunda sakit"

Arkan tersenyum, sambil mengelus kepala putranya itu " anak pintar"

Tak terasa mereka sudah sampai di area sekolah rafa. Arkan turun duluan, kemudian membukakan pintu untuk Rafa dan membantu anak itu turun.

"Nanti belajar yang rajin, jangan malas-malasan. Yang tadi ngga usah dipikirin. Paham" ucap Arkan sambil berjongkok di depan puteranya itu.

" iya pah"

" udah sana, nanti pulang sekolah papa jemput"

Rafa hanya mengangguk dan berjalan menuju kelasnya. Arkan benar-benar memastikan Rafa masuk ke kelasnya , lalu pergi dari sana.

Arkan berjalan menuju arah mobilnya. Dia memutar balik arah, kali ini tujuannya adalah apartemen. Dia harus memastikan sesuatu.

Beberapa menit kemudian, Arkan tiba di basement apartemen. Ia berjalan cepat menuju lift, wajahnya tegang dan fokus. Tas kerjanya masih tersampir di bahu, namun pikirannya sepenuhnya tertuju pada satu hal:

"Kenapa Dara berubah? Siapa yang datang semalam? Kenapa dia terlihat takut?"

Sampai akhirnya ia berdiri di depan ruang security.

Dua petugas yang berjaga langsung berdiri lebih tegak saat melihatnya.

“Pak Arkan?” sapaan itu terdengar sopan namun juga gugup—Arkan memang termasuk penghuni apartemen yang disegani.

“Saya mau lihat rekaman CCTV,” ucap Arkan tanpa basa-basi, suaranya dingin dan tegas. “Semalam. Area lorong depan unit saya.”

Petugas saling pandang sebentar sebelum salah satunya berkata, “Baik, Pak. Silakan masuk.”

Petugas itu menarik kursi untuknya.

“Ini rekaman dari jam 8 sampai jam 11 malam, Pak.”

Arkan duduk. Matanya tajam menatap layar.

Pada awalnya, tidak ada apa-apa. Beberapa penghuni lewat. Seorang kurir. Petugas kebersihan.

Hingga akhirnya…

Pada jam 09.13—seorang wanita muncul di layar.

Berdiri di depan pintu unitnya.

Wanita muda, berpakaian rapi. Rambut panjang kecokelatan. Cantik. Senyum tipis tapi bernada sinis terlihat jelas dari rekaman.

Arkan langsung menegang.

Napasnya hilang sesaat.

Nadine.

Wanita itu tampak menekan bel, mengetuk pintu, lalu tersenyum miring tepat ke arah kamera—as if she knew she was being watched.

Beberapa detik kemudian, pintu apartemen terbuka… dan Dara terlihat.

Wajah Dara pucat, seperti tersedot ketakutan.

Nadine bicara sesuatu.

Dara tampak kaget.

Nadine mendekat, berbisik di dekat telinga Dara, lalu masuk dengan langkah santai—seolah baru saja menang dalam sebuah permainan.

Telapak tangannya mengepal sangat kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

“Pak Arkan… apa perlu kami—”

“Tidak usah.” Suaranya rendah, mengerikan. “Terima kasih.”

Ia bangkit. Langkah kakinya berat, namun penuh kemarahan yang ditahan.

Arkan memang tidak tahu dengan apa yang dibicarakan wanita itu. Tapi yang pastinya wanita itu telah menyinggung Dara, sampai membuat dara ingin bercerai.

Wanita itu sedang duduk di sofa ruangannya, menyilangkan kaki dengan santai sembari memegang tablet. Ketika melihat Arkan berdiri di pintu, sudut bibirnya terangkat.

“Saya sudah menunggu, Arkan,” ucap Nadine dengan nada yang terlalu lembut untuk seseorang yang kemarin menyerang istrinya.

“Ini apa maksudmu datang ke apartemenku?” tanya Arkan langsung. Tidak ada salam. Tidak ada basa-basi.

Nadine berdiri perlahan, berjalan mendekat dengan gaya yang seolah ia pemilik ruangan sekaligus dunia.

“Aku hanya ingin berkenalan,” jawabnya ringan. “Lagipula, aku pikir kita harus saling terbuka. Mama sudah menjodohkan kita, Arkan. Semua sudah disiapkan sebelum… perempuan itu muncul.”

Arkan mengepal tangan. Rahangnya menegang.

“Namanya Dara.”

Nadine terkekeh pelan. “Iya, iya… Dara. Gadis polos yang entah dari mana muncul dan tiba-tiba menjadi istrimu.”

Ia mendekat, menatap mata Arkan tanpa takut.

“Kalau bukan karena anak yang di kandungnya itu… kamu sudah menikah denganku sekarang kamu hanya ingin bertanggung jawab saja kan.”

Kalimat itu membuat napas Arkan tertahan. " seperti ada hal yang perlu kmu garis bawahi, jika aku tidak menerima perjodohan itu. Banyak wanita yang ingin mama jodohkan denganku tapi lihat aku sama sekali tidak menerimanya. Kamu saja yang terlalu ke PD an."

" ohh, begitu kah. Tapi mama kamu yang minta aku untuk mendekatimu. Coba kamu cari tahu artinya Arkan, mama ngga pernah suka dengan wanita kampung itu

Arkan menghentikan langkahnya tepat di depan Nadine. Jarak mereka hanya beberapa sentimeter. Tatapannya turun menjadi dingin, menusuk, hampir mengancam.

“Mulutmu itu…” Arkan mendekat sedikit, suaranya merendah namun penuh amarah tertahan. “...lebih baik kamu jaga sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran.”

Nadine tersenyum miring, masih mencoba terlihat menang. “Aku cuma bicara kenyataan, Arkan. Mama kamu sendiri bilang—”

"Kamu pikir Mama memintamu mendekat berarti aku akan menerima? Kamu terlalu percaya diri.” potong Arkan dengan cepat.

" sekali kamu menggangu ketenangan keluargaku, berarti kamu juga sudah siap menanggung konsekuensinya. "

Setelah mengatakan itu, Arkan langsung pergi dari sana. Amarahnya belum padam. Tapi satu kenyataan yang membuatnya begitu merasa tidak dihargai.

Mamanya, dia kira mamanya sudah tobat dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi tapi ternyata dia salah.

1
Rahmat
pk damar harus tegas sama ratna biar jera dan nadine harus di hukum
Lisa
Moga Nadine segera ditemukan utk mempertanggungjawabkan perbuatannya..
Dinar Almeera
Terimakasih banyak Author telah menciptakan sosok suami yang tegas dan berpihak pada istrinya, meskipun berawal dari sebuah kesalahan tapi mau berubah menjadi lebih baik cerita yang sangat berbeda 😍😍😍
Lisa
Si Nadine berulah lg..liat tuh pembalasan Arkan
anita
dara jgn sok2an jual mhal doong udah bgus arkan tnggung jwab
anita
kurang aapa lg arkan ganteng pinter masak prhatian kaya
anita
jgn trllu bnyk drama dara
anita
knp gk di rumah neneknya aja rafa...drpd sndirian di apartemen
anita
bhsanya jgn SAYA..SAYA..dong thor..krg pas kyaknya
anita
jgn aneh2 dara...jgn berpikiran mcam2 hiduplah dg sehat
anita
thor knp arkan harus duda ya...lajang kek...kan asyik
anita
kelamaan arkan
Lisa
Bahagia selalu y utk keluarga kecilnya Arkan..moga bu Ratna berubah sikapnya terhadap Dara..
Lisa
Sehat terus y Dara sampe HPL nya
anita
nikahi arkaan
anita
tuuu kaan arkan tanggung jwb dooong
anita
rafa mnta tante itu jadi mamamu
anita
tanggung jawab dooong jgn main asal celup aja
anita
duda critanya...cowok kita kali ini..lanjut thor
اختی وحی
paling males sma dara ,lemah bngt, hrsnya apapun itu ceritakan ke arkan cari tau kebenaranny
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!