Mei Lin, seorang dokter muda dari tahun 2025, sedang dalam perjalanan darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang ketika sebuah kecelakaan tak terduga melemparkannya ke masa lalu. Terhempas ke laut dan terbangun di tengah medan perang, ia menemukan dirinya berada di kamp Pangeran Mahkota Rong Sheng dari Dinasti Xianhua, yang terluka parah dan sekarat.
Dengan insting medisnya, Mei Lin menggunakan alat-alat modern dari ransel besarnya untuk menyelamatkan nyawa sang pangeran, mengira ini hanyalah lokasi syuting drama kolosal. Namun, kesalahpahaman itu sirna saat anak buah Rong Sheng tiba dan justru menangkapnya. Dari situlah, takdir Mei Lin dan Rong Sheng terjalin.
Di tengah intrik istana dan ancaman musuh, Mei Lin harus beradaptasi dengan dunia yang sama sekali asing, sementara pengetahuannya dari masa depan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dinasti. Bisakah seorang dokter dari masa depan mengubah takdir sebuah kerajaan kuno?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R. Seftia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31: Dijebak
Sungguh hal yang luar biasa. Baru saja Mei Lin bangun, dia sudah ditodong dengan pedang tajam yang mengancam nyawanya. Pedang itu diarahkan tepat di urat nadi Mei Lin, menujukkan jika orang itu benar-benar siap untuk membunuh Mei Lin ditempat.
"Siapa kalian?" Mei Lin berusaha untuk bersikap tenang menghadapi ancaman yang sangat luar biasa itu. Dia tidak ingin terlihat lemah. Walaupun ingin menangis, Mei Lin berusaha untuk tetap menahannya. Karena selama ini Mei Lin telah banyak belajar. Jika menujukkan ketakuranmu kepada musuh, mereka akan semena-mena. Tetapi sebaliknya, musuh akan merasa terintimidasi karena targetnya tidak merasa takut sama sekali.
"Siapa yang memerintahkan kalian untuk melakukan hal ini?! Jawab!?"
Orang-orang berpakaian hitam itu tidak peduli. Mereka tidak mendengarkan Mei Lin. Salah satu dari mereka hanya memerintahkan untuk membawa Rong Sheng juga.
"Pangeran Rong Sheng mungkin masih ada di dalam. Segera bawa dia keluar juga. Mereka berdua harus mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan mereka!"
Hukuman? Memangnya kesalahan apa yang telah Mei Lin dan Rong Sheng lakukan sampai harus mendapatkan hukuman? Mei Lin benar-benar tidak mengerti. Tetapi, satu hal yang bisa Mei Lin pahami adalah, semua ini mungkin suruhan seseorang yang berpangkat tinggi. Dan satu nama yang langsung terlintas dibenak Mei Lin adalah....
"Kaisar Longwei?"
***
Diseret dengan paksa; Rong Sheng dan Mei Lin dibawa ke istana. Tepat seperti tebakan Mei Lin. Orang-orang yang telah menangkap dirinya dan Rong Sheng adalah orang-orang suruhan Kaisar Longwei!
"Aku sudah menduga hal ini. Pantas saja sangat mudah bagi kita untuk masuk melewati pemeriksaan perbatasan. Ternyata, semua ini rencana Kaisar Longwei. Kurasa dia menipu kita untuk datang ke sini," kata Rong Sheng, langsung bisa menyimpulkan semuanya tanpa meleset.
"Lalu, sekarang, apa yang harus kita lakukan? Kita berdua tertangkap. Apakah sekarang kita akan mati?" tanya Mei Lin.
"Tidak. Tidak akan. Dia tidak akan berani menyentuh kita berdua. Aku ini pangeran mahkota. Aku calon kaisar Dinasti Xianhua. Jika dia berani menyentuhku... pertikaian besar akan terjadi. Hal yang sama juga berlaku untukmu. Aku berjanji akan melindungimu. Karena itu... tetaplah berada di dekatku."
Mei Lin hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Tidak lama kemudian, Kaisar Longwei datang bersama dengan beberapa pengawalnya dan orang-orang kepercayaannya. Dia duduk di singgasana yang mewah. Duduk dengan tenang, menatap Rong Sheng dan Mei Lin dengan senyuman yang sulit diartikan.
"Saya tidak sengaja mendengar bahwa ada dua orang aneh yang telah melewati perbatasan. Dua orang yang memiliki aura yang berbeda dari kebanyakan orang biasa. Siapa yang menyangka, ternyata orang itu Pangeran Rong Sheng dan Tabib Agung Mei Lin."
Rong Sheng dan Mei Lin saling menatap satu sama lain. Berkomunikasi dengan mata mereka.
"Harusnya kalian berdua memberitahu dulu kepada saya bahwa kalian ingin berkunjung ke sini. Jika kalian melakukannya, saya mungkin akan memberikan pelayanan terbaik untuk kalian berdua. Tetapi, kalian justru datang dengan cara yang tidak baik. Jadi, karena itulah saya terpaksa melakukan hal seperti ini. Tolong pahami maksud saya, pangeran."
Rong Sheng merasa muak dengan kata-kata yang Kaisar Longwei ucapkan. Terlebih lagi, dia merasa kesal karena Kaisar Longwei telah mengikat kedua tangannya, membuatnya tidak bisa menggunakan kedua tangan itu dengan bebas. Benar-benar merepotkan!
"Jika boleh tahu, kenapa kaisar memperlakukan kami berdua seperti ini? Bukankah ini bukan sesuatu yang baik untuk dilakukan kepada tamu?" Rong Sheng bertanya.
"Tamu? Tamu, ya." Kaisar Longwei sedikit tertawa. "Jika ingin dianggap tamu, seharusnya kalian datang dengan cara yang benar. Barulah saya bisa menganggap kalian sebagai tamu."
"Bukannya datang dengan cara yang pantas, kalian justru datang dengan cara yang tidak pantas. Karena hal itu, saya tidak bisa menganggap kalian sebagai tamu. Cara masuk kalian seperti seorang penyusup. Jadi, karena itulah saya memperlakukan kalian seperti ini."
"Tidak masalah jika kaisar memperlakukan diriku seperti seorang penyusup dan kemudian mengikat kedua tanganku. Tapi, bukankah bukan hal yang pantas untuk melakukannya kepada Pangeran Rong Sheng?" Dari tadi, Mei Lin diam. Tetapi akhirnya dia bicara dengan tenang. Tak ingin memperlihatkan ketakutan yang ia rasakan.
"Tolong kaisar berbaik hati dan melepaskan Pangeran Rong Sheng. Tidak seharusnya dia diikat seperti seorang penjahat. Aku memohon, kaisar," pinta Mei Lin.
"Baiklah. Jika itu yang ingin kau lakukan. Akan kulakukan sesuai keinginanmu." Tidak disangka kaisar akan patuh kepada Mei Lin. Memerintahkan langsung kepada prajurit untuk melepaskan pengikat tali di tangan Rong Sheng.
Ikatan tali di tangan Rong Sheng sudah dilepas, tetapi tidak dengan Mei Lin. Tangannya masih terikat dengan tali. Melihat itu, Rong Sheng merasa tidak senang.
"Karena kaisar telah melepaskan tanganku, kenapa tidak melepaskan tangan Mei Lin juga? Dari yang aku lihat, sepertinya dia tidak nyaman." Rong Sheng meminta kepada kaisar.
Kali ini kaisar tidak mengabulkan permintaan itu. Dia tetap ingin mengikat Mei Lin.
"Maafkan saya pangeran, tetapi, saya tidak bisa melepaskan tabib itu. Saya melepaskanmu karena mengingat status pangeran" jelas Kaisar Longwei. "Tabib itu bukan siapa-siapa. Jadi, saya tidak bisa melepaskannya. Saya harus menahannya di sini untuk beberapa waktu."
Mendengar hal itu, Rong Sheng dan Mei Lin sama-sama kaget. Apa maksudnya dengan beberapa hari?!
"Beberapa hari? Apa maksud kaisar?" tanya Rong Sheng.
"Tadi malam, istana kami diserang oleh beberapa orang tak dikenal. Prajurit kami mengerjakannya sampai ke tempat dimana pangeran dan tabib wanita itu menginap. Jadi, kami menyimpulkan serangan itu direncanakan oleh pangeran. Apakah benar seperti itu?"
Dituduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukan. Rong Sheng dan Mei Lin benar-benar telah terjebak. Jebakan ini sepertinya tidak memiliki jalan keluar yang baik. Mereka benar-benar telah terjebak!
"Apa yang baru saja kaisar katakan? Serangan?! Dariku? Tidak, kaisar. Pasti ada kesalahpahaman di sini. Aku tidak merencanakan penyerangan apapun!" tegas Rong Sheng.
"Awalnya saya pun tidak ingin percaya. Karena dari yang saya tahu, pangeran tidak akan melakukan hal serendah itu. Tapi, semua itu dipatahkan oleh pernyataan salah satu orang yang telah menyerang istana malam tadi. Jika pangeran ingin, saya bisa membawanya ke tempat ini," kata Kaisar Longwei.
Merasa dirinya tidak melakukan apa yang telah dituduhkan kepada dirinya, Rong Sheng bersedia untuk dipertemukan dengan orang yang telah menyerang istana Kaisar Longwei tadi malam. Rong Sheng sangat yakin, karena dia benar-benar tidak ada hubungannya dengan penyerangan itu.
Tidak butuh waktu lama. Para prajurit Kaisar Longwei membawa seseorang yang terlihat lemah setelah dipukuli habis-habisan. Walaupun wajahnya telah penuh dengan luka, Rong Sheng masih bisa mengenali wajah itu. Itu buka wajah yang asing!
Orang itu... dia adalah salah satu prajurit kepercayaan Rong Sheng di Dinasti Xianhua!
***
Bersambung.
aku jadi ngebayangin klw aku kayak gitu pasti sama takut nya ataw bahkan lebih dari itu