Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
“Aku ingin kau menikahkan kami.”
Farouk terdiam, ia menatap Ardian dan Zoya bergantian. Lelaki tua itu bisa melihat konflik antara keduanya, tetapi jika ditanya tentang keseriusan Ardian, memang tidak main-main dengan ucapannya.
Farouk meminta keduanya untuk duduk di kursi yang sudah disediakan, kabar pernikahan itu pun menghebohkan penduduk zarqam, yang berbondong ingin menyaksikan.
Ardian, tidak melepaskan genggamannya, dia tidak akan melepaskan sebelum ijab kabul berlangsung. Zoya, merasa keberatan atas putusan Ardian yang sepihak, bahkan lelaki itu tidak menyiapkan mahar.
“Letnan Ardian, apa kau sungguh-sungguh dengan niatmu?”
“Ya,” jawab Ardian cepat.
“Tidak ada paksaan?” tanya Farouk setelah melirik Zoya. Farouk merasa Zoya, tidak senang akan hal ini.
“Tidak,” tegas Ardian sebelum Zoya bicara.
“Ardian, kamu tidak bisa seperti ini. Maaf, Zaeem pernikahan ini tidak bisa dilakukan kecuali ayah saya yang menjadi wali.”
“Pernikahan bisa dilaksanakan dengan wali hakim. Karena ayahmu tidak ada di sini dan jauh dari Qodroh, dan aku menunjuk Zaeem untuk menjadi wali nikahmu.”
Pernikahan masih tetap bisa dilakukan dengan beberapa syarat. Dan salah satunya wali hakim ketika disaat genting, saat wali nikah wanita tidak dapat hadir karena alasan tempat tinggal yang jauh.
Akan tetapi, Zoya tidak menginginkannya karena bagaimanapun dia masih punya ayah, dan dia ingin Omar menjadi walinya. Walau, hubungannya dengan sang ayah sedang tidak baik.
“Dr. Zoya,” panggil Farouk, Zoya pun menoleh. “Tidak perlu khawatir, kalian di sini untuk menikah secara syariat dan saya sebagai wali nikahnya. Namun, setelah kalian kembali ke tanah air, kalian bisa melakukan ulang pernikahan ini dengan wali nasab yang sah yaitu ayah kalian. Dan kalian menikah secara resmi yang diakui negara dan agama,” jelas Farouk.
Ardian mengangguk, itulah maksudnya.
Setelah menikah ia akan kembali ke Indonesia memberitahukan kedua orang tuanya, tentang pernikahannya. Dengan begitu Ardian bisa mencegah pernikahannya dengan Lusi.
“Bagaimana dr. Zoya, apa kamu siap?”
Zoya hanya diam.
“Lakukan saja Zaeem,” ujar Ardian.
“Sebentar, kita perlu dua saksi apa kau membawa saksi atau sudah menunjuknya?” tanya Zaeem Farouk, Ardian tertegun. Ia tidak memikirkan hal itu.
“KAMI BERSEDIA!”
Suara itu mengalihkan pandangan mereka, Ardian dan Zoya menoleh ke arah pintu di mana sekumpulan penduduk berkumpul. Namun, tiba-tiba Miko dan Liodra muncul dari balik kerumunan itu dan mereka siap menjadi saksi.
“Kami teman dekatnya, dan kami akan menjadi saksi,” ujar Miko yang melangkah ke arah Ardian, lalu duduk di sampingnya.
Ardian terpana, yang menatapnya dengan penuh bahagia. Miko tersenyum, sambil menyipitkan sebelah matanya ke arah Ardian. Sedangkan Liodra, wanita itu juga sudah duduk di samping Zoya. Dia tersenyum, sambil mengelus lembut punggung tangan Zoya, seolah mengingatkan bahwa semuanya akan berjalan dengan baik-baik saja, dan itu bukti dukungannya.
“Baiklah, saksi sudah ada tapi … apa kau sudah menyiapkan maharnya?” tanya Farouk, Ardian lagi-lagi terdiam.
Semua orang memandang Ardian yang kebingungan. Ia lupa membawa syarat itu, tidak ada berlian, cincin emas, atau barang berharga yang bisa Ardian jadikan maharnya. Namun, tanpa berpikir panjang Ardian, membuka arloji di tangannya, yang ia serahkan kepada Farouk.
“Aku tidak punya apa-apa, tapi … aku punya jam tangan ini yang akan ku jadikan mahar,” ucap Ardian membuka jam tangan kulitnya.
“Jangan meminta emas berlian untuk saat ini, tapi aku akan memberikannya nanti,” katanya yang melirik Zoya.
“Baiklah, semua syarat sudah lengkap dan jika kalian sudah siap ijab kabul kita mulai saja.”
Lemas sudah tubuh Zoya, telapak kakinya merasa tidak menapak tanah. Semua masih terasa mimpi, tapi setelah seruan SAH dari semua orang, dan doa tulus dari mereka meyakinkan Zoya, jika semua ini nyata. Dia benar-benar sudah menikah dengan Ardian.
“Letnan Ardian, dan dr. Zoya sekarang kalian sudah menjadi suami istri.”
“Yeay!” sorak riuh mereka semua. Mereka terlihat bahagia tapi tidak dengan Zoya, yang bingung harus mengekspresikannya seperti apa.
Zoya, beranjak pergi sebelum Ardian mengikatkan jam tangannya.
“Zoya!” panggil Liodra, tetapi langkahnya yang hendak pergi di tahan Miko. Liodra kembali duduk, dan Ardian pergi mengejar wanita yang baru saja sah menjadi istrinya.
Ardian, mencari Zoya di sekeliling Zarqam, akhirnya Ardian menemukan Zoya, di ujung tebing dekat jurang tempat terakhirnya Ardian mengutarakan perasaannya.
Ardian berjalan pelan ke arah Zoya.
“Mulai sekarang kamu harus pergi seizinku, jika kamu ingin pergi ke tempat ini kita bisa pergi bersama,” katanya yang berdiri di samping Zoya.
Zoya hanya diam, bahkan wajahnya sengaja yang berpaling dari Ardian. Ardian, hanya tersenyum saat meliriknya, ia tahu ini mendadak dan Zoya pasti terkejut.
“Maaf, jika aku belum bisa memberikan mahar yang indah dan pantas. Setelah kita kembali ke Indonesia, aku akan menggantinya,” katanya yang memakaikan jam tangan itu ke tangan Zoya.
Zoya hanya diam memandang pergelangan tangannya. Dia tidak mempermasalahkan tentang mahar, baginya mahar tidaklah penting yang penting adalah ketulusannya.
Akan tetapi yang sedang dipikirkannya adalah bagaimana kehidupannya setelah ini. Bagaimana cara ia memberitahukan semua orang apalagi disaat kabar Ardian dan Lusi akan menikah sudah tersebar. Bagaimana dengan Lusi nanti. Dan bagaimana dengan pandangan orang-orang padanya.
“Kamu benar-benar ceroboh, kamu benar-benar egois,” ucap Zoya setelah lama diam.
“Kamu pikir setelah hari ini semua akan baik-baik saja? Kamu pikir setelah menikah denganku penderitaanku selesai? Apa kamu yakin dirimu, aku juga Zayden dan Zayda akan baik-baik saja.”
Ardian, terdiam.
“Apa kamu takut tentang jabatanku?” tanya Ardian. “Aku tidak peduli lagi jika pada akhirnya jabatanku harus dipertaruhkan, mungkin aku akan dipecat, diusir dari keluarga atau dikecam seluruh dunia,” katanya lalu melirik Zoya.
“Jangan khawatirkan semua itu, biarlah Tuhan yang mengaturnya. Aku yakin Tuhan memberikan jalan terbaik. Tapi … jika ada yang mengusik Zayden dan Zayda, maka aku tidak akan diam,” ucap Ardian pelan tapi penuh ketegasan.
Zoya hanya diam, dia tidak dapat mengatakan apapun. Tubuhnya semakin terpaku kala Ardian, mendekatkan wajahnya. Tubuh Ardian yang tinggi menunduk sedikit, netranya menatap intens sang istri yang langsung mengecup bibir lembut yang pernah dicurinya 8 tahun lalu.
Zoya, terbelalak seketika, matanya membulat tanpa berkedip. Rasa aneh pada bibirnya mengingatkan pada malam itu, yang mungkin sudah lupa bagaimana rasanya. Namun, semakin dalam sentuhan itu, membawanya hanyut dan tenggelam akan masa lalu.
Tangan Ardian, semakin kuat mendorong punggung Zoya agar mendekat. Sentuhan yang semakin dalam, membuat Zoya memejamkan matanya.
Pada akhirnya ciuman pertama setelah pernikahan menambah kesan, suasana baru di kehidupan mereka.
****
...'Tidak ada kehidupan yang mulus, tanpa rintangan. Tetaplah melihat masa depan tanpa menoleh masa lalu yang menyakitkan' ~ Ardian ~...
berharap banyak part 🙏
smoga karmax kna ankx dokter goblok titisan iblis tu, bkin hidupx hancuuuurrrrr
hanya pentetang petenteng bangga dgn pangkat tp klakuan ky binatang.
smoga adrian tdk mo nikahi dokter ja***ng tu, yg sifatx g beda dgn bp nya ky binatang.
plagi laki" tua ortux adrian smoga cpt mati sj kna karma ulahx yg egois n smoga si kembar g mo akui sbgai kakekx lg biar tobat bkin hidup dua org laki" tua ni sengsara n dokter ja***ng yg sok berkuasa tu jg bkin pecat dr RS t4 krjax thooorrrr....