NovelToon NovelToon
ISTRIKU BADAS

ISTRIKU BADAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Paksaan Terbalik / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Action
Popularitas:30.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Istri penurut diabaikan, berubah badas bikin cemburu.

Rayno, pria yang terkenal dingin menikahi gadis yang tak pernah ia cintai. Vexia.

Di balik sikap dinginnya, tersembunyi sumpah lama yang tak pernah ia langgar. Ia hanya akan mencintai gadis yang pernah menyelamatkan hidupnya.

Namun ketika seorang wanita bernama Bilqis mengaku sebagai gadis itu, hati Rayno justru menolak mencintainya.

Sementara Vexia perlahan sadar, cinta yang ia pertahankan mungkin hanyalah luka yang tertunda.

Ia, istri yang dulu lembut dan penurut, kini berubah menjadi wanita Badas. Berani, tajam, dan tak lagi menunduk pada siapa pun.

Entah mengapa, perubahan itu justru membuat Rayno tak bisa berpaling darinya.

Dan saat kebenaran yang mengguncang terungkap, akankah pernikahan mereka tetap bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Dingin

Langit Bromo tampak bersih pagi itu. Udara tipis berembus lembut, membawa aroma belerang samar dan tanah basah. Di kejauhan, matahari menanjak pelan di balik kabut tipis, menebar warna keemasan di permukaan pasir.

Rayno berjalan di depan, tangannya dimasukkan ke saku jaket. Wajahnya datar, mata menatap lurus ke depan seolah seluruh dunia tak berarti apa pun.

Sementara di belakangnya, Vexia melangkah ringan, mengenakan jaket putih dan syal biru muda yang sesekali tertiup angin. Ia tampak menikmati udara pagi, meski hatinya berdesir aneh setiap kali menatap punggung suaminya.

“Indah banget, ya…” katanya pelan, lebih pada diri sendiri.

Rayno hanya menoleh sekilas. “Ya.”

Satu kata. Lagi-lagi.

Vexia tersenyum tipis. “Kak, kalau aku bicara panjang lebar, jawabannya tetap satu kata, ya?”

Nada suaranya lembut tapi menohok.

Rayno berhenti sejenak, menatap ke arah pemandangan. “Aku tidak pandai bicara.”

“Hmm, kalau begitu aku yang bicara, Kakak yang dengar. Gitu aja gimana?”

Ia berjalan sejajar, menyamakan langkah. Matanya berkilat penuh tekad.

Rayno menatapnya sekilas. Hanya sekilas. Tapi cukup untuk membuat napasnya terasa berat. Ada sesuatu di mata gadis itu… sesuatu yang hangat, yang pernah ia rasakan dulu. Tapi cepat-cepat ia mengalihkan pandangan.

“Kalau terus diam begini, aku bisa gila,” gumam Vexia sambil menendang pasir di depannya. “Padahal katanya pengantin baru itu biasanya manis-manisan, bukan jalan bareng kayak dua orang yang tersesat di padang pasir.”

Rayno menahan tawa kecil. Nyaris tak terdengar. Tapi Vexia menangkapnya.

Ia menoleh cepat, menatap wajah suaminya yang sedikit melunak.

“Kak Rayno… barusan ketawa, ya?”

Rayno berdeham. “Enggak.”

Vexia menyipitkan mata. “Aku lihat sendiri.” Ia tertawa kecil. “Akhirnya! Aku berhasil bikin suamiku ketawa juga.”

Rayno membuang pandangan, tapi pipinya sempat memanas.

Sial. Ia membiarkan dirinya terjebak dalam pesona sederhana gadis itu.

Mereka berhenti di tepi bukit pasir, tempat kuda-kuda tunggangan para wisatawan terikat berderet.

Vexia menatap pemandangan luas di depan sana. Lautan pasir, langit yang nyaris menyatu dengan horizon, dan sinar matahari yang memantul di bola matanya.

Ia berbisik pelan, “Kak… aku gak tahu apa alasan Kakak masih menutup diri. Tapi aku gak akan menyerah.”

Ia menatap Rayno dengan senyum tulus.

“Karena aku yakin, kalau aku terus berusaha… suatu hari, Kakak akan sadar, gak semua yang datang tiba-tiba itu harus ditolak.”

Rayno membeku sesaat. Kalimat itu menembus pertahanannya.

Untuk pertama kalinya, ia menatap Vexia bukan sebagai orang asing, tapi sebagai seseorang yang mungkin benar-benar ditakdirkan hadir dalam hidupnya.

Angin berembus lebih dingin, tapi dada Rayno justru terasa hangat. Dalam diam, ia bergumam dalam hati,

“Kenapa… rasanya seperti aku pernah melihat mata itu sebelumnya? Mata yang sama dengan seseorang yang hadir di masa lalu.”

Vexia tersenyum lembut sambil memandang panorama di depan mereka.

“Lihat ‘kan? Bromo aja tersenyum hari ini. Jadi, jangan terlalu dingin, Kak. Nanti saljunya keburu cair, terus bingung mau bekuin lagi.”

Ia menoleh dengan ekspresi nakal. “Eh, walau di sini gak ada salju, tapi kayaknya di hati Kak Rayno udah jadi kutub utara. Penuh es, penuh beku. Kalau aku batuk aja bisa keluar asap kayak naga, nih.”

Rayno melirik sekilas tanpa ekspresi.

Belum puas, Vexia menambahkan, “Ah, enggak ding. Wajah Kak Rayno tuh gak sedingin salju. Lebih kayak es balok di kulkas tua. Dingin, datar, gak lumer-lumer. Beneran kayak tomat yang dikasih formalin. Awet tapi gak hidup.”

Rayno menunduk, berusaha menahan diri. Tapi bibirnya sudah kalah. Sudutnya terangkat pelan.

“Ha! Aku lihat!” seru Vexia cepat, menunjuk wajah Rayno. “Tuh 'kan, bisa juga senyum. Gak usah pura-pura jadi freezer berjalan.”

Rayno menghela napas, tapi senyum kecil itu tetap bertahan di ujung bibirnya. Dan Vexia pun merasa menang untuk hari itu.

Untuk sesaat Vexia lupa, bahwa hatinya sedang berjuang menembus dinding es yang bernama Rayno.

Ia menatap Rayno lama, lalu berbisik hampir tak terdengar,

“Akhirnya… es-nya mulai retak.”

***

Selama berbulan madu, tak ada yang berubah. Malam-malam tetap sepi, kamar mereka tetap dua.

Rayno tetap menjaga jarak, menjaga hati agar tak goyah.

Sementara Vexia tetap menjadi dirinya. Keras kepala tapi kini dibalut kelembutan. Karena ia sadar, es tak bisa dilawan dengan es.

Tiga hari berlalu, masa cuti Rayno habis.

Ketika mereka keluar dari bandara, Vexia menarik koper kecilnya sambil mendengus pelan.

“Hmph, bulan madu tiga hari kayak liburan ditemani pemandu,” gumamnya pelan, setengah kesal setengah geli.

Lalu ia tersenyum kecil.

“Ya udah lah… ini baru awal. Semua butuh proses, 'kan? Aku akan bersabar, meski aku bukan dari golongan orang sabar kayak Kakek.”

Rayno yang berjalan di sampingnya sempat melirik sekilas.

Dalam hati ia bergumam lirih,

“Bagaimana bisa dia tetap terlihat ceria meski aku dingin begini?”

Ada kekaguman samar yang berusaha ia tepis.

“Tidak… aku harus tetap menjaga hatiku.”

---

Begitu sampai di rumah, Mandala dan Kahyang sudah menunggu di ruang tamu dengan senyum hangat.

“Bagaimana bulan madu kalian? Menyenangkan?” tanya Kahyang lembut.

“Menyenangkan, Ma,” sahut Vexia dengan wajah cerah.

Senyumnya membuat ruangan seolah ikut hangat.

Rayno di sampingnya tetap tenang, nyaris tanpa ekspresi.

“Sudah makan malam?” tanya Kahyang lagi.

“Udah, Ma,” jawab Vexia cepat.

Rayno hanya mengangguk singkat.

Mandala tersenyum. “Kalau begitu, kalian istirahatlah. Pasti capek.”

“Iya, Pa.”

Vexia menjawab sopan, sementara Rayno masih diam.

“Bi, bawa barang-barang mereka ke kamar,” ujar Kahyang.

“Baik, Nyonya.” Dua pelayan bergegas membawa koper mereka.

Rayno melangkah duluan, lalu tiba-tiba meraih tangan Vexia.

Gadis itu refleks tersentak, matanya membulat. Ini pertama kalinya pria itu menyentuhnya, bahkan selama bulan madu pun tidak.

Tapi genggaman itu mantap, membuat dadanya berdebar aneh.

Ia menatap tangan mereka yang saling bertaut, lalu menatap Rayno dari samping.

“Aku… tidur di mana?” bisiknya ragu.

Tanpa menoleh, Rayno menjawab pelan, datar, tapi tegas,

“Tentu saja di kamarku. Kita gak boleh tidur terpisah di hadapan Mama dan Papa.”

Vexia tersenyum kecil. Hambar, tapi berusaha ikhlas.

“Tentu saja…”

Sementara itu, Mandala dan Kahyang memerhatikan keduanya yang naik tangga, tangan mereka masih tergenggam.

Kahyang memandang penuh harap.

“Semoga mereka cocok dan kita segera menimang cucu,” gumamnya pelan.

Mandala menatap punggung putranya yang menjauh, lalu tersenyum tipis.

“Semoga saja…”

---

Kamar itu begitu tenang saat Rayno dan Vexia masuk.

Lampu gantung di langit-langit memantulkan cahaya kekuningan lembut, menimpa seprai putih di ranjang besar yang tampak terlalu mewah. Dan terlalu asing.

Vexia berdiri di ambang pintu, memandang sekeliling kamar yang kini menjadi kamar mereka.

Udara terasa canggung. Hening panjang menggantung di antara mereka.

Rayno melepaskan jasnya, menggantungnya rapi di hanger, lalu membuka kancing lengan kemejanya.

Gerakannya tenang, tapi kaku.

Sementara Vexia menggigit bibir, tak tahu harus mulai bicara dari mana.

“Jadi… ini kamar kita?” tanyanya pelan, suaranya seperti berusaha memecah kebekuan.

Rayno hanya mengangguk. “Kau tidur di ranjang. Aku di sofa.”

Vexia mengerjap. “Hah? Di sofa? Tapi itu—”

Ia menatap sofa panjang di sudut ruangan yang jelas tidak muat untuk tubuh pria tinggi seperti Rayno.

“Kayaknya sempit deh, Kak.”

“Aku pernah tidur di tempat lebih sempit,” jawab Rayno santai, suaranya rendah tapi terdengar letih.

“Tapi—”

“Tidurlah, Vexia.”

Nada suaranya lembut tapi tegas, membuat Vexia menutup mulut dan menghela napas pelan.

"Ya udah, nurut aja deh," gumamnya lirih hampir seperti bisikan.

Ia akhirnya duduk di tepi ranjang, memeluk lutut, menatap punggung Rayno yang sedang menyiapkan bantal di sofa.

Entah kenapa, dada gadis itu terasa aneh. Ada sesuatu yang hangat tapi juga menyakitkan.

“Kenapa sih, Kak?” tanyanya akhirnya.

Rayno menoleh separuh. “Apa?”

“Kenapa Kakak bersikap kayak aku ini orang asing? Kita udah sah. Aku nggak minta Kakak langsung cinta, tapi setidaknya… jangan seperti ini.”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Wardi's
lah si vega sama2 karyawan baru gk ikutan byr tp nyinyir mulu... ikutan byr woy jgn cuma mo d traktirr.. malu ma org kampung
Hanima
👍👍
Endang Sulistiyowati
Heh Vega, kalo nyinyir mulu mending pulang aja sana. Ganggu banget!
Untung ada Dani jg disana, jadi kalo ada apa2 sama Vexia, ada yg bantuin.
Kasian deh Rayno, baru terasa kan kehilangan segala sifat dan sikap baiknya Vexia. Gimana coba caranya kamu bisa luluhin lagi hati nya Vexia? Mantapkan dulu hatimu Ray
Suanti: vega punya penyakit iri sm vexia 🤣
total 1 replies
phity
sirik ni si vega...skrng terbukti siapa yg kamoungan
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁

itu pasti anak buah Yoga, mungkin yoga merlhiantat dari Kevia 😁😁😁 hahaha. Yogakan suka, mengutus anak buahnya, untuk menyelamatkan Kevia. Bisa aja dia datang, dan menyelamatkan Vexia, dan Kevia, menunggu suaminya tak kunjung pulang. Hahaha 😁😁😁
Fadillah Ahmad
Kalau, Coktail itu, termasuk rendah, Sedang apa tinggi kak? 😁😁😁
Fadillah Ahmad: Kira-kira, Cocktail itu, bisa bikin orang yang mengonsumsinya mabuk nggk sih kak? 🙏🙏🙏😁
total 2 replies
Lusiana_Oct13
siapa yg datang hayoooooo
Lusiana_Oct13
like tequila 😆😆😆
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
semoga Rayno yg datang
Fadillah Ahmad
Makanya... Jangan Sok jadi Manusia, istri udah baik, lembut, eh malah di abaikan, sok dingin dan datar. Sekarang, Rasakanlah akibatnya Rayno, menyesalkan Kamu. 😁😁😁 Sukurin tuh. 🤬
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Lusiana_Oct13
Daniiiii gara² kepoh hakiki hampir nyawa jadi taruhan
abimasta
jangan bilang rayno yang datang
abimasta
dani asisten terkepo,tapi seru ya jadi ikut balapan dani
Dew666
☀️☀️☀️
love_me🧡
tau tu lu Dan lu itu asisten atau mata", beneran ngikutin sampai segitunya hati" tar ketahuan malah berabe
Endang Sulistiyowati
Dani, jangankan kamu penasaran sama ending, aku jg penasaran tau. makanya nungguin up tiap hari...
Rayno, Xia nya pergi ke club. saking kedap suara ruangannya ya, org buka pintu ga kedengeran.
Nana Colen
🤣🤣🤣🤣🤣puas banget ma ekpresi dani ngakak abis thor bacanya...
Hanima
👍👍
septiana
lanjut kak semangat 💪🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!