"Aku mencintaimu, Hayeon-ah. Mungkin caraku mencintai salah, kacau, dan penuh racun. Tapi itu nyata." Jin Seung Jo.
PERINGATAN PEMBACA:
Cr. pic: Pinterest / X
⚠️ DISCLAIMER:
· KARYA MURNI SAYA SENDIRI. Cerita, karakter, alur, dan dialog adalah hasil kreasi orisinal saya. DILARANG KERAS mengcopy, menjiplak, atau menyalin seluruh maupun sebagian isi cerita tanpa izin.
· GENRE: Dark Romance, Psychological, Tragedy, Supernatural.
· INI BUKAN BXB (Boy Love). Ini adalah BxOC (Boy x Original Female Character).
· Pembaca diharapkan telah dewasa secara mental dan legal.
©isaalyn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isagoingon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Takut yang Beraroma Vanilla
Di Toko Roti "Nyonya Lee's Oven", aroma mentega, gula, dan kayu manis hangat menyelimuti ruang, menciptakan semacam pelarian bagi Jeong Hayeon. Di antara tumpukan adonan dan loyang panas, ia bisa melupakan kesepian yang merobek hatinya—sejak tragedi tujuh tahun lalu. Seoul, kota yang keras dan tak kenal ampun, terasa sedikit lebih aman di balik kaca etalase yang dipenuhi roti manis ini...
Hayeon sedang membersihkan meja kerja ketika bel pintu berbunyi, dingin malam Seoul menyusup masuk bersamaan dengan sosok yang membuat napasnya terhenti sejenak—Jin Seung Jo.
Pria itu, yang semua orang panggil Seung Jo, adalah pelanggan setia. Setiap malam, tepat sepuluh menit sebelum toko tutup, ia muncul, dengan pesanan cheesecake vanilla dan secangkir espresso hitam.
Bicara? Ah, tidak banyak. Hayeon hanya mendapat anggukan singkat saat ia menyerahkan pesanan.
Tapi malam ini, ada yang berbeda.
Seung Jo mendekati konter, langkahnya tenang, namun ada aura yang menggetarkan. Kaos hitam lengan panjangnya menempel erat di tubuh berototnya, menonjolkan lekuk bahu dan dadanya yang bidang. Lengan bajunya yang digulung hingga siku memperlihatkan tinta hitam yang melilit lengannya—sebuah rangkaian simbol dan pola yang tampak rumit, bahkan berbahaya. Di usianya yang ke-31, wajahnya awet muda, tajam, dan tampan, namun ada lapisan es di matanya, membuat siapa pun enggan menatap terlalu lama.
"Seperti biasa," suaranya dalam dan datar, matanya menatap rendah Hayeon.
Hayeon hanya bisa mengangguk cepat, tangannya bergetar sedikit saat mengambil cheesecake. Ia berusaha mengalihkan pandangan, tetapi matanya terjebak pada tangan Seung Jo yang mengetuk-ngetuk konter. Jari-jarinya panjang, buku-buku jari menonjol, dan bekas luka kecil di pangkal ibu jarinya mengisyaratkan kisah yang tak terucap.
Saat ia menerima kotak kue, uang berpindah tangan. Di pergelangan tangan Seung Jo, tersembunyi di balik jam tangannya yang mewah, Hayeon melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku: sebuah tato kecil berbentuk ular yang melingkar.
Itu...
Ingatannya melesat tujuh tahun ke belakang—malam gelap, hujan deras, jeritan logam, bau bensin. Sebelum semuanya menjadi hitam, dari balik kaca mobil yang pecah, matanya yang berkunang-kunang menangkap sosok seorang pria muda berdiri di tengah hujan, memandangi reruntuhan mobil orangtuanya dengan ekspresi hampa. Dan di pergelangan tangan pria itu, persis seperti yang ia lihat sekarang, terdapat tato ular kecil.
Hayeon tersentak, kotak kue hampir terjatuh. Seung Jo menangkapnya dengan refleks cepat, jari-jarinya yang kuat menyentuh punggung tangan Hayeon. Sentuhannya dingin, seolah menyentuh es.
"Hati-hati," bisiknya,
Matanya, yang biasanya hanya melirik sekilas, kini menatap Hayeon dengan penuh perhatian—seolah baru saja menyadari keberadaannya.
"S-Saya minta maaf," desis Hayeon, menarik tangannya seolah tersetrum, ia gemetar merinding sekaligus takut, bulu kuduknya berdiri.
Seung Jo tidak segera melepaskan pandangannya. Ia memandangi gadis kecil di depannya—wajahnya yang kecil dengan mata bulat penuh ketakutan, tubuh mungilnya yang seolah bisa patah oleh sentuhan. Sebuah kilasan pengenalan, sebuah kecurigaan, melintas di balik mata dinginnya.
"Kamu terlihat pucat," ujarnya, nada suaranya masih datar, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam—sebuah pertanyaan.
"Apakah Seoul terlalu berat untuk gadis Jeju sepertimu?"
Hayeon membeku, matanya membelalak menatap Seung Jo. Ia tidak pernah memberitahu siapa pun asalnya. Bagaimana dia bisa tahu?
"Bagaimana... bagaimana Anda tahu saya dari Jeju?" tanyanya, suaranya bergetar.
Sebuah senyum tipis, yang sama sekali tidak menghangatkan wajahnya, muncul di bibir Seung Jo. Senyum yang membuat orang-orang akan mengakui kesalahannya.
"Aku memperhatikan hal-hal kecil." Ia mengambil kotak kuenya, tatapannya masih menancap pada Hayeon seperti peniti.
"Kecelakaan beruntun... itu hal yang mengerikan. Hanya sedikit yang bisa selamat."
Kata-katanya menggantung di udara yang harum vanila, beracun dan menusuk. Hayeon merasa dunia di sekelilingnya berputar. Ia tahu. Pria ini tahu siapa dia. Dan dia adalah bagian dari malam ketika orangtuanya meregang nyawa.
Seung Jo berbalik untuk pergi, tetapi berhenti sejenak di depan pintu. Ia menoleh, melihat Hayeon yang masih terpaku seperti patung.
"Tidur yang nyenyak, Hayeon-ssi," ucapnya. Dan dalam nada itu, terdengar seperti ancaman yang paling halus.
"Seoul bisa menjadi... sangat berbahaya, bagi mereka yang melihat hal yang tidak seharusnya mereka lihat."
Pintu tertutup, meninggalkan Hayeon sendirian dengan rasa takutnya yang kini memiliki wajah—wajah Jin Seung Jo yang dingin, kejam, dan beraroma vanila.
...CHOI SEUNGCHEOL as JIN SEUNG JO...
......OC as JEONG HAYEON......