PENGORBANAN Mantan NARAPIDANA

Vinder membuka pintu penumpang bagian depan "La...!"

Lada mengarahkan netranya keVinder, lau melangkah maju dan menutup pintu yang Vinder buka dengan sekuat tenaga.

"Kenapa kamu tidak menghajar lelaki itu..? kenapa kamu tidak menamparnya atau sekalian bunuh saja dia, KENAPA....?"

"Kalau aku menghajar Rey Andra, semuanya selesai La...! kamu akan benar-benar kehilangan kesempatan untuk menikah sama dia."

"Memang sudah tidak ada pernikahan kan..? semua sudah berakhir Vin...!"

"Masih ada kesempatan La...! aku yakin Rey Andra akan datang terus mengatakan maaf dan melanjutkan pernikahan kalian."

Lada tertawa "konyol..!"

"La...!" seru lemah Vinder dengan dada yang semakin dibuat sesak, melihat Lada yang sudah sangat kacau.

"Tidak ada kesempatan kedua, dan maaf...?" lada tertawa sumbang.

"Dia tidak pantas mendapat maaf dari aku Vin, tidak pantas. Dan ini...!" Lada mengambil rangkaian mawar merah yang ada dikaca depan mobil.

"Dia tidak pantas mendapatkan ini dari kamu Vin, dia tidak pantas." Lada meremas buket mawar itu lalu membuangnya ketanah dan menginjak-injaknya.

Lada menarik dengan kasar selendang lebar yang menutupi kepalanya "dan ini juga, dia tidak layak untuk mendapatkan ini semua, ENGGAK..!" teriak Lada membuang selendang itu.

Vinder memejamkan matanya sesaat, dengan rahang dan kepalan tangan yang mengeras. Disalurkan semua rasa yang menghantamnya dalam waktu bersamaan.

Vinder mengambil selendang putih berbahan serta bercorak senada dengan kebaya yang Lada kenakan. Ia berjalan melewati Lada, lalu berdiri dibelakang wanita itu.

Vinder membentangkan selendang, memasangkan kembali dikepala Lada, lalu memeluk tubuh wanita itu dengan erat. Diciumnya dalam-dalam kepala belakang Lada dengan penuh rasa.

Vinder membuka pintu mobil, lalu mendorong tubuh lemah itu perlahan untuk masuk, dan setelahnya ia pun masuk, menduduki kursi kemudi.

"Aku tidak mau pulang." ucap Lada setelah mobil berjalan.

"Mau kemana...?"

"Kehotel xx...!"

"La...!"

"Aku mau kesana."

Vinder menghela nafas berat, dan hanya bisa menuruti kemauan wanita yang amat ia cintai itu.

Sesampainya dihotel xx, Vinder dan Lada menghampiri resepsionis untuk mengambil kunci. Lada yang memakai kebaya dan Vinder yang memakai kemeja slim berwarna putih, membuat resepsionis salah paham.

"Atas nama tuan Rey Andra dan nyonya Lada Anjani..?" Lada mengangguk.

"Ini kuncinya. Kami ucapkan selamat atas pernikahan tuan dan nyonya. Semoga berbahagia selalu dan selamat berbulan madu."

"Terimakasih..!" jawab Lada.

"La..! ngapain kesini..? Kita pulang ya..?" ucap Vinder didalam lift yang menuju kelantai dimana kamar yang sudah dibuking Rey Andra berada.

"Sayang kamarnya sudah dipesan untuk dua hari." jawab Lada dengan tatapan kosong kedepan.

Lagi-lagi Vinder menghembuskan nafas berat sejuta rasa dan asa.

Lada membuka pintu kamar perlahan, lalu melangkah masuk. Pandangannya beredar kesekeliling kamar itu. Kamar yang sudah dihias dengan begitu cantik.

Lada menghampiri ranjang, menatap nanar kelopak mawar merah yang bertaburan diatasnya.Sebelum akhirnya ia menyingkirkan kelopak-kelopak itu dengan kasar sembari menangis pilu.

Dihancurkannya handuk yang berbentuk angsa, lalu dilempar kelantai. Menangis, berteriak, tertawa. Sungguh, Lada bak orang gila saja sekarang.

Vinder menatap sedih, dengan netra yang berembun serta dada yang semakin sesak. Sakit, ini jauh lebih sakit daripada melihat Rey Andra merengkuh pinggang ramping Lada.

Lada melihat taburan kelopak mawar yang berceceran dilantai hingga pintu kamar mandi. Ia pun bangkit, menghampiri pintu itu lalu membukanya.

Bettap yang terisi air bercampur kelopak mawar, lilin aroma terapi menyala dimeja berhias rangkaian bunga segar. Semakin mempertegas luka itu.

Lada masuk kedalam bettap, lalu membuang semua kelopak mawar dengan kembali menangis serta memukul keras permukaan air berkali-kali.

"Aku benci kamu Rey, AKU SANGAT MEMBENCIMU....!!"