Aslan yang mengunjungi sebuah kota kecil untuk bisnis sekaligus mengobati patah hatinya justru membuat ia menikah dengan seorang gadis cantik yang bernama Nayla Putri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penaadelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Braak
Aslan mendengar suara itu. Lalu ia membalikkan badannya. Di seberang jalan sana sudah banyak terdapat orang-orang yang mengerumuni sesuatu. Karena penasaran Aslan segera ke sana.
"Ada apa ini pak?" tanya Aslan pada salah satu orang yang berada disana.
"Itu mas ada kecelakaan terus korbannya wanita." Jawab orang itu.
Lalu Aslan segera menerobos kerumunan itu dan betapa terkejutnya saat melihat korban kecelakaan itu adalah Kiara.
"Astaga, Kiara...." ujar Aslan.
Lalu Aslan segera berjongkok untuk melihat kondisi Kiara lebih jelas.
Kemudian Aslan segera menelpon Roy untuk membantunya membawa Kiara saat ini. Beberapa menit kemudian Roypun tiba dengan menggunakan mobil
"Tuan ada apa ini?" tanya Aslan.
"Jangan banyak tanya Roy. Ayo bantu saya bawa Kiara ke rumah sakit sekarang. Mas tolong bantu kita angkat wanita ini." ujar Aslan. Ia juga meminta pertolongan kepada orang-orang yang ada di sekitar situ.
Setelah Kiara berhasil di letakkan di dalam mobil. Aslan memerintahkan Roy untuk segera ke rumah sakit.
"Roy mengapa kamu lelet sekali mengendarai mobilnya." Ujar Aslan dengan kesal karena saat ini Roy mengendarai mobilnya dengan santai padahal ada nyawa yang sedang dalam bahaya.
"Iya tuan maaf." ujar Roy.
"Apa tuan muda Aslan masih mencintai wanita itu padahalkan ia sudah punya istri. Dan menurutku istrinya jauh lebih cantik dan baik hati daripada wanita ini." Batin Roy.
Beberapa menit kemudian mereka telah tiba di rumah sakit. Roy segera memanggil petugas agar membantunya mengeluarkan Kiara dari mobil dan meletakkannya di atas brankar.
Setelah sampai di ruangan UGD. Aslan dan Roy duduk di kursi sambil menunggu dokter yang sedang mengecek keadaan Kiara.
"Tuan apa tidak sebaiknya anda mengganti pakaian anda?" tanya Roy yang melihat di baju Aslan terdapat noda darah.
"Sebaiknya kamu carikan saya pakaian, biar saya yang menjaga disini." ujar Aslan.
"Baik tuan muda."
Lalu Roy segera pergi menuju toko pakaian untuk membelikan sang majikan pakaian ganti.
~~
~~
Sementara itu Nayla dan Shila saat ini sudah dalam perjalanan pulang dari kampus.
"Kak kita singgah di cafe dulu gimana?" Tanya Shila.
"Ayo aja." Ujar Nayla.
Lalu Shila segera mengemudikan mobilnya menuju cafe yang sedang hits dikalangan para anak muda.
Beberapa saat kemudian mereka telah tiba di depan cafe. Shila langsung saja memarkirkan mobilnya. Setelah itu mereka berdua segera keluar dari dan masuk ke dalam cafe.
"Cafenya ramai sekali yah shil." ujar Nayla saat sudah duduk di kursi kosong sambil memperhatikan cafe itu.
"Iyah kak. Cafe ini memang cafe yang paling terkenal di sekitar sini jadi nggak heran kalau cafe ini ramai." ujar Shila.
Lalu mereka mulai memanggil pelayan cafe dan memesan apa saja yang mereka inginkan. Beberapa menit kemudian pesanan mereka sudah datang.
Saat sedang asyik bercengkrama, tiba-tiba datang seorang pria yang menghampiri mereka.
"Haii.. apa aku biloh bergabung dengan kalian?". Ujar pria itu sambil tersenyum hangat.
"Haii kak Vano. Kak Vano sedang apa disini?" tanya Shila dengan senyum hangatnya.
"Aku baru saja selesai meeting."
"Kakak silahkan duduk." ujar Shila.
Lalu Vano segera duduk.
"Apakah ini istri Aslan?" tanya Vano sambil melihat Nayla.
"Iya kak Vano. Ini istrinya kak Aslan cantikkan?" tanya Shila.
"Iyah sangat cantik." ujar Vano dengan senyum memperhatikan wajah Nayla yang hanya dibalas oleh senyum canggung oleh Nayla.
"Iyalah. Kakakku kan nggak pernah salah pilih." kata Shila.
"Ohiya tadi kata kak Vano, kakak habis meeting yah! Kok meetingnya di tempat yang ramai seperti ini." Lanjut Shila.
"Iya aku cuma pengen suasana baru saja. Lagian saya meeting di ruangan VIP cafe ini." ujar Vano.
"Ohh. Kakak mau pesan juga, aku panggilkan pelayannya?" tanya Shila.
"Tidak usah kalian saja. Aku cuma mau menemani kalian berdua." ujar Vano.
~~
~~
Sementara itu di rumah sakit, Aslan baru saja mengganti pakaiannya. Lalu ia berjalan kearah Roy yang masih menunggu dokter keluar dari ruangan UGD.
"Tuan muda apa tidak sebaiknya kita menghubungi keluarga nona Kiara?" Kata Roy.
"Iya kamu benar Roy. Sebaiknya kamu segera ke rumahnya lalu beri tahu kedua orang tuanya."
"Baik tuan muda." ujar Roy dengan semangat.
Lalu Roy segera menuju ke kediaman keluarga Kiara. Jangan heran jika Roy langsung mengetahui alamat orang tua Kiara karena itu hal mudah bagi dia.
Sementara itu Aslan masih berada di rumah sakit. Ia baru teringat akan sang istri. Lalu ia mengambil ponselnya dan menghubungi Nayla.
"Halo. Iya mas kenapa?" tanya Nayla di seberang sana saat mengangkat panggilan itu.
"Kamu sudah pulang?" Tanya Aslan.
"Ini aku udah pulang dari kampus tapi aku dan Shila lagi ada di cafe kebetulan kita juga ketemu sama Kak Vano disini." ujar Nayla.
"Vano. Kenapa Vano ada di cafe sayang?" Tanya Aslan.
"Iya dia habis meeting mas."
"Kamu gimana kerjanya hari ini mas?" Tanya Nayla lagi.
"Hari ini lancar. Tapi saat ini aku nggak lagi di kantor. Sekarang aku lagi di rumah sakit." ujar Aslan dengan jujur.
"Di rumah sakit. Emang siapa yang sakit mas?" tanya Nayla yang sedang dilanda penasaran.
"Apa aku jujur saja yah sama Nayla." Batin Aslan.
"Mas kok kamu diem aja sih.?" Ujar Nayla bingung saat tak mendengar sautan dari Aslan.
"Hmmm lebih baik kamu kesini saja. Yang sakit itu temanku. Aku juga mau kenalin kamu sama dia." Kata Aslan pada akhirnya memilih untuk jujur.
"Baiklah aku akan ke sana bersama Shila."
"Iya aku tunggu. Nama rumah sakitnya itu rumah sakit permata."
"Iya mas."
Lalu panggilan terputus. Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan UGD.
"Bagaimana keadaan pasien dok?" Tanya Aslan
"Pasien sudah berhasil melewati masa kritisnya tuan. Sekarang kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat." ujar dokter.
"Apa tuan keluarga pasien ?" Tanya dokter itu.
"Bukan dok, kebetulan dia itu hanya teman saya. Tapi asisten saya sedang menuju ke rumah orang tuanya." Ujar Aslan.
"Oh baiklah tuan. Kalau begitu saya pergi dulu." Ujar dokter itu lalu pergi dari hadapan Aslan.
Tak lama kemudian. Roy beserta kedua orang tua Kiara sudah tiba dirumah sakit.
Dari kejauhan Aslan sudah melihat mereka. Saat ini ia sudah berada di depan ruangan Kiara.
"Aslan bagaimana keadaan Kiara saat ini.?" Tanya mami Kiara dengan nada panik.
"Saat ini Kiara sudah melewati masa kritisnya Tante." ujar Aslan.
"Mengapa ini semua bisa terjadi Aslan.?" Tanya papi Kiara.
"Saya juga tidak tahu om. Saat itu saya hanya melihat Kiara yang sudah tergeletak di pinggir jalan dan sudah di kerumungi oleh orang-orang dan kejadian itu di depan kantor saya." Ujar Aslan.
"Papi ayo kita masuk ke dalam." Ujar mami Kiara lalu menarik tangan sang suami ke dalam ruang rawat Kiara.
Beberapa menit kemudian datanglah Nayla dan Shila.
"Mas Aslan." Kata Nayla.
"Sayang kamu sudah sampai." Kata Aslan lalu mengecup kening Nayla tanpa memperdulikan keberadaan Shila dan juga Roy. Shila hanya memutar bola matanya melihat aksi sang kakak sedangkan Roy, ia pura-pura tak melihat.
"Kak siapa yang sedang sakit?" tanya Shila.
"Yang sedang sakit itu Kiara. Ia kecelakaan didepan kantor kakak." Ujar Aslan.
"Apaa..." Kata Shila sambil membulatkan matanya.
"Kiara, siapa itu Kiara? Mengapa Shila terlihat begitu terkejut." kata Nayla dalam hati.