Sinopsis:
Lilia, seorang agen wanita hebat yang mati dalam ledakan saat menjalankan misinya, namun secara tidak sengaja masuk ke dunia novel sebagai tokoh wanita antagonis yang dibenci oleh semua warga desa. Dalam dunia baru ini, Lilia mendapatkan misi dari sistem jika ingin kembali ke dunia asalnya. Untuk membantunya menjalankan misi, sistem memberinya ruang ajaib.
Dengan menggunakan ruang ajaib dan pengetahuan di dunia modern, Lilia berusaha memperbaiki keadaan desa yang buruk dan menghadapi tantangan dari warga desa yang tidak menyukainya. Perlahan-lahan, perubahan Lilia membuatnya disukai oleh warga desa, dan suaminya mulai tertarik padanya.
Apakah Lilia dapat menyelesaikan semua misi dan kembali ke dunianya?
Ataukah dia akan tetap di dunia novel dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 : Lilia Menjadi Kepala Desa
Para warga mulai berdatangan ke rumah Lilia. Lilia, Bu Ayu dan Pandu menyambut mereka dengan baik. Lilia mengeluarkan uang hasil menjual barang sitaan dari rumah Pak Gugu. Jumlah uangnya begitu banyak membuat para warga senang melihat uang itu.
"Jumlah uangnya 50 juta. Setiap warga akan mendapat 1 juta per kepala keluarga," ucap Lilia.
"Terima kasih Lilia, berkat kamu kami dapat rezeki hari ini," ucap salah satu warga.
"Nak Pandu beruntung sekali punya istri sebaik dan secantik Lilia," kata warga lainnya.
"Bu Ayu juga beruntung punya anak perempuan seperti Lilia," puji warga lagi. Pujian mereka membuat Lilia senang, namun tidak membuatnya sombong.
"Selain itu, kebun Pak Gugu yang saya sita akan saya jadikan lahan desa. Saya akan membantu kalian mengelola kebun sampai menghasilkan. Saya janji, hasil kebun akan saya bagikan pada warga. Yang penting warga percaya pada saya dan warga juga bersedia membantu saya," janji Lilia.
"Kami percaya Nak Lilia. Saya akan membantu kamu mengelola kebun," jawab Pak Wawan.
"Tenang saja, kapanpun nak Lilia perlu bantuan, kami satu kampung akan turun," jawab yang lainnya lagi.
"Betul," kata yang lain, mendukung.
"Terima kasih semuanya." Lilia pun mulai membagikan uang ditangannya untuk warga satu persatu. Setiap kepala keluarga satu persatu maju. Mereka sangat bersyukur dapat rezeki nomplok hari ini.
"Bagaimana kalau Nak Lilia saja jadi kepala desa kami? Tidak usah pemungutan suara, langsung saja. Toh pemenangnya pasti Nak Lilia," usul Pak Wawan.
"Aku setuju," jawab Bu Ira.
"Kami juga setuju," jawab Bu Iis. Yang lain mengangguk, setuju dengan pendapat Pak Wawan.
"Saya tidak pantas jadi kepala desa, saya tidak berpengalaman," tolak Lilia dengan halus, dia merasa bahwa dirinya tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk memimpin desa. Namun, Pak Wawan dan warga lain terus meminta dirinya untuk menjadi kepala desa, mereka percaya bahwa sikap baik Lilia pada warga akan mengantarkan Lilia pada kemajuan kepemimpinannya kelak.
Mereka melihat bagaimana Lilia telah membantu warga desa dengan tulus dan ikhlas, dan mereka yakin bahwa Lilia akan menjadi pemimpin yang baik dan adil. Melihat antusias para warga menunjuk istrinya menjadi kepala desa baru, Pandu ikut setuju dengan pendapat mereka. "Aku pikir Lilia akan menjadi kepala desa yang baik, dia memiliki hati yang baik dan peduli dengan warga," kata Pandu dengan nada yang penuh keyakinan.
Begitu juga dengan Bu Ayu, dia juga ikut membujuk Lilia untuk menerima jabatan kepala desa. "Lilia, kamu pasti bisa melakukannya, kamu memiliki kemampuan dan hati yang baik," kata Bu Ayu dengan nada yang penuh kasih.
Lilia merasa bahwa dia tidak bisa menolak permintaan warga desa dan keluarganya. Tidak mau membuat ibu, suami, dan warga desa sedih, Lilia memutuskan untuk menyetujui penunjukannya. "Baiklah, aku akan menerima jabatan kepala desa," kata Lilia dengan nada yang lembut.
Warga desa langsung bersorak riang setelah Lilia setuju menjadi kepala desa. Mereka percaya bahwa dengan Lilia menjadi kepala desa, desa Suka Sari dan warganya pasti akan lebih maju. Mereka melihat Lilia sebagai harapan baru untuk kemajuan desa mereka.
Pandu dan Bu Ayu juga merasa bahagia dan bangga dengan keputusan Lilia. "Aku tahu kamu bisa melakukannya, Lilia," kata Pandu dengan nada yang penuh kebanggaan. Bu Ayu juga memeluk Lilia dengan erat, "Kami percaya pada kamu, Lilia."
Dengan keputusan Lilia menjadi kepala desa, warga desa Suka Sari merasa bahwa mereka telah mendapatkan pemimpin yang baik dan peduli dengan kebutuhan mereka. Mereka yakin bahwa Lilia akan membawa kemajuan dan kemakmuran bagi desa mereka.
"Aneh, kenapa aku merasa senang berada di antara mereka. Aku merasa dikasihi, diperlukan, tapi tidak dimanfaatkan," batin Lilia. Tiba-tiba hati Lilia menghangat, keluarga nya dan warga desa berhasil menyentuh hatinya. Tidak pernah sekalipun Lilia merasakan hangatnya keluarga selama ini, apalagi dia besar dipanti asuhan, tanpa keluarga yang peduli dan keluarga yang mengasihinya.
Tanpa sadar, buliran air mata jatuh membasahi pipinya. Hati Lilia yang sedingin es, meleleh. Sebagai mantan agen wanita dia tidak selemah itu sebelumnya, namun kehangatan keluarga dan sikap warga desa membuat hatinya berubah lembut.
Dulu Lilia besar di panti asuhan, tempat yang seharusnya menjadi rumah bagi anak-anak yang tidak beruntung. Namun, kehidupan di panti asuhan tidak selalu mudah, dan Lilia merasa bahwa dia perlu mencari jalan keluar untuk meningkatkan kehidupannya. Setelah remaja, Lilia kabur dari panti asuhan bersama dua temannya, Erli dan Titan. Mereka bertiga menjadi remaja sekaligus preman jalanan, mencari penghidupan di jalanan yang keras dan tidak pasti.
Namun, suatu hari peristiwa naas terjadi pada Erli. Karena kecantikannya, Erli ditangkap dan dijual di rumah bordir oleh orang tak dikenal. Lilia dan Titan berusaha mencari di mana keberadaan Erli, mereka melakukan apa saja untuk menemukan teman mereka yang hilang. Sampai suatu hari mereka melihat berita tentang wanita panggilan yang ditemukan membusuk di pembuangan akhir sampah. Kondisinya sangat buruk, dan hati Lilia dan Titan hancur seketika melihat betapa malangnya nasib Erli.
Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana Erli harus mengalami siksaan dan kekerasan sebelum akhirnya meninggal dalam keadaan yang sangat tragis. Lilia dan Titan merasa bahwa mereka telah kehilangan teman yang sangat berharga, dan mereka tidak bisa membiarkan kejahatan yang telah terjadi pada Erli tidak terbalas. Mereka memutuskan untuk balas dendam pada orang yang sudah membuat Erli mati tragis.
Kala itu mereka masih remaja 16 tahun, usia yang masih muda dan labil. Orang yang mereka lawan bukan orang sembarangan, mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang besar. Hingga perlawanan mereka berbuah kekalahan, dan Titan dihabisi serta mayatnya dibuang entah kemana. Sementara Lilia, mereka buang ke laut, seolah-olah tidak ada harapan untuk selamat.
Namun, nasib berkata lain. Lilia ditemukan oleh ketua mafia yang memiliki hati nurani dan rasa kemanusiaan yang masih kuat. Ketua mafia itu menyelamatkan Lilia dan membawanya ke tempat yang aman. Dalam didikan ketua mafia, Lilia tumbuh menjadi wanita cantik yang berbahaya. Ketua mafia itu mengajarkan Lilia banyak keahlian, dari bela diri hingga menggunakan senjata dan teknologi.
Lilia menjadi murid yang cepat belajar dan memiliki bakat alami dalam segala hal yang diajarkan kepadanya. Dia tumbuh menjadi wanita yang tangguh dan berani, dengan tujuan untuk membalas dendam atas kematian Erli dan Titan. Dengan keahlian yang dimiliki, Lilia berhasil menghabisi satu persatu orang yang telah menghabisi Erli dan Titan.