Di istana yang berkilauan, kebohongan adalah mata uang dan darah adalah harga dari kesetiaan. Seorang pelayan setia menyaksikan dosa tak terampuni yang dilakukan sang Permaisuri—dan dibungkam selamanya.
Atau begitulah yang Permaisuri pikirkan.
Langit yang menjadi saksi pilu mengembalikan Takdir si pelyan setia, mengembalikannya dari gerbang kematian, memberinya wajah baru, identitas baru—tubuh seorang selir rendahan yang terlupakan. Dengan jiwa yang terbakar dendam dan ingatan yang tak bisa dihapus, ia harus memainkan peran sebagai wanita lemah, sambil merajut jaring konspirasi paling mematikan yang pernah ada di istana. Tujuannya bukan lagi sekadar bertahan hidup, melainkan merenggut keadilan dari singgasana tertinggi.
Setiap bisikan adalah pertaruhan. Setiap senyuman adalah topeng. Di tengah intrik berdarah antara selir dan para menteri, mampukah ia meruntuhkan kekuasaan sang Permaisuri dari bayang-bayang sebelum identitas aslinya terungkap dan ia mati untuk kedua kalinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Jaringan Informan.
Keesokan harinya, Istana Dingin, tempat Selir Xia Fei bersembunyi saat menyamar menjadi mata mata, diselimuti aura ketenangan palsu. Selir Xia berpura-pura pulih dari "sakit mendadak" yang ia klaim diderita (sebenarnya, racun yang ia telan hanyalah berpura-pura agar Xiu Feng lengah). Di balik ketenangan itu, pikirannya bergerak cepat, menyusun jaringan rumit yang diperlukan untuk menggali kebenaran yang terkubur di luar tembok istana.
Ia memanggil Jin, pelayan cerdik yang baru direkrutnya, yang telah membuktikan kesetiaannya melalui kebenciannya yang mendalam terhadap tirani Permaisuri. Jin berdiri tegak di hadapan Xia, matanya menunjukkan dedikasi seorang pengikut, bukan sekadar pelayan. Di atas meja, peta kota kekaisaran terhampar, sebuah gulungan kulit yang secara strategis ditandai dengan lingkaran merah dan biru.
“Jin,” ujar Xia, suaranya tenang namun memiliki resonansi otoritas yang luar biasa, “Istana ini adalah penjara berlapis emas, tetapi kebenaran tidak pernah dikunci di dalam. Kebenaran bersembunyi di sudut-sudut gelap kota, di bawah lidah para pedagang, dan di kantong-kantong para preman.”
Jin menunduk hormat. “Hamba siap melaksanakan tugas, Selir. Di mana mata dan telinga hamba harus ditempatkan?”
Xia menunjuk tiga lokasi pada peta. Dua lokasi adalah gerbang pasar yang ramai; yang ketiga adalah kedai teh terkenal di Distrik Barat, tempat para pejabat kecil sering berkumpul setelah jam kerja. “Kau akan mencari Paman Qiu. Dia adalah pedagang rempah-rempah yang sering memasok ke istana, tetapi bisnisnya yang sebenarnya adalah informasi. Katakan padanya bahwa ‘Bunga Bulan Malam telah mekar di musim dingin.’ Dia akan tahu bahwa aku yang mengirimmu.”
Jin mencatat kode rahasia itu. “Apa yang harus hamba cari, Selir?”
“Aku ingin tiga hal,” jawab Xia, jari-jarinya yang ramping mengetuk peta. “Pertama, rincian mengenai pembayaran besar yang dilakukan Permaisuri Xiu Feng dalam enam bulan terakhir, khususnya yang ditujukan untuk jasa di luar istana—jasa yang kotor. Kedua, aku ingin nama dan lokasi para preman yang bertanggung jawab atas pembunuhan seorang pelayan di dekat sungai tiga bulan lalu. Dan yang terpenting, aku ingin menemukan Kepala Akuntan Zhang.”
Jin mengerutkan kening. “Kepala Akuntan Zhang? Bukankah ia menghilang setelah dituduh menggelapkan dana dua bulan lalu?”
“Itu adalah cerita yang disebarkan Xiu Feng,” balas Xia, senyum dingin muncul di wajahnya. “Zhang adalah pionir keuangan Xiu Feng. Dia tahu terlalu banyak tentang bagaimana Permaisuri memindahkan uang dari kas istana ke tangan-tangan yang salah. Xiu Feng tidak ingin Zhang menggelapkan dana; dia ingin Zhang dibungkam. Dia bersembunyi di suatu tempat di kota, ketakutan. Temukan dia sebelum Permaisuri menemukannya.”
“Risikonya besar, Selir. Jika Paman Qiu curiga atau jika Jenderal Lie menangkap hamba di luar istana…”
Xia menyentuh liontin giok yang tergantung di lehernya, simbol kedekatannya yang meningkat dengan Raja Long. “Risiko ada di mana-mana, Jin. Kau melayani kebenaran, bukan aku. Jika kau tertangkap, kau tidak mengenaliku. Kau hanya pelayan yang menjalankan tugas rutin istana.”
“Hamba mengerti. Tetapi bagaimana hamba meyakinkan Paman Qiu untuk membeberkan informasi yang dapat membahayakan dirinya sendiri? Xiu Feng mengendalikan sebagian besar pedagang besar.”
“Uang bisa membelinya, tetapi ketakutan bisa membuatnya diam. Tawarkan dia perlindungan. Katakan padanya bahwa jika Xiu Feng jatuh, Paman Qiu akan menjadi pemasok utama istana dengan kontrak seumur hidup. Jual visi masa depan yang stabil di bawah Raja, dan tanpa bayangan Xiu Feng yang mencekik. Jika itu tidak berhasil,” Xia mengambil sebotol kecil bubuk perak. “Tunjukkan ini padanya. Ini adalah bubuk racun yang sangat langka. Katakan padanya, ‘Wanita yang tahu cara membuat ini juga tahu cara menghancurkan Permaisuri.’”
Jin mengambil botol itu dengan hati-hati. Ia tahu bahwa Selir Xia yang baru ini bukan lagi wanita lemah yang dikenal istana. Ia adalah strategis yang kejam, bergerak dengan presisi seorang pembunuh berdarah dingin....
...****************...
Dua jam setelah senja, di lorong belakang Pasar Lentera Merah, Jin bertemu dengan Paman Qiu. Qiu adalah pria tua gemuk dengan mata yang tajam seperti elang. Ia berpura-pura menghitung tumpukan kayu manis impor, tetapi tangannya yang keriput mencengkeram erat pisau kecil di balik jubahnya.
“Kau tidak terlihat seperti pelayan Selir Xia yang biasanya,” desis Qiu, tidak menatap Jin.
“Saya adalah pelayan yang dikirim oleh Bunga Bulan Malam,” jawab Jin dengan nada yang telah dilatihnya. “Ia telah mekar di musim dingin.”
Mendengar kode itu, Qiu mendongak, ekspresi terkejut melintas cepat di matanya. Hanya segelintir orang yang tahu kode rahasia itu, yang dulu digunakan oleh Selir Hong. “Dia… dia hidup?”
“Yang Mulia Selir Hong telah beristirahat, tetapi keadilan yang ia cari telah bangkit dalam tubuh baru. Aku datang untuk urusan mendesak. Permaisuri Xiu Feng sedang panik. Dia mulai membersihkan jejaknya.”
Qiu menghela napas. “Kami tahu. Kami semua merasakan tekanan. Jenderal Lie telah menugaskan orang-orangnya untuk melacak pergerakan uang yang aneh. Semua orang di pasar takut ditangkap karena korupsi minor yang ternyata terhubung ke Xiu Feng.”
“Itu yang aku butuhkan,” desak Jin, mendekat. “Kami membutuhkan daftar transaksi besar Xiu Feng. Dan kami butuh Zhang. Di mana dia bersembunyi?”
Qiu ragu-ragu. “Zhang adalah kartu truf Permaisuri. Jika kami memberikannya padamu, kami semua akan dicabut nyawanya.”
Jin mengeluarkan botol bubuk perak dan meletakkannya di antara tumpukan rempah-rempah. Kilauan bubuk itu menarik perhatian Qiu. “Permaisuri hanya tahu cara membunuh dengan racun yang lambat dan menyakitkan. Majikanku tahu cara membuat racun yang tidak meninggalkan jejak, dan dia juga tahu cara membuat penawarnya. Dia akan menjatuhkan Permaisuri. Jika kau membantunya, kau mendapat kekayaan dan perlindungan. Jika kau melindunginya, kau mati bersamanya. Tapi jika kau setia pada majikan baruku, kau akan diangkat menjadi kepala logistik istana seumur hidupmu! Jadi... pikirkanlah jawaban mu dan keputusan mu segera. Aku butuh cepat!”
Qiu mengambil botol itu, memutar-mutarnya. Matanya menunjukkan perhitungan antara ketakutan dan keserakahan. “Transaksi besar yang kotor tidak dicatat di pembukuan istana. Xiu Feng menggunakan jalur khusus yang dikendalikan oleh Jenderal Lie. Pembayaran untuk pembunuhan… itu dilakukan tunai, melalui tiga preman yang dikenal sebagai Tiga Harimau Hitam.”
“Tiga Harimau Hitam?”
“Dua dari mereka sudah menghilang. Mereka kemungkinan besar sudah dibungkam, dibayar untuk diam selamanya. Tetapi yang ketiga, yang paling rakus, dia masih hidup dan bersembunyi di kota, mencoba memeras Xiu Feng untuk pembayaran lebih lanjut. Namanya Guang.”
“Dan... Zhang?” desak Jin.
Qiu menarik napas dalam-dalam, mengambil risiko besar. “Zhang bersembunyi di kuil tua di pinggiran kota, Kuil Tanpa Nama. Dia tidak akan percaya siapa pun kecuali dia melihat sesuatu yang sangat pribadi dari Xiu Feng. Dia menyimpan semua bukti transaksi di sana. Dia sedang menunggu tawaran terbaik: dari Xiu Feng untuk dibungkam, atau dari musuh Xiu Feng untuk hidupnya...”
Qiu dengan cepat memberikan Jin sepotong perkamen kecil berisi alamat Kuil Tanpa Nama. “Waktumu sempit. Kami mendengar desas-desus bahwa utusan Jenderal Lie, telah menyisir daerah itu hari ini. Jika mereka menemukannya, seluruh rantai bukti itu akan terputus. Termasuk bukti pembunuhan pelayan yang kau cari.”
...****************...
Jin kembali ke Istana Dingin sebelum fajar menyingsing, wajahnya tegang karena kelelahan dan ketegangan. Ia menyerahkan perkamen itu kepada Selir Xia.
Xia membacanya dalam cahaya lilin yang redup. Kuil Tanpa Nama. Zhang, sang akuntan yang menyimpan rahasia kotor, berada di sana, dikelilingi oleh bayangan kematian. Ini adalah mata rantai yang ia butuhkan: orang yang membayar (Xiu Feng), perantara keuangan (Zhang), dan eksekutor (Guang, sang Harimau Hitam terakhir).
“Bagus, Jin. Kerjamu sempurna,” puji Xia. “Xiu Feng berpikir dia telah menutup semua jejak. Dia tidak sadar bahwa kerakusan manusia adalah celah terbesarnya.”
Namun, sebuah dilema muncul. Kuil Tanpa Nama terletak jauh di luar istana, di area yang tidak dapat dijangkau oleh pelayan biasa. Jika ia mengirim Jin lagi, risikonya terlalu besar. Ia harus pergi sendiri, tetapi sebagai Selir Xia, ia tidak bisa meninggalkan istana tanpa izin Raja, apalagi dengan patroli Jenderal Lie yang diperketat.
Xia melihat ke luar jendela. Raja Tien Long sedang bersiap untuk berangkat ke pertemuan militer pagi itu. Itu akan memberinya celah waktu yang sangat sempit, tetapi itu adalah satu-satunya kesempatannya.
Ia menyentuh kunci perak misterius yang ia temukan di Istana Hong, Ia harus mengamankan Zhang, tetapi ia juga harus menemukan Guang, sang preman. Hanya Guang yang bisa memberikan pengakuan verbal tentang pembunuhan Xiao Ling, dan hanya Zhang yang bisa memberikan bukti pembayaran Xiu Feng.
“Jin, persiapkan pakaian persembunyianku. Malam ini, aku akan mengambil risiko terbesar sejak aku memasuki tubuh ini,” perintah Xia. Ia tidak bisa menunggu; jika Zhang dibungkam, semua rencana balas dendam yang ia susun selama berbulan-bulan akan sia-sia. Xia harus meninggalkan Istana Naga, dan itu berarti menembus penjagaan Jenderal Lie. Murka langit yang menitis dalam dirinya kini harus berhadapan langsung dengan bayangan Xiu Feng di luar tembok istana. Ini adalah langkah pertama dalam aksi di dunia nyata, meninggalkan intrik kata-kata demi bahaya fisik yang mematikan....
Ia menyimpan perkamen Kuil Tanpa Nama di balik jubahnya. Malam itu, akan menjadi saksi keberaniannya, atau kematian keduanya....
"Semua perjuanganku tidak boleh sia-sia... semua harus berjalan lancar!"
Jg bercerita tentang misteri yg harus dipecahkan. Penyelidikan bak seorg detektif profesional yg memecahkan sebuah kasus rumit. Adu strategi, kecerdikan dan kecerdasan. Kombinasi sempurna yg mematikan antara kecerdasan, kecerdikan, kecantikan, kekuatan dan ketangguhan.
Tq kk ceritanya. Semangat berkarya. Berkah&Sukses selalu.