Dua wanita kembar yang menjalani takdir masing masing. Inha dengan karakter pendiam dan terpaksa menikah dengan seorang duda beranak satu dan Inka yang selalu ceria dan mencintai seorang pria yang terlihat tidak menyukainya .Namun, ternyata ia salah karena pria itu selalu menyukai dalam diam.
Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja? Mampukah Inha menerima status sebagai ibu sambung di usia muda nya?
Bisakah Inka keluar dari situasi tersulit di hidupnya?
Selamat membaca.... 🥰😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Han_hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Pagihari Inha terkejut dengan kedatangan mertuanya dan Bella. Mereka datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Mau tak mau Inha mencium takzim tangan mertuanya dan mencoba basa - basi untuk menghormati orang tua. Sorot mata Maya masih saja menyiratkan ketidak sukaan pada menantunya.
"Omah, opah... " Cherry berteriak saat melihat kakek neneknya datang.
"Sayangnya omah, sudah sarapan belum? "
Maya bertanya sembari memeluk cucu kesayangan nya.
"Belum omah, Cherry baru saja bangun. Hihihi... "
"Kebiasaan si Cherry, klo libur bangun siang. " Inha
"Mana papah? " Kali ini Bella bertanya
Inha menelan salivanya, Richi masih tidur dikamar tamu. Setelah pertengkaran mereka tadi malam, pria itu belum terlihat batang hidungnya.
"Papah seperti nya masih tidur di... " Cherry menatap ibu sambungnya. Sejak bangun pagi ia belum bertemu ayahnya. Dan mungkin saja sang ayah tidur di kamar tamu seperti biasanya.
"Dimana? "
" Papah tadi sudah bangun kok, tapi tidur lagi. " Jelasnya.
Inha lagi-lagi dibuat jantungan, berharap anak itu tidak salah bicara. Inha mulai gugup lagi.
" Emang papah tidur dimana? " Kali ini Rico yang bertanya.
"Menantu, dimana Richi? " Tanya nya
"Sebentar yah, Inha... " Belum sempat dia melanjutkan perkataannya, ia melihat Richi keluar dari ruang tamu dengan handuk yang melilit tubuhnya. Ber telanj*ng dada, rambutnya basah, aroma shampoo begitu semerbak, tubuhnya tercium wangi. Inha membuang wajahnya kearah lain, malu melihat Richi memamerkan tubuhnya.
"Kamu tidur di kamar tamu? " Maya bertanya sembari melotot pada anak nya.
"Kalian kan sudah menikah, kenapa tidur terpisah? " Maya geram seolah meminta penjelasan.
"Jangan bilang belum... " Ia melirik menantu nya yang hanya diam membisu.
"Mama apa -apaan sih! Kita tidur bertiga di kamar aku. Kalau mau begituan ya pindah kamar lah, masa ada Cherry. " Richi berbisik
"Lihat saja rambut Inha juga basah begitu, masa mama tidak mengerti aku habis ngapain? " Richi asal bicara, saat melihat rambut Inha basah ia terlintas ide demikian.
"Kalau tidak percaya tanya saja Cherry? "
"Kalau tidak percaya,coba saja buka lemari tamu,Ada tidak bajuku disana? "
Lagi-lagi Richi mencoba memberi penjelasan pada orangtua nya agar tidak salah paham. Untung saja dia sudah antisipasi sebelum nya. Berurusan dengan orang tua nya tidak mudah apalagi ibunya yang sering curigaan.
"Iya kok, kami selalu tidur bertiga. " Jawab Cherry sembari tersenyum.
"Cherry sangat bahagia Omah, ada tante Inha yang selalu temani Cherry tidur, belajar dan sekolah. "
"Cherry senang punya mama baru? " Maya kali ini bertanya dengan nada serius pada cucunya.
"Cherry sangat senang, tante Inha baik. Apapun yang Cherry mau selalu dituruti. " Lagi-lagi anak itu tersenyum ceria. Begitu manis saat melihatnya tertawa.
Nafas Inha rasanya begitu plong saat anak itu memberi penjelasan. Lebih tepatnya anak itu berbohong untuk membela nya.Disatu sisi hatinya merasa tercubit, ia terlalu jahat karena merasa Cherry sebuah beban untuk nya.
"Lalu, kenapa bingkai kacamata mu rusak seperti ini? " Rico tidak sengaja menemukan kacamata di sudut sofa. Inha lupa belum membersihkan rumah. Glek!
"Tadi malam tak sengaja terinjak kakiku, aku betul-betul ceroboh. Huh... " Richi menghela nafas panjang nya seolah menyesal.
"Aku masuk dulu ganti baju. "
Inha benar-benar lega, saat mertua perempuan nya masuk ke dalam kamar tamu dan tidak menemukan satu lembar pun baju Richi disana.
Saat sarapan Maya masih saja melirik sesekali menantunya itu. Jujur untuk segi masak memasak Inha tidak perlu diragukan, hanya saja gestur saat melayani Richi makan Inha begitu kaku. Maya seorang ibu, tahu mana yang drama mana yang asli. Ia nampak kecewa melihat sorot mata menantunya tanpa cinta. Ia tahu Inha belum mencintai anaknya secara penuh.
"Kalian memang kurang ajar, setelah menikah tidak pernah berkunjung ke rumah. Sesibuk apa sih, sampai-sampai lupa dengan orang tua! " Maya
Sindiran nya sungguh sangat mengena di hati Inha, apalagi saat Maya bicara ia menatap langsung kearah nya.
"Kami tidak lupa dengan orang tua mah, rencananya Minggu depan kita ke rumah mama, eh ternyata mama duluan yang kemari. " Lagi-lagi Richi yang terlebih dahulu menjawab. Inha hanya bisa melirik kearah suaminya
"Dan kau kapan risent dari restoran? Jangan terlalu lelah, Cherry masih butuh perhatian darimu. "
"Mah, Inha bisa kok jadi ibu sekaligus bekerja. Buktinya Cherry tidak komplen, Dan lihat Cherry sekarang lebih gemuk setelah ada ibu sambung nya. " Lagi-lagi Richi membela istri nya. Jujur saja dia masih marah dengan gadis itu, tapi ia tidak mungkin membeberkan masalah rumah tangga nya pada sang ibu. Yang ada Inha akan dibenci setengah mati oleh Maya. Tahu sendiri betapa sayangnya sang omah pada cucunya. Yang ada Inha akan di maki-maki dan disudutkan kembali.
Maya melihat Cherry banyak makan dan tidak pilih-pilih makanan. Nafsu makan anak itu lumayan besar dan benar juga pipi Cherry sedikit menggembung dalam satu bulan ini. Anak itu gemuk.
"Bela terus istrimu! "
"Mah, tolong lah. Jangan terlalu membenci istriku. Inha mau menikah dengan ku saja itu suatu anugerah. Mana ada gadis lajang yang mau menikahi duda beranak satu seperti ku. Itu tidak mudah mah, jadi tolong pahami dan sayangi istri ku sedikit saja. " Richi memohon sembari mencium tangan ibunya, merayu agar sang ibu tidak membesar-besarkan masalah juga.
Rasanya Inha ingin menangis saat itu juga, disaat ia ingin melepaskan diri dan bercerai dengan Richi namun pria itu selalu membela di depan keluarga nya.
" Inha, ayo kita cuci piring. " Bella meminta ijin untuk menepi sejenak. Ia tahu Inha tidak nyaman berada di tengah keluarga Richi yang terkesan selalu memojokkan nya.
"Jangan salah paham, Mama memang begitu tapi sebenarnya dia sayang. " Bella memulai pembicaraan terlebih dahulu.
"Dia ingin anak dan cucunya bahagia. "
"Dan ku harap kau selalu jadi istri dan ibu yang baik untuk Cherry dan Richi. "
Inha hanya tersenyum kecut, bagaimana jadi istri yang baik terkadang saja dia bertengkar dengan Richi untuk masalah hal sepele.
Setelah keluarga Richi pulang, Inha menyadari sesuatu yang tidak pernah ia sangka dan duga. Richi dan Cherry seolah kompak menjawab dan membela nya.
"Kemana Richi? " Tanya nya bermonolog. Ingin bertanya langsung dengan pria itu. Namun Inha tidak menjumpai pria itu.
"Tante cari siapa? " Cherry yang sedang membereskan buku di kamarnya melihat Inha yang kebingungan mencari seseorang.
"Papah mana? "
"Papah sudah pergi ke klinik. Memangnya tadi tidak pamit sama tante? "
Inha langsung menutup pintu kamar dan menghela nafas panjang nya. Namun ia teringat sesuatu, lalu membuka pintu kamar Cherry lagi.
"Tante mau tanya, apa papah yang meminta kamu berbohong seperti itu dan membela tante? "
Cherry hanya cengar-cengir memperlihatkan baris giginya yang rapi seolah mengiyakan dari pertanyaan Ibu sambung nya. Lalu ,tanpa disadari mereka tertawa cekikikan bersama.
wkwkkwkw
🤭🤭