gara-gara nonton cek khodam online yang lagi viral membuat Deni tertarik untuk mengikutinya. Ia melakukan segala macam ritual untuk mendapatkan khodam nya. Bukannya berhasil Deni justru diikuti setan berdaster, tapi sayang wujudnya kurang keren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ef f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Sempat terbersit rasa tenang dalam benak Deni, Sukma yang selama ini masih di anggap asing oleh warga telah mendapatkan kawan. Namun ketika Deni hendak beranjak, entah mengapa batin nya menolak. Ada sebuah dorongan yang terus memaksa diri nya untuk sekedar memastikan kondisi Sukma.
Tembang jawa cublak-cublak suweng masih terdengar riang dari luar. Karena semakin penasaran, Deni lantas berjalan memangkas jarak, dan memindai aktivitas di dalam sana melalui jendela kaca.
Benar saja, di dalam rumah Deni melihat Sukma sedang berdiri di tengah tengah lima anak kecil yang melingkar mengelilingi nya, dan Sesekali mereka saling tergelak bersama.
Deni sempat merasa heran, lima anak kecil yang bersama Sukma belum pernah ia jumpai sebelum nya. Deni nampak begitu asing saat melihat penampilan mereka, sampai akhirnya salah satu anak menoleh ke arah nya, sehingga Deni pun terperanjat sebab pandangan nya bertemu dengan sepasang mata yang berlubang meninggalkan luka memilukan
"Waduh! Mereka bukan manusia!" Ujar Deni sembari berupaya masuk ke dalam sebab dirinya merasa jika Sukma tengah terancam bahaya.
Beruntung, pintu rumah tidak terkunci. Deni dapat dengan mudah membuka nya, sehingga secepat mungkin ia menyahut tangan Sukma lalu membawa gadis kecil itu ke dalam pelukan nya.
"Sukma! Mereka siapa? Datang dari mana?"
Suasana di dalam rumah mendadak menjadi sepi senyap, Lima anak yang lain nya hanya berdiri sembari memindai Deni dengan riak wajah tidak suka. Bahkan sesaat kemudian, sosok yang berdiri di barisan paling ujung berujar.
"Sukma milik kami! Sukma teman kami! Sukma selama nya akan bersama kami."
"Siapa kalian? Sukma manusia, sebaik nya biarkan dia bermain dengan manusia! Pergi! Jangan ganggu Sukma!" Sambar Deni memperingatkan lima sosok anak itu. Namun mereka tak mengindahkan ucapan Deni.
"Sukma, apakah kamu mau ikut bersama kami? Kami berjanji akan menjadi teman baik mu. Kami semua menyayangi mu, Sukma."
Maka setelah mendengar kalimat itu, dengan spontan Sukma mengangguk seraya mengulurkan tangan pertanda menyambut ajakan mereka. Namun sebelum hal itu terjadi, Deni bergerak lebih cepat mencegahnya. Ia membopong Sukma dan membawa nya keluar rumah. Entah kenapa tiba-tiba Deni di rambati perasaan marah. Terlebih ketika Sukma justru meronta dan memberikan perlawanan.
"Lepas! Lepas! Sukma mau main, sukma mau main." Rengek nya.
"Kalau mas Deni bilang jangan ya jangan! Sukma tidak boleh main sama mereka! Mereka bukan manusia. Paham nggak!" Kalimat yang di lontarkan dengan nada tinggi itupun membuat Sukma menangis histeris. Tak pelak Deni menjadi kebingungan di buat nya.
"Duh! Makin kenceng lagi nangis nya, gimana nih. Cup cup cup. mas Deni minta maaf ya, mas Deni tidak bermaksud memarahi Sukma. Jangan nangis lagi, nanti mas Deni belikan ayam warna-warni."
Segala macam bujuk rayu tak lantas membuat Sukma menghentikan tangis nya. Hingga Ratih yang melihat anak nya itu pun segera bergegas menghampiri kedua nya.
"Sukma apa yang terjadi nak? Apa yang terjadi dengan Sukma Deni?"
"Mbak dari mana sih? Mbak kan tahu Sukma itu beda, kenapa mbak ninggalin Sukma sendiri dirumah?"
Deni yang merasa kesal itu pun segera mencecar Shinta. Karena bagi nya Ratih terlalu ceroboh.
"Aku cuma pergi ke warung sebentar, tadi Sukma minta di buatkan mi instan. Apakah baru saja terjadi hal yang berbahaya Den?" Ujar Ratih penuh sesal. Namun ketika Ratih menanyakan hal itu, ia justru tidak kuasa hendak menjawab nya. Ia khawatir Ratih tidak percaya dan menganggap cerita nya mengada-ada.
"Tidak mbak, tadi saya cuma khawatir.kalau begitu, saya pulang dulu."
Deni kemudian meninggalkan mereka usai merasa jika Sukma akan aman bersama ibunya. Meski perasaan nya saat itu justru di sambangi banyak pertanyaan. Entah dari mana Sukma bertemu dengan sosok hantu berwujud anak kecil itu.
"Eh, T-tapi, kok aku bisa lihat mereka? Bukan nya mereka bukan manusia?" Di tengah kebimbangan nya itu, Deni rupanya juga menemukan kenyataan baru, bahwasanya ia dapat melihat eksistensi mereka yang tak kasat mata.
Perasaan janggal itu lantas ia tumpahkan kepada Menik. Setelah hari memasuki waktu malam, ia kembali merapal mantra pemanggil setan tobrut agar setan berdaster itu datang.
Tak lama sosok hantu itupun datang. Ia melayang menembus dinding lalu mendarat dengan sempurna di atas almari.
"Wiihh, sudah hafal nih mantra pemanggil saya. Ada apa mas? Kangen, ya?" Cibir Monik sembari tersenyum genit.
"Gimana nggak cepet hafal, mantra aneh begitu. Aku cuma mau bilang ternyata aku bisa lihat hantu Nik."
"Kalau mas nggak bisa lihat hantu, otomatis Kamu gak bisa lihat saya."
"Oh iya, ya. Jadi, aku bisa lihat makhluk selain kamu? Soal nya hantu yang satu ini beda. Mereka berwujud lima anak kecil yang yang tadi siang main sama Sukma. Tapi firasatku mengatakan kalau mereka tidak sekedar ingin mengajak nya bermain. Mereka juga ingin membawa Sukma ke alam nya."
"Ucapan Kamu memang ada benar nya. Firasat saya juga mengatakan demikian. Jiwa nya lebih mudah terancam ketika dia sendirian, anak itu seperti Gadis itu seperti mempunyai magnet yang sangat kuat untuk bangsa kami. Bahkan, mereka cenderung ingin mencelakai."
"Jadi apa yang harus aku lakukan?"
"Saya juga tidak tahu mas, tapi saya rasa Kamu juga harus berhati-hati. Sebab semakin keras upaya Kamu dalam melindungi anak itu, maka semakin banyak pula tantangan yang pasti Kamu hadapi kedepan nanti."
Peringatan yang di sampaikan Monik justru membuat perasaan Deni semakin bimbang, bahkan kebimbangan itu dapat di tangkap oleh Monik sendiri.
"Kenapa mas? Tersinggung ya dengan ucapan saya?"
"Bukan, aku justru sedang merenungi ucapan mu. Kalau di pikir-pikir aku dan keluarga mbak Ratih tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Tapi entah mengapa perasaan ku terus terdorong untuk membantu keluarga itu. Terlebih lagi kepada Sukma. Untuk pertama kali nya aku merasakan khawatir yang luar biasa. Bahkan tanpa sadar aku memarahi mbak Ratih karena dia ceroboh meninggalkan Sukma sendirian." Ujar Deni meluapkan segala keresahan hati nya.
"Tenang lah mas, saya tahu Kamu adalah orang baik, bahkan mungkin Tuhan menjadikan mas Deni sebagai perantara untuk menolong keluarga itu. Sekarang istirahat lah, jangan pikir macam-macam. Kita lihat saja apa yang akan terjadi setelah ini."
Deni mengangguk ringan, setelah bercerita panjang lebar, perasaan nya turut merasa lega, melihat sikap Monik yang sedemikian baik membuat Deni percaya jika Monik menang bukan setan sembarang setan.
Di malam yang sama, Sukma tengah duduk termenung seraya melempar pandangan ke luar jendela. Riak wajah anak itu terlihat menyimpan kesedihan yang mendalam. Oleh karena nya, Ratih kemudian memangkas jarak dan mengambil duduk di samping Sukma.
"Sukma ada apa? Kok kelihatan murung? Mainan Sukma ada yang rusak?" Tanya Ratih lembut.
"Teman-teman Sukma pergi, ibu."
"Teman Sukma? Siapa? Pergi kemana?" Tanya Ratihyang terkejut ketika Sukma menyebut teman.
Sukma hanya terdiam, namun jari telunjuk nya mengarah ke perkampungan.