Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Merahasiakan Hubungan Ibu Dan Anak
Tiba tiba Suryani teringat foto yang diberikan oleh Sipir penjara yang sangat baik pada dirinya.
Foto yang diberikan Sipir penjara mirip dengan foto yang ditunjukkan oleh Dila.
"Bik aku doakan anak Bibik sehat dan kelak kalian akan bertemu lagi, "
"Aamiin, Non,"angguk Suryani masih dengan dada berdebar, ia yakin itu fotonya Adinya.
"Bik sebenarnya aku dan Mas Adi belu mau menikah. Masih sama sama ingin tiga tahun lagi, tapi Papa mendesak supaya kami segera menikah,. calon suamiku juga sudah lama tak bertemu dengan ibunya, dia ingin mencari ibunya dulu sebenarnya,"
Dug.
Ada pukulan di dada Suryani. Dadanya berdebar. Spontan ia mendongak dan menatap foto calon suami nona majikannya, kebetulan Dila masih menatap foto calon suaminya.
Foto itu mirip fotonya Adi yang diberikan Sipir penjara. Apakah Adi calon suami Non Dila memang Adikku?
Suryani semakin yakin kemiripan foto calon suami Non majikannya dengan foto Adinya yang kini dia simpan di kamarnya. Apalagi pengakuan Adi pada Sipir penjara ia menekuni profesi sebagai pelaut.
Apakah ...
Apakah memang suatu kebetulan yang harus terjadi. Jika memang benar dia tahu apa yang harus dilakukan. Walau rindunya sudah melebihi gunung tertinggi di dunia, dia terpaksa harus menahannya. Sebisa mungkin tak boleh menampakkan diri di depan Adi.
Biarlah rindunya dua tahan. Biarlah dia tahan. Tak mengapa karena jika mereka bertemu saat ini, itu sangat tidak baik.bagi Adi. Tidak, aku tak ingin merusak rencana mulia Adi denhan calon istrinya.
Oh Suryani tak berani membayangkan jika memang Adinya masuk ke dalam lingkaran yang akan mempertemukannya dengan Tuan muda Yanuar.
"Semoga saja Adi juga bisa bertemu dengan ibunya, Bik, kasihan, kan sudah dua puluh tahun ibunya nggak ditemuinya," suara Dila sangat penuh keprihatinan terhadap kondisi orang tua calon suaminya
"Memangnya ibunya kemana, Non.?" Memberanikan diri Suryani bertanya.
"Ada kisah sedih katanya dulu terjadi, makanya ibunya pergi, dan mereka terpaksa berpisah"
"Kisah sedih, Non?" Suryani semakin berdebar.
"Ya, Bik,"
"Oh kasihan," ujar Suryani tanpa sadar.
"Ya kasihan banget, Bik," angguk Adi.
"Ayahnya, Non?"
Dila masih menatap foto Adi di layar hapenya.
Suryani melirik foto yang telah membuatnya semakin ingin berlama lama memperhatikan foto itu. Ingin lebih meyakinkan lebih dalam lagi benarkah foto Adinya non majikannya sama persis dengan foto Adinya yang diberikan Sipir penjara?
"Bapaknya Mas Adi meninggal selagi Mas Adi dalam kandungan ibunya, terus ibunya nggak kawin lagi."
"Ibunya menjanda, Non?"
"Ya"
"Kerja kalau begitu ibunya,Non"
Dila menatap Suryani.
"Bik,"
"Ya, Non,"
"Saya baru kenal Bibik tapi langsung suka dan percaya Bibik orang baik," dan Dila juga heran kok bisa begitu saja menceritakan tentang keluarga calon suaminya pada asisten rumah tangga keluarganya.
Suryani tercengang menatap Dila
"Ya ibunya Mas Adi bekerja,"
"Dimana, Non?" Kejar Suryani.
Dila menatap Suryani.
"Maaf, Non saya lancang," ujar Suryani khawatir non majikannya marah.
"Nggak apa, Bik," ujar gadis itu.
"Mas Adi sangat jujur padaku untuk menceritakan masa kecilnya bersama ibunya dulu, Bik, kata Mas Adi ibunya dulu bekerja di pabrik tekstil, tapi berhenti, dan ... "
"Kenapa, Non,"
"Nggak apa apa, Bik,"
"Ya akulah perempuan yang bekerja di pabrik tekstil itu Non " seru Suryani dalam hati. Sungguh cerita itu adalah cerita dirinya. Lalu apakah Adi juga bercerita tentang kisah di rumah Tuan Sunyoto almarhum?
Kok ceritanya mirip dengan cerita dirinya di masa lalu bersama Adi. Benarkah Adi calon suami Non Dilanya itu Adinya?
"Non,"
"Ya, Bik,"
"Calon suami Non ganteng, ya," sengaja Suryani berkata demikian supaya gadis itu menunjukkan kembali foto yang ingin dipastikannya betulkah raut mukanya mirip dengan foto Adinya yang diberikan Sipir penjara.
"Ini yang lebih jelas, Bik," lalu Dila memilih foto Adi yang mengenakan seragam kelautannya."Ini, Bik,"
Bergemuruh dada Suryani saat melihat foto calon suami Dila yang berseragam yang sama persis dengan foto Adinya yang didapatnya dari Sipir penjara.
"Ya Allah itu Adiku ...!!" Batin Suryani dengan mata terbelalak memelototi foto Adi calon suami Dila yang ternyata memang anaknya.
"Ya Allah sungguh Maha Besar kasihMu ya Allah aku telah tahu posisi anakku. Adi calon suami anak majikan hamba."
Tiba tiba rasa cemas yang dalam singgah di dadanya Berarti akan menjadi saudara dengan Yanuar. Rasa bahagia karena tahu posisi anaknya, tiba tiba menjadi bagai sebuah benda menghantam dadanya saat ingat jika Yanuar. Mantan Tuan mudanya dulu mengancam Adi.
"Bik kok kaget gitu, sih." Dila merasa heran melihat reaksi Bibik pembantunya saat melihat foto Adi calon suaminya itu, begitu menunjukkan keterkejutannya.
"Saya hanya begitu suka melihat anak muda berseragam, Non,"
"Ini seragam kelautan, Bik,"
"Ya, Non,"
"Nanti aku akan kenalkan Bibik pada dia, ya," ujar Dila tentu saja tak curiga, bahkan tak akan menyangka jika perempuan di depannya itu adalah ibu dari calon suaminya. Perempuan yang sedang dicari dan dirindukan calon suaminya.
"Ah Non ada ada saja," ujar Suryani yang memilih lebih baik tak ada yang tahu jika antara dirinya dengan Adi ada hubungan ibu dan anak, karena ada Yanuar yang dikhawatirkan bisa mengingat raut muka anaknya itu dan juga raut mukanya dirinya.
"Nggak mau kenal suamiku nanti, Bik"
"Ah Bibik malu, Non," ujar Suryani pura pura. Baginya biar saja Adi jangan bertemu dengannya, karena khawatir terbongkar masa lalunya di rumah Tuan Sunyoto dulu.
Otomatis akan menarik perhatian majikannnya jika nanti ketahuan Adi adalah anaknya.
Bahkan bisa saja perkawinan itu digagalkan oleh majikannya. Mana ada yang sudi bermenantukan Adi jika tahu itu anaknya?
Terlebih lagi jika sampai Yanuar tahu. Pasti urusannya semakin runyam. Bisa saja mantan Tuan mudanya itu membalas dendam pada Adi yang dulu dicurigainya secara bersama sama menghabisi sang ayah.
Setelah berada di kamarnya Suryani mengambil foto Adi yang dicetak oleh Sipir penjara dari rekaman cctv itu.
"Ya Allah, Nak, betapa sekarang kamu akan menghadapi hari pernikahanmu. Semoga bahagia. Dan Ibu tak mau mengakuimu sebagai anak di depan semua orang. Ibu tak akan merusak hari bahagiaku,"
Air mata bahagia Suryani berlinang. Jika saja tak takut perkawinan anaknya digagalkan, ingin rasanya ia memeluk anak yang sangat dirindukannya.
Melepas rindu berkepanjangan yang selalu berusaha ditahan di dada. Tapi semua itu khawatir mengganggu hubungan Adi dengan calon istrinya. Khawatir Nyonya dan Tuan majikannya menggagalkan pernikahan Adi dengan putrinya, karena hanya anak seorang pembantu.
Bos perusahaan tak layak menikahkan putrinya dengan anak pembantunya. Hal itu hanya akan mencoreng muka keluarga kaya terhormat itu.
Terlebih lagi dikhawatirkan Tuan muda anak tuan Sunyoto yang terbunuh akan melampiaskan dendam lamanya pada Adi.
"Ya Allah lindungi anak hamba. Biarkan anak hamba menemukan bahagianya bersama gadis yang ramah dan lembut itu,"
Suryani menyimpan kembali foto Adi di dalam tasnya.
"Hamba rela tak dikenali Adi anak hamba ya Allah, ini semua demi kebahagiaan dan keselamatan dirinya,"
Suryani menghapus air matanya.
"Maafkan ibumu, Nak, terpaksa bersembunyi dari dirimu,"