"Tapi Kek, aku tak mengenalnya. Dan dia pria kota, mana cocok denganku yang hanya seorang gadis desa."
"Kamu hanya belum mengenalnya, dia anak yang baik. Jika Kakek tiada, kamu tak sendiri di dunia ini. Jadi Kakek mohon, kamu harus mau di jodohkan dengannya."
Aruna hanya diam, dia tak bisa membantah permintaan sang Kakek. Sedari kecil dia dirawat oleh Kakek Neneknya, karena orang tuanya mengalami kecelakaan dan tewas ketika dia berusia 5 tahun. Sejak saat itu hidup didesa, dan membantu Kakek Neneknya bertani diladang adalah kehidupan bagi Aruna.
Tapi ksetelah kepergian Nenek satu bulan lalu, jujur membuatnya kesepian walaupun ada Kakek juga asisten rumah tangga yang sedari dulu sudah bekerja di tempat sang Kakek.
Waktu pernikahan tiba, dua orang asing menikah tanpa ada rasanya cinta dihati mereka. Pria itu anehnya juga tak menolak perintah dari Kakeknya, setuju dan menjalani perjodohan yang sangat mendadak.
"Kita sudah menikah, tapi ada batasan antara aku dan kamu. Dan akan aku je
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SecretThv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sangat Mempercayainya
"Dia membawa gadis kerumahnya?" tanya Elen pada pria di sisinya.
"Iya, kamu tau gadis itu bahkan masih sangat belia. Usianya 18 tahun, apa Sagara tak memberitahumu tentang dia?" tanyanya.
"Tidak, bahkan tak membicarakannya sama sekali. Pantas saja waktu untukku tidak ada, apa demi bocah itu." Kesal Elen.
"Sudah biarkan saja, kita nikmati saja waktu kita berdua ini. Aku tak suka berbagi dengan sahabatku, tapi mau bagaimana lagi, aku ingin melihatnya hancur." Menarik pinggul Elen, dan mereka bercumbu mesra menghabiskan waktu bersama disebuah tempat.
.......*****......
Dilain tempat Sagara sedang telfon dengan sang Kakek, beliau menanyakan kabar cucu menantunya yang tak lain adalah Aruna. Kini gadis itu bagai prioritasnya, Sagara menyadari jika Kakek begitu sayang pada Aruna bahkan sebelum menjadi cucu menantunya.
"Dia sedang sibuk mempersiapkan hal-hal untuk keperluan kuliahnya, jadi mungkin belum sempat untuk mengabari Kakek ataupun Kakeknya. Karena dia juga cukup sibuk bekerja juga," jelas Sagara.
"Bekerja? Kamu membiarkan istrimu bekerja?" tanya Tuan Abimana merasa tak percaya.
"Bu-bukan begitu Kek, dia memang sudah bekerja sebelum menikah. Dia penulis buku, jadi aku tak bisa melarangnya. Mungkin demi mengisi waktu, atau memang itu keahliannya."
"Kakek kira dia bekerja apa, baguslah menulis itu juga sebuah therapy diri. Kapan-kapan Kakek akan berkunjung, karena ada pertemuan penting. Ayah dan Ibumu juga akan kembali, karena ada urusan di sini." Jelas Tuan Abimana.
"A-apa? Kakek akan ke kota? Kapan?" tanya Sagara gugup.
"Bulan depan, apa Ayah atau Ibumu belum memberitahu?" tanya beliau dari sambungan telfon.
"Ti-tidak Kek, jika Kakek tak memberitahuku aku juga tidak tau. Baiklah, aku akan tanyakan sendiri nanti pada Ayah atau Ibu."
"Ya sudah, kamu yang benar mengurus pekerjaan. Jangan sering absen walaupun kamu itu seorang bos, jangan sampai karyawan atau staff meniru perilaku burukmu." Tuan Abimana memperingatkan cucunya.
"Iya Kek, aku tidak berangkat jika hari itu tidak banyak jadwalku. Tapi aku bekerja dengan baik sesuai yang Kakek inginkan," jelas Sagara, demi menyenangkan hati Kakek.
"Kakek tau, ya sudah Kakek akhiri panggilan ini. Salam untuk Aruna," pesan beliau.
"Baik Kek, sehat-sehat. Nanti akan aku sampaikan salam Kakek."
Sambungan telfon segera terputus, Sagara meletakkan ponselnya tapi teringat dia akan mengirim pesan pada Aruna. Segera meneruskan ketikan pada ponselnya, dan mengirim pesan pada Aruna.
"Sekarang yang Kakek tanya adalah Aruna, bukan cucu kandungnya. Astaga." Memejamkan matanya, dan menyandarkan ke kursi kekuasaannya.
Haru masuk membawa laporan, dia juga ingin memberitahu sesuatu pada Tuannya. Karena baginya ini sangat penting, dan menyangkut masa depannya. Tapi Haru juga bingung apa Tuannya akan percaya atau tidak dengan informasi yang dia berikan, karena Tuannya sangat percaya pada kekasihnya.
"Tuan, ini laporan keuangan yang Anda minta." Memberikan berkas pada Sagara.
"Baiklah, aku cek. Terimakasih."
"Tuan, begini. Saya memiliki informasi penting, saya harap Tuan percaya. Tapi terserah saja, saya hanya memberikan informasi pada Anda." Haru berbicara dengan nada serius, tapi juga penuh keraguan pada Tuannya.
Sagara berhenti dari aktivitasnya, kini kedua netranya menatap ke arah Haru asistennya yang terlihat gugup untuk menyampaikan sesuatu padanya. Entah apa yang akan disampaikannya, kenapa Sagara merasa itu sangat penting untuk dirinya, ditambah Harun bilang jika itu menyangkut masa depannya.
"Hal apa?" Sagara menaikkan satu alisnya, dan kedua tangan saling menggenggam tepat didepan wajahnya.
Kini tatapannya semakin serius pada Haru, pria itu menatap balik Tuannya agar percaya tak ada keraguan diterima saat penyampaian.
"Tu-tuan, maaf aku ikut campur urusan Anda. Tapi aku melihat Nona Elen pergi bersama seorang pria, dan mereka terlihat begitu mesra." Jelas Haru, berharap Tuannya percaya dengan ucapannya.
Sagara terdiam setelah mendengar hal yang disampaikan Haru, tapi tiba-tiba dia tertawa setelahnya. Karena merasa tak mungkin kekasihnya main belakang, atau selingkuh seperti pemikiran Haru.
"Haru, kamu salah. Elen sedang pergi berlibur dengan keluarganya, jadi mungkin kamu salah lihat." Dengan nada santainya.
"Tapi Tuan, Anda mengenal pria itu, dan Anda ...."
"Sudahlah Haru, aku akan percaya jika aku melihat dengan mataku sendiri. Sejak dulu banyak orang yang bilang ini itu, karena kekasihku itu model jadi banyak gosip berhembus. Aku sangat percaya padanya, jadi jangan membuat gosip seperti ini. Karena kamu akan membuat nama seseorang tercoreng, dan yang kamu hadapi bukan dia tapi aku Haru. Jadi jangan sampai ada gosip ini dan itu di kantor, atau kamu menceritakan pada orang lain." Jelas Sagara dengan nada tegas, dia tak percaya dengan yang disampaikan oleh Haru.
Haru terdiam, berharap Tuannya percaya dengan apa yang di ucapkan, tapi kenyataannya malah tidak sama sekali karena kekasihnya sudah sering di gosipkan dekat dengan pria tapi kenyataan tidak. Dan kepercayaan Sagara pada Elen juga besar, jadi dia tak goyah dengan perkataan orang lain.
"Ma-maaf kan saya Tuan sudah lancang, tidak berani saya memberitahu atau bicara pada siapapun tentang hal ini." Membungkukkan badan, berharap maaf dari Sagara.
"Tak apa, aku maafkan. Keluarlah, dan jangan lagi kamu ulangi hal seperti ini. Di kantor jangan sangkut pautkan dengan masalah pribadi, kamu paham bukan aku tak menyukainya." Jelas Sagara.
"Baik Tuan, terimakasih. Saya akan bekerja kembali." Haru segera mengundurkan dirinya, dan keluar dari ruang kerja Sagara.
Setelah kepergian Haru, Sagara terdiam dan mencoba menenangkan dirinya. Menghalau pikiran buruk tentang kekasihnya, dia percaya jika Elen bukan wanita yang bisa menduakan dirinya. Berharap hubungan mereka baik-baik saja, selama rahasia pernikahan Sagara dan Aruna tidak terbongkar pasti akan aman.
"Jangan dipikirkan, aku percaya padanya melebihi siapapun. Dia wanita karir, jadi banyak orang yang tidak suka." Meyakinkan dirinya agar tak terpengaruh omongan atau gosip orang diluar sana.
Pesan masuk dalam ponsel Sagara, dia hampir lupa jika rutinitas bulanan dengan sahabatnya akan diadakan besok malam. Pertemuan yang biasa mereka lakukan untuk makan malam, karena kesibukan masing-masing jadi tak setiap hari mereka bisa bertemu.
Namun ada pesan dari Yosi jika dia tak bisa ikut pertemuan seperti biasanya, tiba-tiba hati Sagara resah karena ini sudah terlalu sering tak seperti dulu dimana Yosi sangat bersemangat jika mereka mengadakan pertemuan.
"Sekarang sering kali dia tak bisa ikut dalam pertemuan, padahal dia sangat sibuk. Harusnya demi persahabatan dia bisa melonggarkan waktu untuk kita, tapi kenapa sekarang dia seperti banyak menghindar. Apa dia sedang ada masalah, atau tentang perjodohan yang pernah dia katakan dulu sedang membuatnya frustasi?." Ujar Sagara.
"Sebaiknya aku bahas nanti saat bertemu dengan yang lain, mereka yg sibuk juga masih menyempatkan waktunya." Meletakkan ponselnya kembali, dan segera menyelesaikan pekerjaannya.