Namanya Wang Chen. Dia adalah seorang pemuda bodoh yang bahkan dianggap gila oleh para murid Perguruan Tangan Sakti.
Hanya Souw Liancu yang tidak melihat seperti itu. Souw Liancu merasa Wang Chen selalu melindunginya dan kekuatan Wang Chen tidak ada bandingannya.
Wang Chen bisa bertindak di luar nalar saat dibutuhkan, dan bisa muncul jadi sosok tangguh saat dibutuhkan. Souw Liancu tahu kalau Wang Chen memiliki latar belakang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorious, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9 Sosok itu Lagi
Mereka berjalan melewati jalan setapak yang menuruni lereng gunung. Udara pagi sangat segar, burung-burung berkicau di pepohonan, dan matahari yang hangat membuat perjalanan terasa menyenangkan.
Souw Liancu berjalan di tengah, dilindungi oleh ketiga murid senior. Wang Chen berjalan paling belakang, tas kecil masih tergantung di punggungnya, wajahnya datar dan tidak menunjukkan ekspresi apa-apa.
Sepanjang perjalanan, Souw Liancu sesekali menoleh ke belakang untuk melihat Wang Chen.
Pemuda itu hanya berjalan dengan langkah yang tenang, matanya menatap ke depan tanpa fokus. Tetapi entah kenapa, keberadaannya membuat Souw Liancu merasa lebih tenang.
Mereka sudah berjalan sekitar lima kilometer, sudah setengah perjalanan, ketika tiba-tiba Zhao Ming yang berjalan paling depan mengangkat tangannya, memberi tanda untuk berhenti.
"Ada yang tidak beres," bisiknya dengan wajah waspada.
Semua orang langsung waspada. Chen Wei dan Liu Yang langsung mengambil posisi melindungi Souw Liancu dari kiri dan kanan. Mata mereka menyapu sekeliling, mencari tanda-tanda bahaya.
Jalan di depan mereka sepi. Terlalu sepi. Burung-burung yang tadi berkicau tiba-tiba diam. Tidak ada suara apa-apa kecuali hembusan angin.
Kemudian, dari balik pepohonan di kiri dan kanan jalan, muncul tujuh sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan gerakan yang sangat terlatih, mengepung rombongan Souw Liancu dari segala arah. Wajah mereka tertutup kain hitam, hanya mata mereka yang terlihat, memancarkan tatapan dingin dan mematikan.
"Pembunuh bayaran!" teriak Zhao Ming sambil menarik pedangnya.
Souw Liancu merasakan darahnya membeku. Ini sama seperti kejadian satu bulan lalu ketika ia pertama kali dalam perjalanan menuju perguruan. Musuh-musuh ayahnya memang tidak akan pernah menyerah.
Salah satu dari ketujuh pembunuh itu melangkah maju. "Serahkan Souw Liancu, dan kami akan membiarkan kalian yang lain hidup."
"Jangan harap!" bentak Zhao Ming. "Kami murid Perguruan Tangan Sakti tidak akan pernah menyerahkan sesama murid kepada musuh!"
Pembunuh itu tertawa dingin. "Perguruan Tangan Sakti? Kalian pikir nama perguruan kalian bisa menakut-nakuti kami? Kami dari Menara Pembunuh, kami tidak takut siapa-siapa. Dan kalian semua hanya murid-murid lemah yang bahkan belum mencapai tahap pembentukan pondasi."
Wajah Zhao Ming berubah pucat. Menara Pembunuh adalah organisasi pembunuh bayaran yang sangat terkenal dan ditakuti di seluruh negeri. Mereka hanya menerima kontrak pembunuhan yang bayarannya sangat tinggi, dan mereka tidak pernah gagal dalam misi mereka.
"Serang!" perintah pemimpin pembunuh itu.
Ketujuh pembunuh itu langsung menyerang dengan kecepatan luar biasa. Aura kultivasi mereka meledak, dan Souw Liancu merasakan tekanan yang sangat berat. Mereka semua sudah berada di tahap pembentukan pondasi, tingkat kultivasi yang jauh di atas para murid senior yang melindunginya.
Pertarungan pecah dengan sengit. Zhao Ming, Chen Wei, dan Liu Yang berusaha sekuat tenaga melindungi Souw Liancu, tetapi perbedaan kekuatan terlalu besar.
Dalam kultivasi, perbedaan satu tahap besar sangat signifikan. Seseorang di tahap pembentukan pondasi level satu bisa dengan mudah mengalahkan sepuluh orang di tahap pemurnian tubuh level sepuluh.
Chen Wei adalah yang pertama terjatuh. Seorang pembunuh memukulnya di dada dengan kekuatan yang mengerikan, membuat pemuda itu terpental dan jatuh tidak sadarkan diri. Liu Yang menyusul tidak lama kemudian, dipukul di bagian belakang kepalanya hingga pingsan.
Zhao Ming bertahan lebih lama, tetapi akhirnya ia juga dikalahkan. Tiga pembunuh menyerangnya sekaligus, dan meskipun ia bertempur dengan gagah berani, akhirnya ia juga jatuh pingsan dengan luka-luka di berbagai bagian tubuhnya.
Souw Liancu berdiri sendirian sekarang, dikelilingi oleh tujuh pembunuh yang menatapnya dengan tatapan dingin. Ia mencoba mencari Wang Chen, tetapi pemuda itu tidak terlihat di manapun. 'Kemana dia pergi?'
"Cukup bermain-main," kata pemimpin pembunuh itu sambil melangkah maju. "Sekarang saatnya mengakhiri ini."
Souw Liancu mundur selangkah, tangannya gemetar. Ia tahu ia tidak mungkin bisa melawan mereka semua.
Tingkat kultivasinya terlalu jauh di bawah mereka. Tetapi ia tidak akan menyerah tanpa melawan. Ia mengumpulkan semua energi spiritualnya, bersiap untuk melancarkan serangan terakhir meskipun ia tahu itu sia-sia.
Pemimpin pembunuh itu mengangkat tangannya, siap memberikan pukulan mematikan. Souw Liancu menutup matanya, menerima nasibnya.
Tetapi pukulan itu tidak pernah datang.
Sebaliknya, terdengar suara benturan keras dan erangan kesakitan.
Souw Liancu membuka matanya dan melihat pemimpin pembunuh itu terpental beberapa meter ke belakang, membentur pohon dengan keras.
Di depannya berdiri sosok yang tinggi dan tegap. Berambut agak panjang yang bergoyang tertiup angin. Punggungnya yang lebar menghalangi pandangan Souw Liancu, sehingga ia tidak bisa melihat wajahnya.
Tetapi ia mengenali postur tubuh itu. Postur yang sama dengan yang ia lihat saat pertama kali diselamatkan di perjalanan menuju perguruan. Postur yang sama dengan yang ia lihat berkali-kali belakangan ini.
"Wang Chen?" bisiknya dengan tidak percaya.
Sosok itu tidak menjawab. Ia hanya berdiri di sana dengan tenang, tetapi aura yang memancar darinya sangat kuat, bahkan membuat ketujuh pembunuh itu mundur beberapa langkah dengan wajah waspada.
"Siapa kau?" bentak salah seorang pembunuh.
Sosok itu masih tidak menjawab. Kemudian, dengan gerakan yang sangat cepat, hampir tidak terlihat oleh mata, ia menyerang.
Apa yang terjadi selanjutnya adalah pertarungan yang paling menakjubkan yang pernah dilihat Souw Liancu. Sosok itu bergerak seperti bayangan, begitu cepat hingga ketujuh pembunuh itu bahkan tidak bisa mengikuti gerakannya. Setiap pukulannya, setiap tendangannya, mendarat dengan presisi yang sempurna.
Yang lebih menakjubkan lagi, setiap kali pukulannya mendarat, terdengar suara retak yang mengerikan. Bukan suara tulang yang patah, tetapi suara yang lebih dalam, suara dari dalam tubuh korbannya.
Seorang pembunuh berteriak kesakitan, memegang perutnya. "Dantianku! Dantianku hancur!"
Pemimpin pembunuh menatap dengan horor. "Dia menghancurkan kultivasi kita!"
Mereka semua mencoba melarikan diri, tetapi sudah terlambat. Sosok itu bergerak lebih cepat dari mereka. Satu per satu, ketujuh pembunuh itu dipukul di titik-titik vital yang menghancurkan dantian mereka, pusat kultivasi di tubuh mereka. Tanpa dantian yang utuh, seorang kultivator akan kehilangan semua kekuatannya dan menjadi orang biasa.
Dalam waktu kurang dari dua menit, ketujuh pembunuh dari Menara Pembunuh itu sudah jatuh ke tanah, mengerang kesakitan sambil memegang perut mereka di mana dantian berada. Kultivasi yang telah mereka bangun selama puluhan tahun hancur dalam sekejap.
Sosok penyelamat itu berdiri di tengah-tengah ketujuh pembunuh yang sudah tidak berdaya itu. Napasnya bahkan tidak terengah-engah, seolah pertarungan tadi hanya pemanasan ringan baginya.
Souw Liancu menatapnya dengan mata terbelalak. "Wang Chen... itu kamu kan?"
Sosok itu tidak menjawab. Ia bahkan tidak menoleh ke arah Souw Liancu. Pemimpin pembunuh yang masih bisa berbicara menatap sosok itu dengan tatapan penuh ketakutan dan kebencian.
"Siapa kau sebenarnya? Tidak mungkin ada orang sekuat ini yang tidak terkenal di dunia persilatan!"
Sosok itu tetap diam. Kemudian, dengan gerakan yang sangat cepat, ia melompat tinggi. Sangat tinggi. Hampir sepuluh meter ke udara.
Souw Liancu menatap dengan kagum. Itu adalah teknik ringan tubuh tingkat sangat tinggi, mungkin sudah mencapai tahap jiwa baru lahir atau bahkan jauh lebih tinggi lagi.
Dan saat sosok itu melayang di udara, ia tiba-tiba berteriak-teriak. Bukan teriakan perang atau teriakan kemenangan, tetapi teriakan yang tidak jelas, seperti berteriak kepada sesuatu atau seseorang di langit.
"Tunggu aku! Jangan lari! Kembalikan itu kepadaku!" teriaknya dengan suara yang bergema di seluruh area.
Kemudian ia menghilang, berlari dengan kecepatan luar biasa ke arah hutan, masih sambil berteriak-teriak tidak jelas.
Souw Liancu berdiri terpaku di tempatnya, mulutnya terbuka lebar. "Wang Chen! Tunggu! Terima kasih telah menyelamatkanku!"