Hi Kak .... Aku hadir lagi nih, jangan bosan ya untuk selalu ikuti cerita aku🥰🥰🥰🥰
Kehamilan di usia lanjut membuat Sonia harus angkat kaki dari rumah suaminya. 20 tahun dirinya mengarungi bahtera rumah tangga bersama Dion Wiratama akhirnya harus berujung pahit, gara-gara suatu malam yang Sonia pun tidak tahu menahu dan tidak ingat sama sekali, kapan dia berhubungan dengan seorang pria, sedangkan Dion sendiri sudah di vonis impoten karena sebuah kecelakaan tiga tahun yang lalu.
Apakah Sonia mampu membawa kehamilannya ini sendiri ataukah ada pengeran berkuda putih yang nantinya akan menerima Sonia??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sonia Kontraksi
Malam ini hujan sudah reda, dan para karyawan pun mulai menutup outletnya karena sudah waktunya pulang, di sini anak kecil itu sudah mulai tertidur di dalam dekapan ayahnya, Juna pun mulai memeriksa Sonia yang hendak menyetir mobilnya itu sendiri, entah kenapa ada rasa tidak tega di dalam hatinya ketika melihat semuanya ini.
"Kau pulang dengan siapa?" tanya Juna.
"Sendiri," sahut Sonia.
"Dengan keadaan mu yang sedang hamil besar ini, terus gimana kalau di tengah jalan terjadi apa-apa padamu?" Juna pun mulai terlihat lebih cerewet tidak seperti biasanya.
"Gak akan terjadi apa-apa karena HPL ku masih beberapa hari lagi," ujar Sonia.
"Kau begitu mengentengkan, mulai besok gak usah bekerja lagi, jangan egois jadi seorang Ibu jika tidak mau terjadi apa-apa terhadap anakmu," pesan Juna begitu menohok.
Sekilas Sonia langsung melotot ke arah pria yang sedang memberi pesan kurang enak di dengar itu di telinganya.
"Maksud kamu apa sih, aku sudah bilang kalau tidak akan terjadi apa-apa," bantah Sonia.
"Sudah jangan kebanyakan membantah sekarang masuk ke dalam mobilku," pinta pria itu sepihak.
"Enggak mau," tolak Sonia.
"Kau jangan keras kepala," ucap Juna lalu mulai membaringkan tubuh anaknya di jok depan.
Karena melihat ibu hamil yang masih bersikukuh tidak mau masuk ke mobilnya itu, akhirnya dengan terpaksa Juna mulai menggendong tubuh Sonia dengan paksa lalu mulai mendudukkan bokong wanita hamil itu ke jok belakang.
Saat ini jarak antara keduanya benar-benar sangat dekat bahkan Sonia bisa merasakan hangatnya nafas pria dihadapannya itu.
"Kau jangan bawel Sonia, kesehatan anak yang ada di kandunganmu itu begitu berharga, maka dari itu jangan egois jika tidak mau terjadi apa-apa," desis Juna.
"Tapi tanggung jawabku besar untuk kedua outlet ku Juna," tekan Sonia.
"Semuanya bisa di handle dari rumah Sonia, jadi kamu tidak perlu capek bolak balik ke tempat kerjamu," jelas Juna, lalu mulai keluar dari mobilnya dan mulai menutup pintu belakang dengan sedikit kencang, membuat Sonia semakin jengkel.
"Dasar pria aneh, kadang baik kadang juga kejam," gerutu Sonia.
"Sudah diem, jangan ngoceh," sahut suara itu yang membuat Sonia semakin melotot dibuatnya.
Saat ini pria itu mulai fokus dengan jalanan di depannya, Juna pun sesekali melihat raut wajah Sonia dari kaca spion dalam, entah kenapa wajah cantik Sonia itu membuatnya candu untuk terus mencuri-curi pandang terhadap wanita itu.
'Ah, ini tidak mungkin, aku tidak mau membiarkan ini terjadi, karena aku tidak ingin menyingkirkan hati Devina dengan wanita manapun,' batin Juna berkecamuk.
Tidak terasa mobil sudah mulai berhenti di depan rumah Sonia yang jauh dari kata mewah itu, meskipun rumah Sonia berlantai dua akan tetapi rumah ini masih jadul jauh dari kata modern, meskipun Sonia sudah biasa hidup mewah dari suaminya akan tetapi wanita itu bisa juga diajak hidup sederhana bahkan memulai usahanya dari usaha kecil-kecilan seperti kedua outlet miliknya itu.
'Ah, ini perempuan benar-benar mandiri dan apa adanya,' batin Juna ketika melihat Sonia yang tampil apa adanya seperti ini.
"Makasih ya, sudah dianterin," ucap Sonia sedikit membuyarkan pikirannya yang sedang memikirkan wanita di belakangnya itu.
Sonia segera turun dari mobilnya, sedangkan pikiran pria di dalam sana begitu berkecamuk, karena merasakan rasa yang begitu aneh yang sekarang tengah mengganggu pikirannya.
"Ah, aku tidak boleh seperti ini, aku harus tegas dengan perasaanku sendiri, kalau ini tidak boleh terjadi, Devina maafkan aku Sayang," ucap Juna yang merasa bersalah.
Juna langsung melajukan kembali mobilnya ke arah pulang, sesampainya di rumah pria itu tidak bisa tidur dengan nyenyak, pikirannya selalu terbayang wajah teduh Sonia yang sekarang mulai menghantui pikirannya, hingga pada akhirnya dia mencari data-data tentang Sonia Wijaya di dalam laptopnya.
Setalah mengecek semua data tidak ada celah semua tertulis begitu indah dan harmonis, bahkan kabar miring tentang Sonia kemarin semuanya sudah terhapus begitu rapi, mungkin hanya sebagian orang saja yang melihatnya akan tetapi Juna tidak menemukan kabar itu di dalam data yang tengah dia telusuri.
"Ah, begitu runyam aku tidak boleh tertarik dengan wanita yang notabennya masih istri orang," ucap Juna menyangkal mengenai keinginan hati yang sesungguhnya.
******
Malam pun semakin larut, tidur Sonia tiba-tiba terganggu dengan rasa mulas yang begitu menghantam perutnya berkali-kali, apa dia mulai mengalami pembukaan atau memang perkiraan dokter maju mengenai kelahiran calon buah hatinya.
Perempuan berusia 42 tahun itu begitu menahan rasa mulas yang tiba-tiba datang, bibirnya mulai meringis menahan rasa sakit yang tengah dia rasakan, jika dulu kelahiran anak pertamanya dia begitu diistimewakan berbeda dengan sekarang, dia harus melewatinya sendiri tanpa di dampingi oleh sang suami.
Sonia mencoba untuk melangkah menuruni anak tangga untuk memberi tahu kondisinya yang sekarang kepada kedua orang tuanya.
"Tok ... Tok ... Tok ....," mendengar ketukan pintu dari kamarnya Wanda segera membuka.
"Sayang, kau kenapa?" tanya Wanda ketika mengetahui wajah anaknya yang berubah menjadi pucat.
"Perutku tiba-tiba mulas Ma," ucap Sonia, lalu perempuan sepuh itu mulai membangunkan suaminya.
"Kau duduk dulu Nak di sofa, Mama mau membangunkan papamu dulu," ujar Wanda yang diangguki oleh Sonia.
Saat ini Wanda mulai membangunkan suaminya dan tidak lama kemudian Nehru mulai mengerjakan matanya.
"Ada apa Sayang?" tanya Nehru sambil mengucek matanya.
"Anak kita mengalami kontraksi Pa," ucap Wanda yang membuat Nehru terkejut.
"Hah! Kontraksi, apa benar Sayang?" tanya Nehru sepertinya pria sepuh ini begitu antusias untuk menyambut kelahiran cucunya yang kedua.
"Iya Pa," sahut Sonia sambil menahan rasa mulasnya.
"Sabar ya Nak, anakmu juga sedang berjuang di dalam sana," ujar Nehru.
Saat ini Nehru sudah mulai bersiap-siap untuk mengantar sang anak ke rumah sakit, beruntung mobil Sonia tadi sudah langsung diantar oleh anak buah Juna, dan tidak lama kemudian Sonia pun langsung masuk ke dalam mobil.
******
Di sepanjang jalan Sonia mulai merasakan rasa sakit yang sulit untuk diungkapkan akan tetapi wanita itu sekuat mungkin menahan rasa sakitnya, karena memang tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir.
'Ya Allah, kita berjuang sama-sama ya Nak,' batin Sonia.
Mobil mulai melaju membela jalanan yang tidak terlalu padat pengendara karena waktu sudah mulai menunjukkan pukul 2 pagi, namun yang membuat mereka bertiga khawatir tiba-tiba saja mobil yang sedang di tumpangi mogok begitu saja.
"Astaga! Kenapa bisa begini Pa jalannya?" tanya Wanda.
"Sepertinya ban mengalami kebocoran Ma," sahut Nehru.
Ketiga orang tersebut mulai dibuat panik, di saat keadaan yang begitu genting seperti ini, ada saja yang menjadi penghalangnya.
"Nak, yang sabar ya, biar papamu mencari bengkel di sekitaran sini," ujar Wanda.
Tidak usah Ma," tolak Sonia.
Tiba-tiba pikiran wanita itu tertuju kepada Juna, seorang pria yang tadi sempat menceramahi dirinya, tanpa aba-aba Sonia pun langsung menekan nomor pria itu.
Tut ... Tut .... Satu kali dua kali akhirnya Juna mulai mengangkat teleponnya karena memang pria itu baru saja tertidur dan terbangun gara-gara suara dering handphone.
"Siapa sih malam-malam menelpon berisik bangat," gerutu Juna, dan terkejut ketika melihat nama yang tertera di layar handphone nya.
"Hah! Sonia, ada apa wanita ini meneleponku," ucap Juna lalu mulai mengangkatnya.
"Juna, tolong ke sini, di jalan Merpati," pinta Sonia dengan nada yang menahan kesakitan.
"Kau kenapa Sonia?" tanya Juna.
"Aku sedang kontraksi dan mobil yang membawaku menuju ke rumah sakit bannya bocor," sahut Sonia yang membuat Juna langsung beranjak dari ranjangnya.
Bersambung ....
semangat thor...