NovelToon NovelToon
Mantan Istri Yang Berharga

Mantan Istri Yang Berharga

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Nikah Kontrak
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: Japraris

Anya tidak menyangka bahwa hidupnya suatu saat akan menghadapi masa-masa sulit. Dikhianati oleh tunangannya di saat ia membutuhkan pertolongan. Karena keadaan yang mendesak ia menyetujui nikah kontrak dengan seorang pria asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Japraris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 31

Anya terbangun dalam kamar utama rumah itu. Aroma yang familiar, rasa nyaman yang tak asing, membuatnya menyadari posisinya.

"Aku di kamar utama? Apakah Arga...?" Ia bergumam dalam hati, sebuah pertanyaan menggantung di udara.

Di sampingnya, Arga tertidur pulas. Tangan Anya terulur, ingin membelai wajah Arga seperti dulu, namun ragu-ragu. Sebuah perasaan canggung yang tak terjelaskan menghalanginya. Ia menarik tangannya kembali. Dengan hati-hati, Anya bangun dan turun dari ranjang. Ia melirik jam dinding: pukul 06.00 pagi. Dengan langkah tenang, ia meninggalkan kamar.

Arga membuka mata. Kekecewaan terpancar dari sorot matanya. "Aku kira dia akan membelai wajahku, mencium ku, bermanja-manja sebelum bangun. Dia pergi begitu saja,” gumamnya.

Di dapur, Bibi Suryani sudah menyiapkan sarapan. Anya mendekat, suaranya sedikit ragu-ragu.

“Bibi, Arga pulang jam berapa tadi malam?” tanyanya, ingin memastikan sesuatu.

“Maaf, Nyonya, Bibi tidak tahu,” jawab Bibi, nada suaranya sopan.

Anya mengangguk, “Masakan tadi malam dibuang, Bi?” Suaranya agak sedih.

“Maaf, Nyonya,” jawab Bibi, rasa bersalah tersirat dalam suaranya.

"Sebenarnya, Tuan melarangku mengatakan bahwa beliau yang menghabiskan semua masakan Nyonya, walau sudah dingin. Dan Tuan juga yang menggendong Nyonya semalam." Bibi hanya bisa bergumam dalam hati.

Anya merasa sedikit sedih. Ia telah memasak dengan penuh kasih sayang, menunggu Arga untuk mencicipi masakannya. Namun, yang menikmati hasilnya hanyalah tong sampah.

Arga memasuki dapur.

“Tuan.” Bibi menyambutnya.

Anya menatap Arga, ekspresinya sulit dibaca. “Arga,” sapa Anya, suaranya datar.

Arga menyuruh Anya duduk. Anya menurut.

“Makanlah yang banyak, setelah itu mandi dan ikut aku ke kantor,” perintah Arga, suaranya tegas.

Anya sedikit terkejut, “Kantor?”

"Jangan-jangan dia masih ingin aku mengelola perusahaan Ayah?" Anya berpikir dalam hati.

“Kamu tidak lupa dengan ucapanku kemarin, kan?” Arga memastikan.

Anya mengangguk patuh, “Baiklah.”

Anya mengambil makanan. “Kamu tidak makan?” tanyanya.

Arga menggeleng, “Aku minum kopi saja.” Secangkir kopi sudah terhidang di hadapannya.

"Haruskah aku bertanya padanya, pulang jam berapa semalam? Dan mengapa dia membawaku ke kamarnya, bukan ke kamar Kinan saja?" Anya agak penasaran.

Arga mengamati Anya yang tampak termenung. “Ada yang ingin kau katakan?” tanyanya.

”Tidak. Aku hanya memikirkan bagaimana aku akan mengelola perusahaan. Seperti yang sudah kau ketahui, tiga tahun lalu bahkan aku gagal mempertahankannya. Bagaimana pun juga, perusahaan itu masih di bawah naunganmu. Aku takut aku akan membuatmu rugi.”

“Maka kau harus bekerja keras menghasilkan uang untukku agar aku untung.” Arga menjawab dengan nada mengejek.

“Arga…” Anya sedikit kesal.

“Hmm?”

Anya terdiam, melanjutkan sarapannya. Lidahnya terasa berat.

”Ada apa?”

Anya menggeleng. Ia telah selesai makan. Berdiri meninggalkan tempat duduknya.

“Pakaianmu semuanya ada di kamarku. Mandi dan berganti lah di sana.”

“Apa? Sejak kapan pakaianku di kamarku?” Anya terkejut.

"Pria ini... Tetap saja seenaknya! Mengambil keputusan sepihak tanpa bertanya padaku!" Anya geram dalam hati.

Arga tersenyum licik, “Wajahmu mengatakan kau sangat senang tidur di ranjangku. Jadi aku mengabulkan keinginanmu.”

“Apa?” Anya semakin bingung.

“Lagipula, malu apa? Kau istriku. Sepantasnya kita tidur satu kamar satu ranjang.” Arga melanjutkan dengan nada menggoda.

Anya membantah, “Arga, setidaknya kita harus menikah dulu untuk tidur satu kamar. Jangan lupa perpisahan kita yang lama membuat kita tidak sah tidur satu kamar!”

“Ya, aku lupa seseorang tidur di ranjangku semalam.”

Mata Anya membulat. Ia menyadari sesuatu, “Itu kamu! Pasti kamu yang memindahkan aku ke kamarku. Seingatku aku tidur di sofa!”

“Apa aku begitu kurang kerjaan sampai harus menggendongmu dan menidurkanmu di ranjangku? Semalam aku pulang sudah melihatmu di ranjangku. Karena kau suka ranjang besarku, aku membiarkanmu tidur di sana mulai tadi malam sampai seterusnya.” Arga menjawab dengan nada bercanda.

"Pria ini sungguh tidak tahu malu!" gumam Anya kesal, lalu pergi meninggalkan dapur.

“Tuan, kenapa Tuan selalu membuat keributan dengan Nyonya?” Bibi menegur Arga.

Arga menjawab dengan senyum jahil, “Kalau bukan dengannya, lalu dengan siapa? Aku suka melihatnya kesal. Menggemaskan.”

Bibi menggeleng kepala, membersihkan meja makan. Arga menghabiskan kopinya, lalu pergi ke kamar Kinan, mencium kening putrinya yang masih tertidur.

Setelah mandi dan berpakaian, Anya turun ke bawah, ingin berbicara dengan Bibi sebelum pergi.

“Bibi.”

“Ya, Nyonya?”

“Aku akan merepotkan Bibi untuk mengurus Kinan.”

“Tidak apa-apa, Nyonya. Sudah menjadi tugasku.”

“Bibi, tolong pindahkan pakaianku ke kamar Kinan.”

“Itu… Bibi minta maaf, Nyonya. Bibi bisa melakukannya jika Tuan Arga yang meminta.”

Anya mengangguk mengerti. Saat ia melihat Arga turun dari atas, ia memanggilnya, "Arga."

Arga menoleh, tersenyum. “Ah, kau sudah siap. Bagus. Kita bisa berangkat segera.”

Anya menahan tatapan Arga, “Aku ingin bicara tentang kita.”

Arga berhenti, memberikan perhatian penuh pada Anya. “Tentu, apa yang ingin kau bicarakan?”

”Arga, bolehkah kita bertemu di kantor saja? Aku tidak ingin orang-orang melihat kita.”

Arga mengangkat alisnya, "Kenapa? Kamu malu jika terlihat jalan bersamaku?"

"Malu? Tentu saja tidak." Ucap Anya dalam hati.

”Apakah Tuan Arga ingin memenuhi semua beranda media sosial dengan gosip hangat? Tuan Arga bersedia, tetapi aku belum siap.” Anya menjelaskan.

Tanpa menyahut, Arga langsung pergi. Lima belas menit kemudian, Anya baru menyusul.

...---------------...

Anya keluar dari taksi, langkahnya masih ragu-ragu. Segera, ia dikepung. Segerombolan wartawan, seperti kawanan serigala yang mengendus mangsa, sudah menunggu di depan pintu masuk perusahaan. Kilatan blitz kamera memenuhi pandangannya, suara riuh pertanyaan-pertanyaan tajam menusuk telinganya.

Anya menghela napas, "Sepertinya aku tidak bisa menghindar," gumamnya.

Seorang wartawan, dengan mikrofon mengarah tepat ke wajahnya, mengajukan pertanyaan pertama, suaranya terdengar tajam dan penuh maksud: “Anda Anya Leonardo, putri mendiang Leonardo, bukan? Kemarin kita lihat foto Anda bersama Tuan Arga dari Danendra, berpelukan mesra. Ada hubungan apa di antara Anda berdua?”

“Apakah Anda termasuk salah satu wanita Tuan Arga?” Suara wartawan itu bernada sinis, menyiratkan tuduhan yang sangat buruk, bahkan terkesan merendahkan.

“Anda tidak tahu ya, Tuan Arga sudah beristri? Di katakan bahwa setelah perusahaan diambil alih, Anda hanya tergantung pada gaji perusahaan desain MN. Namun Anda telah dipecat, jadi Anda mencari Tuan Arga untuk memenuhi kebutuhanmu dengan menjadi salah satu simpanan Tuan Arga?” Nada sarkastik itu jelas ingin mempermalukan Anya, menusuk bagai belati.

Anya merasa terpojok, terperangkap dalam pusaran pertanyaan-pertanyaan yang semakin tajam dan agresif. Ia berusaha tenang, tapi jantungnya berdebar kencang.

Dari dalam mobil mewahnya, Arga mengamati situasi. Wajahnya datar, tanpa ekspresi. Rangga, di sampingnya, tampak gelisah.

“Tuan, perlu aku turun? Ini sudah keterlaluan,” tanya Rangga, khawatir. Suaranya terdengar cemas.

Arga menggeleng pelan, tatapannya tetap tertuju pada Anya. “Biarkan dia. Aku ingin lihat bagaimana dia menangani ini sendiri,” jawab Arga, suaranya tenang, namun penuh arti.

Seorang wartawan mendesak, “Jawab pertanyaan kami, Anya!” suaranya meninggi.

Anya berusaha tenang, ia menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, suaranya terdengar sedikit gemetar tapi tetap berusaha tegas: “Seperti yang Anda semua tahu, tiga tahun lalu perusahaan ini sudah bukan milik Ayah saya lagi, melainkan Tuan Arga Danendra.”

“Tapi sekarang perusahaan atas nama Anda, Nona Leonardo! Dan Anda pemegang 60% saham, tertinggi kedua setelah Tuan Arga!” Wartawan lain langsung menyanggah, suaranya lantang dan penuh percaya diri.

Anya tersentak, terkejut. Informasi ini sama sekali baru baginya.

"Apa yang Arga lakukan?" batinnya bertanya-tanya, seketika rasa curiga dan kebingungan menguasainya.

“Benarkan Anda pemegang saham tertinggi kedua setelah Tuan Arga Danendra? Bagaimana Anda memilikinya?” Seorang wartawan lain menambahkan pertanyaan yang semakin menyudutkan.

Anya mencoba untuk tetap tenang, "Maaf, saya tidak tahu soal itu. Saya di sini sebagai karyawan. Jika tidak ada lagi, saya permisi," jawabnya, berusaha mengakhiri interogasi tersebut.

“Atau, Anda mendapatkan saham itu dengan menjual diri Anda pada Tuan Arga? Bukankah Anda dikenal sering memanfaatkan kecantikan Anda untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan?” Tuduhan itu lebih kejam lagi, wartawan tersebut bertanya dengan nada penuh ejekan melontarkan pertanyaan yang menyakitkan.

”Berita Anda sebelumnya belum diklarifikasi, ternyata itu memang benar. Pantas saja perusahaan desain MN yang biasa saja dapat berkembang dan bekerja sama dengan para pengusaha tinggi, ternyata Anda mendapatkannya dengan cara ini.”

Arga dan Rangga di dalam mobil sama-sama terkejut. Arga mengerutkan dahi, kemudian memberi perintah dingin pada Rangga, “Panggil dia. Ajak minum kopi bersama ku.”

Anya, yang merasa terpojok dan difitnah tanpa ampun, hanya bisa diam sesaat sebelum akhirnya berlari masuk ke dalam gedung perusahaan, meninggalkan para wartawan yang masih terus meneriakkan pertanyaan-pertanyaan mereka.

Di dalam, karyawan-karyawan menyambutnya dengan hormat, "Selamat pagi, Nyonya," sapa mereka, namun Anya hanya melewati mereka tanpa membalas, wajahnya masih tampak pucat dan terguncang.

1
alfy
arga..laki laki kok gak punya pendirian
Uthie
permainan ibu tiri yg jahat!!
Muchamad Ridho
udh bab 10..tp ko blm jelaaass msalhnya apa..cm penghianatn manta..😏😏
Umi Badriah
penuh teka teki
@Al🌈🌈
/Good/
Uthie
jangan mancing singa yg sedang mengaum 😂
alfy
lanjut thor
Uthie
semoga bisa terkuak yg berniat jahatnya....
Aerik_chan
3 iklan untuk mensuprot kakak...
Uthie
benarkah itu?!??? 🙄
Putusri Martini
ceritanya menarik 👍👍
Uthie
nexxxttt 💞
Uthie
Wahhh.. Arga terluka! 😟
Uthie
nexxxttt 💞
Aerik_chan
1 bunga untukmu kakkk
Aerik_chan
mantan kayak gini enaknya diapaain ya...
Uthie
Anya membingungkan juga...
Arga juga blm terbuka soal kejelasan skandal dia sama wanita2 yg digosipkan!!!
Uthie
kenyataan soal Arga gimana nii ?!??? 🤨😤
Isma Nayla
anya apa gk jijik bila kembali sama arga,sdh jln sama bnyak cewek mngkin jg sdh zina.
klu reno kn nikah sm wanita lain gk zina jg.
gitu kok anya tetap cinta arga.iihh...😒
Aerik_chan
ibarat sudah jatuh ketimpa tangga nih...semangat anya...1 iklan untukmu biar semangat.
jangan lupa mampir di "Menukahi musuh kakakku"
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!