NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Menjadi NPC
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: YukiLuffy

Zhao Liyun, seorang pekerja kantoran modern yang gemar membaca novel, tiba-tiba menyeberang masuk ke dalam buku favoritnya. Alih-alih menjadi tokoh utama yang penuh cahaya dan keberuntungan, ia malah terjebak sebagai karakter pendukung wanita cannon fodder yang hidupnya singkat dan penuh penderitaan.

Di dunia 1970-an yang keras—era kerja kolektif, distribusi kupon pangan, dan tradisi patriarki—Liyun menyadari satu hal: ia tidak ingin mati mengenaskan seperti dalam buku asli. Dengan kecerdikan dan pengetahuan modern, ia bertekad untuk mengubah takdir, membangun hidup yang lebih baik, sekaligus menolong orang-orang di sekitarnya tanpa menyinggung jalannya tokoh utama.

Namun semakin lama, jalan cerita bergeser dari plot asli. Tokoh-tokoh yang tadinya hanya figuran mulai bersinar, dan nasib cinta serta keluarga Liyun menjadi sesuatu yang tak pernah dituliskan oleh penulis aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Dapur Umum

Fajar menyingsing dengan kabut tipis yang menyelimuti atap jerami dapur kolektif. Zhao Liyun sudah berada di sana sebelum yang lain, tangannya yang lincah mengatur periuk tanah liat dan keranjang sayuran segar. Sejak pertukaran singkatnya dengan Chen Weiguo di ladang, sebuah ketenangan baru menyelimutinya—seolah-olah dengan diakuinya perubahan itu oleh orang yang sebelumnya paling meragukannya, kini ia benar-benar bebas menjadi dirinya sendiri.

Hari ini adalah hari penting. Setelah minggu-minggu pengamatan dan percobaan, Liyun telah menyusun proposal sederhana kepada Kepala Desa tentang cara menyimpan sayuran agar tahan lebih lama. Proposal yang, jika berhasil, bisa mengubah pola kelaparan musim semi yang selalu melanda desa mereka.

"Jadi begini caranya," ujarnya kepada sekelompok kecil wanita yang telah berkumpul, tertarik oleh reputasinya yang semakin meningkat. Di tangannya, seikat sawi hijau segar. "Kita kukus sebentar, lalu jemur hingga benar-benar kering."

Ibu Zhang, wanita tua yang paling skeptis, mengerutkan kening. "Membuang-buang waktu saja. Lebih baik kita makan semuanya sekarang."

Liyun tidak tersinggung. Ia sudah mempersiapkan jawabannya. Dengan tenang, ia mengambil sebuah stoples kayu berisi sawi kering yang telah ia siapkan seminggu sebelumnya.

"Coba rasakan, Ibu Zhang."

Wanita tua itu dengan enggan mengambil sejumput, mengunyahnya dengan ragu. Ekspresinya berubah dari skeptis menjadi terkejut. "Rasanya... masih segar. Bahkan lebih manis."

"Proses pengukusan dan pengeringan mempertahankan rasa dan gizi," jelas Liyun sambil membagi-bagikan sampel kepada wanita lainnya. "Dengan begini, saat musim semi ketika persediaan menipis, kita masih punya sayuran untuk dimasak."

Suasana di dapur berubah. Keraguan mulai mencair, digantikan oleh gumaman persetujuan dan pertanyaan-pertanyaan penasaran. Bahkan Ibu Zhang akhirnya menganggung, meski dengan enggan.

"Baiklah, tunjukkan caranya pada kami."

Sepanjang pagi, dapur kolektif yang biasanya dipenuhi dengan obrolan ringan dan gosip, hari ini bergema dengan suara pertanyaan serius dan penjelasan terperinci. Liyun berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain, menunjukkan cara mengukus yang tepat, ketebalan irisan yang ideal, dan cara menjemur yang efisien.

Yang mengejutkannya, bukan hanya wanita paruh baya yang tertarik. Beberapa pemuda—termasuk Wu Shengli yang dengan diam-diam telah mengatur kayu bakar agar asapnya tidak mengganggu proses pengeringan—juga memperhatikan dengan serius.

"Sekarang aku mengerti," gumam seorang ibu muda sambil memperhatikan Liyun yang dengan sabar membimbing tangannya yang canggung. "Selama ini kita selalu membuang sayuran yang mulai layu, padahal bisa diselamatkan dengan cara seperti ini."

Tapi pencapaian terbesar datang saat makan siang. Ketika sup dengan sawi kering buatan Liyun dihidangkan, sebuah keheningan tidak biasa menyelimuti ruangan. Lalu, satu per satu, pujian mulai bermunculan.

"Rasanya berbeda... lebih kaya," komentar seorang tetua.

"Anakku yang pemilih mau makan sayurnya!" seru ibu muda tadi dengan mata berbinar.

Bahkan Kepala Desa, yang kebetulan lewat, mencicipi dan mengangguk puas. "Zhao Liyun, kau membawa perubahan baik bagi desa kita."

Pujian itu seharusnya membuatnya bahagia. Tapi yang Liyun rasakan justru lebih dalam dari itu—sebuah kepuasan karena diakui, karena kontribusinya berarti. Di kehidupan sebelumnya, sebagai pembaca, ia hanya bisa menyaksikan karakter Zhao Liyun tersingkir dan dilupakan. Sekarang, sebagai Zhao Liyun itu sendiri, ia menulis ulang takdirnya dengan setiap tindakan yang bermanfaat.

Saat ia berdiri di pintu dapur, menatap para wanita desa yang dengan antusias meneruskan pekerjaan pengawetan tanpa perlu diawasi, Wu Shengli mendekatinya.

"Mereka menghormatimu," katanya dengan suara rendah.

Liyun menggeleng. "Mereka menghormati pengetahuan yang kubawa. Itu berbeda."

"Tidak," bantah Shengli. "Mereka menghormatimu karena kau mau berbagi tanpa sombong. Itu langka."

Di kejauhan, Chen Weiguo berdiri di bawah pohon, menyaksikan pemandangan itu dengan ekspresi kompleks. Lin Xiaomei di sampingnya berkata sesuatu, tapi ia tidak mendengarkan. Semua perhatiannya tertuju pada Liyun yang tersenyum pada seorang anak kecil yang membawanya bunga liar—sebuah pemandangan yang tidak mungkin terjadi pada Zhao Liyun versi lama.

Hari itu, di dapur kolektif Desa Qinghe, sesuatu yang lebih penting dari teknik pengawetan makanan sedang terjadi. Sebuah reputasi sedang dibangun, kepercayaan sedang dipupuk, dan seorang gadis yang ditakdirkan mati muda sedang menanam akarnya dalam komunitas yang sebelumnya menolaknya.

Saat matahari terbenam, Liyun berjalan pulang dengan langkah lelah tapi puas. Di depan gubuknya, ia menemukan beberapa hadiah sederhana—seikat daun bawang, sebotol kecil minyak, dan sebuah keranjang anyaman baru. Tidak ada catatan, tidak ada nama. Tapi ia tahu—ini adalah pengakuan diam-diam dari para tetangga yang mulai melihat nilainya.

Malam itu, sebelum tidur, ia mencatat dalam buku hariannya: "Hari ini, aku tidak hanya mengawetkan sayuran. Aku mengawetkan tempatku dalam ingatan orang-orang ini. Mungkin, itulah cara terbaik untuk mengalahkan takdir—dengan membuat dirimu berguna, sehingga mereka akan ingat betapa berharganya kehadiranmu."

Angin malam berbisik melalui jendela, membawa serta aroma bumi yang hangat dan janji akan perubahan. Untuk pertama kalinya, Zhao Liyun merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, nasibnya tidak lagi ditulis dalam tinta yang tak terhapuskan.

1
Lala Kusumah
pengen hajar tuh si madam 😡😡😡👊👊👊
Lina Hibanika
heh 😒 dah numpang belagu lagi 😡
Lina Hibanika
hadir dan menyimak
Fauziah Daud
trusemangattt...
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjuttt
Dewiendahsetiowati
Zhao Liyun gak punya jari emas ya thor
YukiLuffy: ngga kak
total 1 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!