Anatasya menyembunyikan identitasnya sebagai putri bungsu keluarga konglomerat dari suaminya. Ia membantu Adrian membuka perusahaan. Tapi siapa sangka ternyata Adrian tidak pernah mencintai Anatasya, dia bahkan jijik dengan bau amis yang melekat pada tubuh istrinya.
Suatu hari, Adrian menceraikan Anatasya dan mengungkapkan bahwa dia memiliki pacar, yaitu Clara, seorang wanita kaya dan cantik yang merupakan adik sepupu dari keluarga Santoso.
Anatasya merasa hancur dan terhina. Tasya akan membuat orang yang menyakiti nya membayar mahal dibantu oleh ketiga abangnya. Damian, Julian dan Rafael.
Ketiga Abangnya tidak akan membiarkan adik bungsu mereka terluka.
Bagaimana reaksi Adrian dan keluarga nya setelah mengetahui jika wanita yang selama ini mereka hina adalah putri konglomerat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TK - 31 Konferensi Pers
Hari ini Damian mengadakan konferensi pers mendadak. Ditemani oleh pengacara keluarga Santoso, ia membantah semua tuduhan yang dilontarkan kepadanya.
"Semua informasi yang beredar adalah fitnah yang tidak berdasar," tegas Damian di depan awak media.
"Insiden perkelahian di masa lalu adalah murni upaya saya untuk membela teman yang menjadi korban bullying. Dan mengenai investasi, itu adalah keputusan bisnis yang saya ambil di awal karier saya, dan saya bertanggung jawab penuh atas segala risikonya. Faktanya, investasi itu pada akhirnya memberikan keuntungan yang signifikan." jelas Damian jujur.
Damian juga tidak segan-segan menyebutkan bahwa ia akan mengambil jalur hukum terhadap siapa pun yang menyebarkan fitnah ini.
"Kami telah mengidentifikasi beberapa akun penyebar berita palsu, dan kami tidak akan ragu untuk membawa masalah ini ke jalur hukum. Kami juga akan bekerja sama dengan pihak berwajib untuk menemukan dalang di balik semua ini." tambah nya.
Anatasya, yang mendampingi Damian, juga memberikan pernyataan.
"Saya percaya sepenuhnya pada Damian. Saya mengenalnya sebagai pria yang jujur, bertanggung jawab, dan penuh kasih. Semua tuduhan ini tidak akan menggoyahkan kepercayaan saya padanya."
Pernyataan Damian dan Anatasya yang solid, didukung oleh bukti-bukti yang menjelaskan konteks sebenarnya dari insiden-insiden yang disebarkan, berhasil meredam badai fitnah tersebut.
Beberapa media yang terlanjur memberitakan tanpa verifikasi segera menarik berita mereka dan meminta maaf. Akun-akun gosip palsu yang menyebarkan fitnah juga diblokir.
Meskipun demikian, Jamilah, Adrian, dan Winda tidak menyerah. Mereka terus mencari cara lain.
"Ini tidak bisa dibiarkan!" teriak Jamilah, membaca berita tentang klarifikasi Damian.
"Mereka terlalu kuat. Kita butuh sesuatu yang lebih besar."
Adrian merasa putus asa. "Ma, mereka terlalu pintar. Kita tidak bisa mengalahkan mereka."
Wajah Jamilah memerah karena amarah, namun matanya memancarkan tekad yang mengerikan.
"Tidak ada kata menyerah, Adrian! Apa pun caranya, kita harus menjatuhkan Damian. Aku tidak akan membiarkan kita kembali miskin dan diremehkan." Ia menoleh pada Winda yang diam saja sedari tadi.
"Winda, kau masih punya kenalan di industri hiburan, kan?"
Winda sedikit terkejut dengan pertanyaan mendadak itu.
"Ada, Ma. Kenapa?"
"Bagus," seringai Jamilah semakin lebar.
"Kita butuh seseorang yang bisa masuk ke lingkaran dalam mereka. Seseorang yang bisa membuat Damian melakukan kesalahan fatal, atau setidaknya, menimbulkan keraguan besar di hati Anatasya."
Adrian mengerutkan kening. "Maksud Mama... kita menyewa orang untuk mendekati Damian?"
"Lebih dari itu," jawab Jamilah.
"Kita akan membuat Damian terlihat seperti pengkhianat. Jika Anatasya melihat Damian dengan wanita lain, atau terlibat dalam skandal yang lebih besar, percayalah, kepercayaan Anatasya akan hancur lebur."
Winda, meskipun enggan, mulai memikirkan beberapa nama. "Tapi Ma, ini terlalu berisiko. Kalau sampai ketahuan..."
"Kita tidak akan ketahuan, Winda. Kita akan bergerak cerdik," potong Jamilah dengan nada menenangkan, namun matanya tetap tajam.
"Yang penting, hasil akhirnya. Anatasya bisa kuasai kembali. Dan harta Anatasya bisa jadi milik kita lagi."
Adrian, yang awalnya ragu, perlahan-lahan terhasut oleh ambisi sang ibu. Bayangan hidup mewah kembali menghantui pikirannya.
"Lalu, bagaimana dengan detektif itu, Ma? Apa dia sudah menemukan informasi soal orang tua kandung Damian?" tanya Winda.
Jamilah dan Winda melirik Adrian.
Adrian hanya bisa menghela nafas kasar.
☘️☘️
Di sisi lain, detektif swasta yang disewa Adrian, setelah beberapa hari penyelidikan intensif, akhirnya mendapatkan titik terang. Ia berhasil melacak keberadaan seseorang yang dulu memiliki hubungan dekat dengan keluarga kandung Damian. Pertemuan itu berlangsung di sebuah kafe terpencil di pinggir kota.
"Jadi, Anda bilang Anda mengenal orang tua kandung Damian Santoso?" tanya detektif itu, merekam percakapan mereka.
Pria paruh baya di hadapannya mengangguk pelan. "Ya. Mereka adalah orang-orang yang sangat baik, namun hidup mereka penuh dengan tragedi. Damian diadopsi oleh keluarga Santoso setelah kedua orang tua kandungnya meninggal dalam sebuah kecelakaan."
Detektif itu merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kecelakaan. "Kecelakaan apa? Bisakah Anda menceritakan detailnya?"
Pria itu terdiam sejenak, wajahnya menunjukkan kesedihan. "Kecelakaan itu... sebenarnya bukan kecelakaan biasa. Ada indikasi sabotase. Orang tua kandung Damian adalah ilmuwan yang sedang mengembangkan teknologi revolusioner. Mereka dibungkam karena penemuan mereka bisa mengancam kepentingan pihak-pihak besar."
Informasi ini mengejutkan detektif. Ia tahu ini bukan sekadar gosip murahan, melainkan potensi skandal besar yang jauh lebih berbahaya daripada fitnah-fitnah sebelumnya. Ia segera menghubungi Adrian.
"Bos, saya punya informasi yang jauh lebih besar dan sensitif tentang masa lalu Damian," lapor detektif itu, suaranya sedikit tegang.
"Ini bukan tentang perkelahian atau investasi. Ini tentang orang tua kandungnya dan bagaimana mereka meninggal."
☘️☘️
Di kediaman Santoso, suasana mulai terasa sedikit lebih tenang setelah konferensi pers. Kopi hangat mengepul dari cangkir di meja ruang keluarga, namun ketegangan masih menggantung di udara.
Damian duduk di samping Anatasya, jemarinya menggenggam tangan tunangannya erat. Rafael dan Julian duduk berhadapan, sementara Gerald sibuk dengan ponselnya.
"Konferensi persnya berjalan lancar, Kak." ucap Rafael, menghela napas lega. "
"Banyak media yang sudah menarik beritanya. Aku juga sudah meminta tim untuk memantau terus akun-akun gosip."
"Ya, setidaknya badai awal sudah sedikit mereda," timpal Julian, nada suaranya lebih serius dari biasanya. "Tapi kita tahu ini belum berakhir. Keluarga Pratama itu tidak akan menyerah begitu saja."
Anatasya mengangguk setuju. "Mereka pasti sedang menyusun rencana lain. Terutama Jamilah. Dia tidak akan puas sebelum melihat kita hancur."
Damian merenung. Kata-kata detektif yang disewa Adrian tentang orang tua kandungnya kembali terngiang.
"Rafael, bagaimana dengan progres penyelidikanmu terkait detektif yang disewa Adrian?"
Rafael mengangkat kepala dari ponselnya. "Tim kita sedang melacaknya. Ada indikasi dia sudah mendapatkan informasi yang lebih dalam dari sekadar gosip awal. Dan sepertinya, informasi itu terkait dengan latar belakang orang tua kandungmu, kak."
Mata Damian menyipit. "Aku sudah menduga. Mereka akan mencoba mencari kelemahan di sana. Aku sudah meminta assistenku untuk mengantisipasi ini."
Ia menoleh pada Anatasya. "Anatasya, ide kamu kemarin tentang mencari tahu lebih jauh tentang orang tua kandungku itu bagus. Kita tidak bisa biarkan mereka memutarbalikkan fakta."
Anatasya tersenyum tipis. "Ya, kalau mereka mencoba menyerangmu dengan kebenaran yang disembunyikan, kita akan mengubah kebenaran itu menjadi senjata kita."
"Benar," Damian setuju.
"Rafael, Julian, aku ingin kalian membantu assistenku. Cari tahu semua yang bisa kita ketahui tentang orang tua kandungku. Selidiki kecelakaan itu. Jika ada sesuatu yang tidak beres, kita harus mengungkapnya. Kita akan menggunakan informasi ini bukan untuk menyerang mereka, tapi untuk melindungi diri kita dan membersihkan namaku sepenuhnya."
Rafael dan Julian saling pandang, kemudian mengangguk mantap. Ini bukan lagi sekadar mempertahankan diri, ini adalah serangan balasan yang terencana.
"Dan pastikan semua yang kita lakukan tetap legal dan etis," tambah Damian.
"Kita tidak akan menjadi seperti mereka. Kita akan menang dengan cara yang bersih."
Rafael mengacungkan jempol. "Siap, kak. Aku akan segera berkoordinasi dengan tim investigasi kita."
Keluarga Santoso, yang tadinya diserang dengan fitnah, kini bersiap untuk mengambil alih kendali narasi. Mereka tidak hanya akan membela diri, tetapi juga menggali kebenaran yang tersembunyi, siap untuk membalikkan keadaan kapan saja Jamilah dan Adrian melancarkan serangan berikutnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...