Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan Kecil Di Tempat Kerja
Semalaman Yumna sibuk mengumpulkan setiap data yang bersangkutan dengan Rio dan Salsa. Meski setiap kali melihat foto mereka dan mengingat cerita yang pernah dia lalui, Yumna merasa kembali ke saat itu. Dimana hidupnya benar-benar hampir berakhir. Yumna memegang perutnya sendiri, bekas operasi masih berbekas disana. Anaknya yang bahkan ikut pergi, dan kemarahan Yumna semakin besar ketika mengingat kepergian anak yang sudah dia nantikan selama ini.
"Nak, bantu Ibu untuk membalas dendam pada mereka semua. Kepergian kamu adalah kehancuran terbesar bagi Ibu, dan Ibu ingin mereka juga hancur lebih dari ini"
Yumna mengusap air mata yang mengalir begitu saja. Menatap pada figura kecil di atas meja kerjanya, bukan fotonya, tapi itu adalah foto hasil USG anaknya yang sudah tiada. Yumna menyimpannya sebagai kenang-kenangan dan pengingat jika dia pernah hampir menjadi seorang Ibu, sebelum dua orang menghancurkannya.
Setelah Yumna bersiap, dia keluar dari Apartemennya dan menekan bel di pintu seberangnya. Menunggu beberapa saat sampai Davin membukakan pintu.
"Sudah siap Pak? Kita langsung pergi ke lokasi proyek sekarang"
"Ya"
Mereka pergi bersama menuju lift, saat sampai di basement Apartemen, Davin mengulurkan tangannya pada Yumna.
"Kali ini aku saja yang nyetir, aku tidak biasa di sopiri wanita"
Tidak banyak bicara, Yumna langsung menyerahkan kunci mobil Davin yang sejak semalam dia sita karena takut Davin akan menyelinap keluar sendiri untuk hiburan malam.
"Tapi nanti kunci mobilnya kembalikan padaku saat sudah kembali bekerja"
"Ck, ini 'kan mobilku, kenapa kau yang ngatur?"
"Justru karena ini mobil anda, Pak. Saya takut nanti mobil ini malah dipakai untuk menjemput para kupu-kupu malam binasa itu"
Davin hanya bisa menghembuskan napas panjang sambil fokus mengemudi. Sepertinya dia memang tidak akan pernah bisa bebas lagi selama Yumna masih di sampingnya.
Bagaimana caranya agar dia mengundurkan diri ya? Aku harus cari cara.
Davin melirik ke arah Yumna yang sedang membuka tab di tangannya. Wajah fokusnya sejenak terlihat sedikit berbeda di mata Davin. Ketika Yumna mendongak dan ikut menoleh padanya, Davin langsung gelagapan dan berpaling ke jendela mobil. Tanpa sadar dia terus memandangi wajah Yumna yang sedang serius itu.
"Sudah hijau Pak" ucap Yumna saat melihat lampu lalu lintas sudah berubah warna jadi hijau.
Davin tidak menjawab, tapi dia sedikit gelagapan dan langsung kembali tancap gas. Apalagi saat mobil di belakangnya sudah membunyikan klakson ingin segera melaju.
"Kalau nyetir itu jangan sambil melamun Pak, bahaya"
"Siapa juga yang melamun"
Yumna mengangkat bahunya acuh, memang Davin orang yang sulit di hadapi dan tidak pernah mau kalah. Membuat Yumna mulai sadar, jika dia harus banyak mengalah agar pria ini diam dan tidak bertingkah.
Sampai di lokasi proyek pembanguan sebuah penginapan baru di pinggir kota. Lokasinya dekat dengan Pantai, dan ini akan menambah kesan indah untuk penginapan ini karena pemandangannya. Mereka sudah memakai topi kerja proyek, dan pergi melihat-lihat progres pembangunan ini. Yumna terus mengikuti Davin yang sedang berbicara dengan mandor proyek ini. Mencatat beberapa hal penting yang mereka bicarakan.
"Ya kami butuh waktu kurang lebih tiga bulan lagi untuk menyelesaikan semuanya sampai tuntas, Tuan"
"Hanya tiga bulan, dan aku tidak menerima penambahan waktu lagi" tegas Davin.
"Baik Tuan"
Yumna membuka botol air mineral di tangannya, mengikuti Davin berkeliling di bawah matahari yang terik, membuatnya kehausan juga. Menatap Davin yang masih berbicara serius dengan mandor proyek pembangunan. Sampai tatapan Yumna tertuju pada bagian tangga besi yang bergerak di samping mereka berdua, seketika Yumna langsung melempar botol minumnya dan berlari menarik tangan Davin sebelum tangga itu benar-benar jatuh menimpanya.
Brak... Tangga itu benar-benar jatuh ke tempat dimana Davin berdiri tadi. Hal itu cukup mengejutkan bagi orang-orang yang berada disana. Pak Mandor langsung menghampiri Davin dan melihat keadaannya, sementara yang lain segera membenarkan tangga itu yang menindih satu kaki Yumna.
"Tuan Davin tidak papa?" tanya Pak Mandor.
Davin bangun dan melirik tajam pada Mandor proyek ini. Dia membantu Yumna untuk bangun terduduk, melihat kakinya yang membiru karena tertindih tangga besi tadi.
"Kalian bekerja tidak mementingkan keselamatan orang lain, apalagi dengan keselamatan kalian sendiri!"
"Mohon maaf Tuan, saya janji akan lebih memperhatikan keselamatan"
"Sekali lagi ada kejadian seperti ini, pekerja disini akan saya ganti semua!"
"Saya jamin tidak akan ada lain kali kejadian seperti ini, Tuan. Maafkan kami yang lalai"
Yumna memegang kakinya yang terasa sakit, bahkan untuk di geser saja terasa sangat sakit. Pergelangan kakinya membiru.
"Bu Yumna, biar kami antar ke rumah sakit"
"Tidak usah" Davin langsung menepis tangan Pak Mandor yang sudah ingin membantu Yumna, dan dia langsung menggendong Yumna.
"Saya bisa berjalan Pak" Yumna cukup kaget dengan Davin yang langsung menggendongnya di depan banyak orang seperti ini. "Sepertinya kaki saya hanya memar saja, tidak patah kok"
"Diamlah! Kau berisik sekali" Davin membuat mulut Yumna seketika bungkam, padahal dia hanya tidak enak saja sampai di gendong oleh atasan seperti ini. "Buka!" Yumna mengerjap, baru sadar jika mereka sudah sampai di mobil dan Davin memintanya untuk membuka pintu belakang.Setelah pintu terbuka, Davin mendudukan Yumna di kursi belakang dengan kaki masih keluar dari pintu mobil yang terbuka.
"Eh, anda mau ngapain Pak?" Yumna kaget saat Davin berlutut di depannya dan mengangkat kakinya yang sakit untuk bertumpu dilututnya sendiri. "Pak, tidak usah. Ini hanya memar saja"
"Kau itu berisik sekali ya, diam saja tidak bisa!"
Yumna langsung mengatupkan bibirnya, sepertinya memang dia terlalu banyak bicara hingga Davin terlihat kesal. Tak lama kemudian Pak Mandor tadi membawakan es batu yang sudah dilapisi oleh kain.
"Ini Tuan untuk kompres kaki Bu Yumna" Tatapan Pak Mandor juga tidak bisa berbohong, jika dia cukup terkejut melihat apa yang dilakukan Davin saat ini pada Sekretarisnya.
Yumna lebih terkejut lagi, melihat Davin yang mengompres pergelangan kakinya yang memar dan sedikit memberikan pijatan lembut agar urat-urat yang tegang, mulai kembali lentur.
"Kakimu tidak terkilir, hanya memar karena tertindih benda berat saja. Nanti di Kantor kita pasang perban, saat pulang harus di kompres lagi"
"Iya Pak"
Davin berdiri, dia menatap Yumna dengan datar. Entah kenapa jantungnya seolah hampir berhenti berdetak saat melihat Yumna yang hampir tertindih tangga besi tadi hanya karena menolongnya.
"Sebaiknya jangan terlalu ceroboh dalam bertindak, kau bisa melukai dirimu sendiri"
"Saya hanya menolong Pak Davin-"
"Tidak perlu, daripada kau sendiri yang terluka. Tidak perlu menolong orang lain. Kalau kau mati tertindih tangga tadi bagaimana? Penginapan ini akan jadi tempat angker"
Ya Tuhan, bisa-bisanya dia mengarang cerita seperti itu. Dia pikir kalau aku mati disini akan gentayangan jadi hantu gitu?
"KIta kembali ke Kantor sekarang"
"Iya Pak"
Bersambung