Kimi Azahra, memiliki keluarga yang lengkap. Orang tua yang sehat, kakak yang baik, juga adek yang cerdas. Ia miliki semuanya.
Namun, nyatanya itu semua belum cukup untuk Kimi. Ada dua hal yang belum bisa ia miliki. Perhatian dan kasih sayang.
Bersamaan dengan itu, Kimi bertemu dengan Ehsan. Lelaki religius yang membawa perubahan dalam diri Kimi.
Sehingga Kimi merasa begitu percaya akan cinta Tuhannya. Tetapi, semuanya tidak pernah sempurna. Ehsan justru mencintai perempuan lain. Padahal Kimi selalu menyebut nama lelaki itu disetiap doanya, berharap agar Tuhan mau menyatukan ia dan lelaki yang dicintainya.
Belum cukup dengan itu, ternyata Kimi harus menjalankan pernikahan dengan lelaki yang jauh dari ingin nya. Menjatuhkan Kimi sedemikian hebat, mengubur semua rasa harap yang sebelumnya begitu dasyat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmbunPagi25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Perasaan Yang Membuncah
Setelah acara akad itu selesai, kalimat ijab kabul juga terucap lancar serta seruan kata sah itu menjadikan orang-orang hanyut dalam suasana bahagia.
Lalu semua mata orang-orang pun tertuju pada mempelai wanita yang melangkah menuju pelaminan dari arah pintu depan. Namita diapit di kanan kirinya oleh Kaka perempuan Namita dan juga oleh Bibi Yunda.
Saat mempelai wanita telah menaiki pelaminan dan sedang dibacakan doa oleh mempelai pria nya di atas ubun-ubun Namita.
Arkan menarik tangan Kimi untuk membawanya beranjak.
"Kemana, Mas?"
"Ambil makan!"
Kimi tidak menolak ketika Arkan membawanya ke meja prasmanan lalu mengambil makan untuknya.
Sampai kemudian seorang lelaki menyapa Arkan dengan semangat seperti teman lama yang baru bisa bertemu kembali setelah sekian lama. Lalu lelaki itu menjabat tangan Arkan sembari menepuk punggung Arkan dengan tawa terbuai.
"Jarang kemari, kamu sekarang. Ar!"
Ucap lelaki itu lalu matanya tertuju pada Kimi yang berdiri di samping Arkan.
"Siapa?" Tanya lelaki itu dengan menaikan kedua alisnya menatap Arkan.
Arkan menoleh pada Kimi lalu menarik kembali pinggangnya untuk mendekat. "Istriku, Yuno. Namanya Kimi Azahra."
Lelaki yang dipanggil Yuno itu melongo namun sejurus kemudian melebarkan tawanya dengan jenaka.
"Udah nikah aja, nih! Kenapa ngga undang aku?"
"Pernikahan kita dilangsungkan dengan sederhana, Yun. Tidak banyak mengundang orang."
Lelaki yang dipanggil Yuno itu mengangguk lantas kemudian mengulurkan tangannya pada Kimi.
"Namaku Yuno Madana. Teman kuliah Arkan."
"Kimi Azahra, Kak." Ucap Kimi setelah menyambut uluran tangan itu untuk berjabat tangan.
Yuno mengibaskan sebelah tangannya, setelah jabatan tangan itu terlepas."Aku tau kamu lebih muda, kelihatan dari wajahnya. Cuma menurutku ngga perlu panggil Kaka. Cukup panggil nama."
Yuno lalu kembali melihat Arkan dengan menepuk pundaknya. "Pantesan kamu jaman kuliah ngga pernah pacaran. Meski cewek yang deketin kamu itu segambreng. Ternyata selera kamu tinggi juga."
Yuno tercengir yang dibalas Arkan dengan kekehan.
"Selera kamu yang ada manis-manisnya, yah. Ar!"
Arkan mengedikan bahunya."Yah, begitulah." Lalu ucapan itu diikuti oleh tawa membahana Yuno.
Obrolan itu terus berlanjut hingga sampai mereka duduk dikursi menyantap makanan mereka.
Yuno itu ternyata sangat ramah, lelaki itu bisa dengan mudah mencari topik pembicaraan. Dari obrolan tentang kerjaan, kegiatan, bahkan sampai masa-masa jaman kuliah mereka, tidak luput lelaki itu bicarakan pada Arkan.
Sampai setiap sesi acara itu selesai dan para undangan perlahan-lahan mulai pulang begitu juga dengan Yuno setelah bersalaman dengan mereka seraya kembali menepuk pundak Arkan.
"Bahagian terus, yah. Ar!" Ucap Yuno yang diaminkan oleh Arkan.
"Makasih, Yun."
Setelah semua rangkaian acara selesai Kimi dan Arkan tidak langsung kembali, mereka justru menginap dulu dirumah Paman Arifin.
Sekarang mereka sedang berada di dalam kamar yang sama. Kimi tidak lagi tidur bersama Bunda, karena mereka sekarang berada di kamar yang berbeda.
Arkan baru saja keluar dari dalam toilet yang berada di kamar tamu itu, saat ia menemukan Kimi yang sudah tertidur lelap sekali. Terlihat begitu kelelahan setelah melakukan berbagai aktivitas selama acara berlangsung.
Arkan mendekati Kimi, perlahan menaiki ranjang itu. Ukuran ranjang yang tidak begitu besar membuat ia dan Kimi menjadi lebih dekat. Arkan yakin, jika ia merebahkan dirinya di samping wanita itu sekarang maka niscaya bahu mereka akan bersentuhan.
Lama Arkan dalam posisinya sekarang, duduk memerhatikan Kimi yang tertidur pulas.
Seperti sudah menjadi ritualnya sekarang, Arkan selalu tidur setelah Kimi tertidur lebih dulu demi bisa menatap wajah Kimi selama mungkin sampai ia tertidur dengan wajah Kimi yang membayang dipelupuk matanya.
Tapi kali ini Arkan hanya menatap punggung itu karena Kimi yang tidur dalam posisi membelakanginya.
"Dari belakang aja, kamu cantik begini, Dek."Ucap Arkan pelan seraya mengusap rambut Kimi dengan jemarinya, lalu meremas rambut itu saat jemarinya berada diujung rambut.
Gerakannya yang terus-menerus itu rupanya sedikit mengusik Kimi sehingga wanita itu berbalik dengan sedikit menggeliat. Namun, masih dalam keadaan tertidur dan Arkan mampu bernapas lega.
"Masih nyenyak aja, tidur kamu, Dek! Kalau aku cium sekarang, gimana?" Arkan berdecak, merasa dirinya mulai kurang ajar pada Kimi.
Puncaknya setelah acara kemaren malam, ia jadi ingin menyentuh Kimi dengan lagi dan lagi.
Arkan menghela napasnya dan ketika itulah ia dapat melihat gamis wanita itu yang ternyata tersingkap hingga setengah pahanya. Membuat Arkan menahan napasnya untuk sesuatu yang tidak bisa ia mengerti.
Namun sekelumit perasaan ingin, yang sekarang mendebarkan dadanya. Buat Arkan dengan berani menelusuri kaki jenjang itu dengan jarinya sampai ke ... tidak!
Arkan segera memalingkan wajahnya.
Ia mengusap wajahnya dengan gusar sembari menghela napasnya dengan lagi dan lagi."Kalau begini terus, lama-kelamaan aku bisa gila juga, Dek." Gumam Arkan membuat Kimi kembali menggeliat seraya menyamping menghadapnya.
Hal itu kembali membuat Arkan memandangi wajah Kimi, ia tidak berani menelusurinya dengan jari. Arkan hanya melakukannya dengan tatapannya hingga mata itu berhenti di bibir Kimi.
"Maaf, Dek." Arkan tahu Kimi tidak mendengar ucapan maafnya. Namun ia tetap melakukannya ketika wajahnya dengan berani mendekati wajah Kimi hingga ujung hidung mereka bersentuhan. Lalu dengan pelan namun pasti, Arkan melabuhkan kecupannya dibibir Kimi
Membuat empunya menggeliat lagi, dan perlahan-lahan mata itu mulai terbuka. Menatap wajah Arkan yang berada di atasnya dengan kening mengkerut.
"Mas?"
Ucapan pelan Kimi dengan suara khas bangun tidur itu tidak ia hiraukan. Arkan justru kembali melabuhkan kecupan itu lagi dan lagi dengan pelan.
Arkan menyadari Kimi yang tidak menolaknya maupun mendorongnya itu. Kini Kimi bahkan memejamkan matanya. Membuat Arkan tersenyum seraya kembali mendaratkan bibirnya pada milik Kimi.
Semula hanya sentuhan ringan layaknya sentuhan bulu, sampai kecupan itu berubah menjadi sebuah lumatan kecil saat tanpa sadar bibir Kimi terbuka pelan.
Perasaan Arkan membuncah, dadanya berdebar kian cepat Sampai-sampai rasanya akan meledak saat itu juga.
Sementara Kimi dengan sekuat tenaga berpegangan pada sprei, meremasnya. Sampai terasa sprei itu kusut digenggamannya.
Untuk apa ia tidak menolak perlakuan Arkan padanya. Ia malah memejamkan matanya, membiarkan Arkan mengeksplor bibirnya dengan cara yang belum pernah terbayang dibenak Kimi.
Jatungnya berdegup dengan kencang, hatinya berdesir. Kimi juga dapat merasakan ribuan kepakan sayap kupu-kupu diperutnya.
Pernapasan Kimi rasanya menjadi lebih cepat dan dalam. Ketika Arkan menggigit bibir bawahnya.
"S–stop, Mas!" Ucap Kimi akhirnya dengan gelagapan ketika Arkan memberinya jeda.
Mata Arkan menggelap, Kimi menyadari itu. Karena itulah ia segera mendorong pelan tubuh Arkan dari atasnya, untuk bisa menghentikan Arkan sebelum lelaki itu melakukan yang lebih jauh dari ini.
Arkan mengusap wajahnya dengan gusar lalu lelaki itu mendongak mencoba mengatur napasnya yang nampak sama tidak beraturannya.
"Maaf, Dek! M–mas diluar kendali" Ucap Arkan dengan suara yang terdengar berat.
Lelaki itu sekarang bahkan memijat pangkal hidungnya. Mungkin untuk meminimalisir denyutan dikepalanya.
Kimi hanya diam, bergeming dengan posisi semula. Dalam hatinya mengakui bahwa ia hampir hanyut dengan pesona Arkan, ketika lelaki itu memperlakukannya dengan begitu lembut.
Kimi merasa takut. Takut jika ia jatuh pada Arkan, dan memberikan semuanya pada Arkan. Hati dan juga tubuhnya, lalu lelaki itu meninggalkannya dan mengabaikannya seperti beberapa tahun lalu.