NovelToon NovelToon
AFTER MARRIAGE

AFTER MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Selingkuh / Pengganti / Cerai
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.

Di culik?

Atau

Mimpi?


Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20_Keseriusan Rai

Ramon terbangun karena rasa haus. Dia menoleh ketempat milik Aya yang tak lain adalah disampingnya. Kini tempat itu kosong tanpa penghuni. Dia sempat terdiam, namun akhirnya Ramon memutuskan untuk pergi ke dapur untuk mengisi gelasnya yang kosong.

" Ramon?" Dia segera menoleh melihat Zahra yang berdiri tak jauh di sebelah kirinya. Ramon tetap melanjutkan langkahnya dan segera membuka lemari pendingin untuk mengambil minum.

Zahra ingin membuka suara kembali namun melihat Ramon yang tak membalas sapaannya membuat wanita itu mengurungkan niatnya. Zahra terlebih dulu meninggalkan Ramon, entah habis dari mana wanita itu tapi Ramon tidak memperdulikannya.

Setelah kembali dari dapur Ramon duduk di sisi ranjang, rasa kantuknya menghilang membuat matanya terjaga. Kakinya melangkah pelan berdiri menghadap jendela yang tak tertutup gorden. Tangannya menggenggam suatu benda lalu mengamatinya dengan lekat. 

Sebuah tespek yang bergaris merah dua. Dan itu milik Aya yang sempat dibuang kearahnya oleh Aya. Ramon menyimpan baik benda itu.

" Maaf," Hanya kata maaflah yang bisa Ramon rafalkan. Dia benar-benar merutuki dirinya sendiri karena telah mempermainkan Kanaya.

" Aku ingin semuanya segera berakhir. Agar kamu bebas dan bahagia." Ramon mengusap tespek itu lalu mengalihkan matanya pada foto pernikahan mereka yang masih menggantung di dinding kamar mereka.

Senyuman Aya masih terekam jelas dalam ingatannya. Tawa Aya masih terngiang di gendang telinganya dan kepolosan Aya masih menggelitik hatinya. Ya Ramon mengakuinya, dia merindukan Kanaya yang masih berstatus istrinya.

" Ku harap kau baik-baik saja, Azka akan selalu mengawasi mu di atas sana!" Usahanya berakhir sia-sia karena dia tidak bisa menemukan tempat Aya singgah. Bahkan Ramon sudah menyuruh bawahannya untuk mencari Aya ke New York tapi tetap saja tidak ada yang membuahkan hasil.

Aya seperti ditelan bumi. Wanita itu menghilang dalam sekejap dari genggamannya. Ditambah Zain dan Mian yang masih marah tidak lebih tepatnya kecewa padanya, mereka tidak lagi mampir ke kantornya atau sekedar menyapanya melalui telepon.

Kejadian ini terlalu cepat. Ramon tidak pernah mengira jika ini akan terjadi padanya. Kesalahan fatal kembali terulang dan Ramon benar-benar membenci dirinya sendiri karena tidak bisa berpikir dengan jernih sebelum bertindak.

" Dek, jangan merepotkan bunda, ya. Ayah tidak bisa berada di samping kalian." Ramon menatap pilu pada tespek itu. Merasa iba pada calon anaknya kelak. Dia mengesah panjang, lalu menyimpan benda itu pada tempatnya kembali. Kehilangan tentu saja Ramon rasakan. Meskipun ada Zahra dan Putri yang tinggal disana, Aya memiliki tempat yang khusus untuknya.

" Kau belum tidur?" Vallen ikut bergabung duduk di sisi ranjang milik Aya. Keduanya tengah menjaga Aya yang tiba-tiba demam dan mengigau tidak jelas.

Vallen yang memberitahu Rai tentang keadaan Aya membuat pria itu segera dan merawatnya seperti sekarang " Dia menolak untuk dibawa kerumah sakit."

Vallen meletakkan telapak tangannya pada kening Aya suhu tubuhnya mulai turun dan Vallen segera mengganti kompresan itu dengan yang baru " Aku sudah membaca beberapa artikel mengenai ibu hamil. Dan ini sering terjadi pada ibu hamil dengan usia kandungan yang masih muda."

" Dia belum makan apa-apa, aku tidak berani memberikannya obat meskipun itu resep dari dokter!" Rai sempat berkonsultasi dengan Dokter kepercayaannya. Dokter itu menyarankan Rai untuk mengubungi Dokter ahli kandungan yang dia rekomendasikan dan Rai. menurutinya. Rai memberitahu keluhan apa saja yang Aya rasakan, dokter itu tidak bisa ketempat Aya tentu saja karena mereka beda negara.

Rai belum menemukan dokter yang cocok untuk Aya. Selain itu dia mendengar kabar dari Mike jika saat ini Aya tengah di perhatikan oleh beberapa orang yang tidak di kenal. Rai tidak ingin mengambil resiko, diapun ikut memperketat penjagaan untuk Kanaya.

" Kau serius akan menikahi Aya?" Fokus Rai teralihkan pada Vallen yang tengah menunggu jawabannya. Rai masih menggenggam tangan Aya lalu mulai membuka suara " Tentu. Aku tidak pernah bermain-main dengan perkataanku."

" Apa kau akan menerima anak yang Aya kandung?"

" Kau takut aku akan menyingkirkannya?" Jawab Rai dengan sebuah pertanyaan. Vallen mengangkat bahunya Acuh lalu menatap pada Aya yang tengah memejamkan matanya " jangan pernah mengucapkan janji manis jika akhirnya kau tidak bisa menepati janjimu itu. Dia sudah terluka jangan lagi kau membuatnya terluka."

Rai tersenyum dia merasa bersyukur karena Aya bisa dipertemukan dengan sahabat seperti Vallen. Kedekatan mereka memanglah tidak perlu diragukan kembali " anak adalah anugerah yang tuhan titipkan pada kita. Banyak di luaran sana orang orang yang menanti kehadirannya. Lalu apa alasanku untuk menyingkirkannya?"

" Mana aku tahu? Hanya kau yang tahu jawabannya." Sahut Vallen tak lepas dari wajah Aya.

" Aku akan menerimanya."

" Kau serius?"  Kali ini Vallen bergeming dari tempatnya. Dia menatap tidak percaya pada Rai " Lalu bagaimana dengan orang tuamu?"

" Aku sudah menceritakan semuanya. Mereka ikut senang karena akhirnya Aya akan menjadi menantu mereka. Begitupun dengan anak yang Aya kandung saat ini, mereka ikut menanti kelahirannya." Penuturan Rai membuat Vallen bengong di tempatnya. Dia masih berusaha untuk menyaring setiap perkataan yang keluar dari mulut Rai.

" Daddy dan Mommy mu menerima calon anak Aya?" Rai mengangguk disertai senyuman tipis  " mereka tidak memandang dari satu sudut pandang saja. Aku menjelaskan semuanya dan mereka ikut memandang dari sudut lainnya. Aya hanya korban dalam kasus ini. Dia tidak bersalah bahkan dia tidak pantas menderita seperti saat ini."

" Aku masih penasaran siapa pria yang berani mempermainkan hidup Aya seperti ini? Kenapa dia merusak masa depan Aya?" Vallen merasa kasihan pada sahabatnya itu. Dia benar benar tidak habis pikir dengan pria yang membuang istrinya disaat wanita itu mengandung buah hati mereka.

" Aku masih menyelidikinya. Cepat atau lambat aku akan segera menemukannya dan membuat perhitungan padanya." Raut wajah Rai berubah dengan rahang yang mengetat. Vallen dapat melihatnya, Rai dikuasai oleh amarah saat ini.

" Aku setuju denganmu." Darren menganggukkan kepala menyetujui usul dari temannya itu " Lalu bagaimana dengan Ramon?" Sambungnya kembali.

" Semuanya berada di tangannya. Mempertahankan atau melepaskan!"

" Tapi Azka, Rai sudah maju satu langkah dari Ramon, dan itu tandanya hubungan mereka akan segera berakhir."

" Kau yakin?" Azka menoleh pada Darren yang tengah menatap kearahnya " wah aku tidak menyangka jika dia bertindak sejauh ini. Dia benar-benar tidak perlu diragukan lagi."

" Jangan melenceng. Tetap pada rencana awal!" Baik Darren maupun Azka kedua pria itu segera menoleh saat seseorang ikut bergabung bersama mereka " Cepat akhiri semuanya. Aku sudah muak melihat Aya menderita seperti ini. Aku takut jika sesuatu akan terjadi padanya."

" Akan segera ku urus. Kau tenang saja. Kali ini akan benar-benar berakhir!" Ucap Azka setelah menenggak wine nya dalam sekali tegukan. Ketiga pria itu kembali terlibat dalam sebuah obrolan, entah apa yang mereka perbincangkan tapi terlihat serius.

Matahari menyapa pagi dengan sisa embun yang menguap ke udara. Wanita itu mulai membuka matanya dengan bibir yang kering dan pecah pecah. Sentuhan hangat dari cahaya matahari membuatnya merasa nyaman dengan sentuhan itu. Aya ingin bangkit dari tidurnya, namun tertahan saat mendapati sebuah tangan yang menggenggamnya.

Rai menemaninya sampai pria itu ikut tidur dengan posisi duduk di lantai. Tanganya menggenggam erat tangan Aya. Aya berusaha untuk bangun sepelan mungkin agar tidak mengganggu Rai. Pria itu terlihat damai dengan mata yang terpejam.

" Apa kau kecewa karena bukan Ayahmu yang berada disini?" Tanyanya berbisik pada calon anaknya " kita harus terbiasa karena dia sudah membuang kita."

" Akhh!" Aya merasakan rasa sakit yang hebat pada kepalanya secara tiba-tiba. Bahkan Aya menjambak rambutnya sendiri guna untuk mengurangi rasa sakit itu.

Setelah merasakan rasa sakit yang hebat itu, Aya menggelengkan kepalanya dengan kuat. Matanya terbuka dengan perlahan menunjukkan iris mata yang berbeda dari sebelumnya.  Salah satu sudut bibirnya tertarik kearah berlawanan, kepalanya kembali menoleh pada Rai yang masih tertidur di sisi ranjangnya.

" Selamat datang kembali Naraya!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!