Menikah sekali seumur hidup hingga sesurga menjadi impian untuk setiap orang. Tapi karena berawal dari perjodohan, semua itu hanya sebatas impian bagi Maryam.
Di hari pertama pernikahannya, Maryam dan Ibrahim telah sepakat untuk menjalani pernikahan ini selama setahun. Bukan tanpa alasan Maryam mengajukan hal itu, dia sadar diri jika kehadirannya sebagai istri bagi seorang Ibrahim jauh dari kata dikehendaki.
Maryam dapat melihat ketidaknyamanan yang dialami Ibrahim menikah dengannya. Oleh karena itu, sebelum semuanya lebih jauh, Inayah mengajukan agar mereka bertahan untuk satu tahun ke depan dalam pernikahan itu.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka selanjutnya?
Ikuti kisah Maryam dan Ibra di novel terbaru "Mantan Terindah".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir Terbaik Untuk Semua
POV Maryam
Aku tak pernah membayangkan akan berdiri di tengah dua pria yang sama-sama mencintaiku, dengan cara yang berbeda, di waktu yang bersamaan.
Aku pikir aku sudah cukup tegar. Tapi nyatanya, hatiku belum benar-benar pulih. Kang Ibra hadir kembali dengan versi yang lebih dewasa, lebih kuat, dan lebih jujur. Mas Agam datang tanpa beban masa lalu, namun penuh kesungguhan dan keteduhan yang nyaris sempurna.
Tapi kini aku lelah. Bukan karena tak dicintai, justru karena rasanya terlalu diperebutkan.
Aku bukan hadiah. Aku bukan tujuan akhir. Aku seorang perempuan yang hanya ingin tenang, setelah badai panjang yang menghantamku tanpa aba-aba.
"Ya Allah... aku tahu cinta adalah anugerah, tapi mengapa rasanya kini menjadi beban? Aku tak ingin menyakiti siapapun, tapi aku juga tak ingin menipu hatiku sendiri. Bila takdirku adalah memilih, maka kuatkan aku. Tapi bila takdirku adalah melepas keduanya... maka lapangkan aku."
Maryam memilih bersujud, mengadukan semua yang membuat dadanya sesak pada Sang Penggenggam Hati manusia. Dia yang membolak-balikkan setiap hati, dan Maryam saat ini tengah berpasrah dalam munajatnya.
Tak ada yang kebetulan, semua yang tertakdir untuknya adalah skenario terbaik yang Allah susun, itulah keyakinan Maryam.
Tak ada penyesalan dan juga tak ada pengandaian. Yang ingin Maryam lakukan sekarang adalah menyerahkan sepenuhnya pada Sang Pemilik Hidupnya sebagai bagian dari ikhtiyar untuk mendapatkan petunjuk terbaik. Setiap munajatnya adalah tanda penghambaan kepada Sang Khaliq, menunjukkan bahwa sebagai hamba dirinya sungguh tak berdaya.
POV Ibra
Melihat Maryam berdiri begitu anggun tadi malam membuatku sadar, mencintai dia kini bukan soal memeluknya kembali, tapi menjaga agar aku tak lagi menyakitinya, meski dari jauh.
Aku pernah memilikinya, lalu kehilangannya. Itu bukan semata karena nasib, tapi karena sikapku sendiri. Lalu aku kembali—bukan karena aku menyesal kehilangan, tapi karena aku akhirnya tahu apa artinya memiliki.
Tapi kini, aku pasrah. Bukan menyerah, tapi menerima bahwa cinta itu bukan soal menang atau kembali, melainkan tentang layak atau tidak.
"Jika dia memilih Agam... aku akan mengucapkan selamat, sambil menatap langit dan berkata pada Tuhan: Terima kasih, karena pernah memberiku rasa yang begitu dalam. Bila dia bukan untukku lagi, maka biarkan aku tetap menjadi doanya yang diam, doanya yang tak pernah usai."
Ibra menghembuskan nafasnya kasar, dalam ketulusan yang coba dia bangun ada sesak yang dirasakannya. Walau bagaimana pun rasa untuk memiliki kembali masih begitu besar dan hampir mendominasi, namun keteguhan akan tulusnya cinta masih berhasil menang kala peperangan antara batin dan logika terjadi.
Ibra sungguh tidak ingin memaksa, sudah cukup selama ini dia tidak cukup bijak menjalani kehidupan rumah tangganya. Untuk selanjutnya Ibra ingin lebih bijaksana dan pandai bersyukur atas setiap hal yang tertakdir untuknya.
Apapun takdir yang tertulis untuknya, Maryam tetap akan menjadi bagian terbaik dalam hidupnya. Entah seperti apa kehidupannya kelak di masa mendatang, bersama atau tanpa Maryam, wanita itu akan selalu menempati ruang istimewa di hatinya.
POV Agam
Aku datang tanpa luka, tanpa sejarah, tanpa beban. Tapi aku jatuh cinta pada perempuan yang penuh luka, penuh kenangan, dan penuh kehati-hatian.
Kupikir ketulusan akan cukup. Ternyata, tidak selalu. Cinta kadang tak berpihak pada yang paling siap, tapi pada yang paling dikenang.
Aku tak marah pada Ibra. Bahkan aku menghormatinya. Ia kembali bukan untuk merebut, tapi memperbaiki. Apa yang aku lihat darinya adalah usaha untuk menjadi lebih baik versinya, dan aku pun hargai itu. Sebagai sesama lelaki aku faham apa yang tengah Ibra rasakan saat ini.
Penyesalan memang tidak datang di awal, namun aku salut melihat Ibra sekarang dia sungguh tangguh dan berani bertanggungjawab atas perasaannya sendiri.
Dan kini sepercaya diri apapun diriku, aku pun mulai memilih pasrah. Cinta yang kupunya tidak akan memaksanya tinggal jika hatinya ingin pergi. Karena bagiku, mencintai adalah membiarkan dia memilih jalannya sendiri.
"Jika akhirnya bukan aku yang menggenggam tangannya, setidaknya aku sudah mengiringinya dengan doa yang tak berisik. Aku hanya ingin dia bahagia. Bahkan jika aku harus menontonnya dari barisan paling belakang."
POV Tasya
Aku terlalu lama menyimpan harap. Tentang cinta lama yang kupikir masih bisa kuselamatkan. Rasa percaya diriku bahwa tidak mudah untuk Ibra menghilangkan cinta yang begitu besar di hatinya untukku sungguh terlalu tinggi.
Malam itu, tatapan Ibra padaku bukan lagi tatapan yang pernah membuatku berdebar. Ia tak marah. Tapi juga tak tinggal.
Ia memilih Maryam, wanita yang menjadi pelariannya kala aku mengabaikannya. Wanita pilihan kedua orang tuanya kala aku menolaknya berkali-kali karena dalih pendidikan dan karier.
Tapi malam itu dia menegaskan pilihannya. Dengan utuh. Dengan gamblang. Dan aku akhirnya tahu... tak semua yang dulu indah bisa diperbaiki atau dikembalikan.
Aku perempuan yang terlambat sadar, cinta itu bukan tentang siapa yang lebih dulu ada, tapi siapa yang benar-benar dibutuhkan saat ini. Andai dulu aku menerimanya mungkin saat ini aku sudah memiliki semuanya, pendidikan tinggi, karier cemerlang dan cinta yang begitu besar dari Ibra.
Sahabatku Sabrina benar, jika dulu aku menerima ajakan Ibra untuk menikah, bisa jadi justru Ibra yang akan menjadi sponsor utama pendidikan dan karierku. Aku baru menyadarinya sekarang dan hanya bisa berandai andai, andai dulu aku tidak terlalu berambisi, andai dulu aku menerima Ibra dan kai menikah, andai ... Andai ... San masih banyak lagi andai yang lain, penyesalan yang hari ini aku rasakan bisa jadi tidak aka pernah terjadi.
Karena dulu Ibra pasti akan menjadi orang yang rela melakukan apapun, mendukung keinginanku dan mewujudkan impianku, dan aku terlambat menyadari.
Di saat perpisahan terjadi antara Ibra dan istrinya, aku pikir peluangku terbuka sangat lebar, namun ternyata aku benar-benar terlambat. Aku berusaha untuk tidak menyerah, namun ternyata Ibra telah membentengi hatinya dnegan dinding yang begitu kokoh.
Apakah ini riba waktunya aku untuk benar-benar menyerah?
"Tuhan... jika cinta yang kuharap ternyata bukan milikku, jangan biarkan aku menyimpan dendam. Ajari aku melepaskan dengan ikhlas, dan mengisi ruang kosong ini dengan cinta yang baru, cinta yang tulus dari arah yang tak kuduga."
Takdir tidak selalu menjawab cepat. Ia berjalan perlahan, menguji niat dan keteguhan.
Maryam kini tahu, cinta tak bisa dipilih hanya dengan hati—tapi juga dengan logika, keberanian, dan kesiapan untuk bertumbuh bersama.
Ibra akhirnya paham, bahwa memohon maaf tak selalu mengembalikan yang hilang. Tapi ia tetap berjalan, sebagai versi dirinya yang lebih bijak.
Agam menerima bahwa tak semua cinta berakhir dengan memiliki, tapi semua cinta bisa berakhir dengan ketulusan.
Tasya pun perlahan belajar, bahwa tak semua yang pergi harus dikejar. Kadang, yang terbaik adalah membuka jendela baru untuk angin yang lebih segar.
Di antara hati yang dulu saling mencintai, kini hanya tersisa doa-doa yang tak lagi menuntut, hanya berharap, semoga semuanya menemukan takdir terbaik masing-masing.
Ibra siap-siap patah hatii seperti nya....
semoga up nya gak lama-lama lagi yaa Thor 🤩🤩🤩🙏🙏🙏
percuma punya gelar $2, tapi kelakuan malah jadi seorang Pelakor 😡😡