NovelToon NovelToon
Mafia Itu Kekasihku

Mafia Itu Kekasihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Hamil di luar nikah / Cinta pada Pandangan Pertama / Roman-Angst Mafia / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: jasmoone

Farrah, gadis desa yang lugu, berhasil menaklukkan hati seorang Mafia kejam bernama Martin.

Kisah cinta mereka berawal ketika Martin tidak sengaja melihat Farrah menangis histeris di bandara, ia dipaksa ikut dengan seorang pria paruh baya sebagai ganti hutang ayahnya yang tidak bisa dibayar.

Meskipun saling mencintai, namun masalah besar yang dihadapi oleh Martin menjadi kendala dalam hubungan mereka.


Baca selengkapnya di novel ini >>>>>

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jasmoone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Naluri seorang Ibu

   Setelah melihat plat mobil itu, Martin berhenti menyerang segerombolan laki-laki itu, ia segera mengajak Farrah pergi dari tempat itu.

   " Pegangan yang kuat. " Ujar Martin seraya menancap gas motornya.

   Farrah memeluk erat kekasihnya itu, mereka pun melaju dengan kecepatan tinggi.

   Dalam perjalanan, Farrah mencoba bertanya pada Martin kenapa dia tiba-tiba mengajak Farrah pergi saat melihat mobil warna hitam berhenti tadi.

   Namun Martin memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Farrah, ia justru menambah kecepatan motornya agar cepat sampai ke villa.

   Hal itu membuat Farrah semakin curiga, dan menimbulkan seribu tanya di hatinya.

   Tak lama kemudian, mereka pun tiba di villa.

   Farrah terlihat ingin menanyakan kembali hal yang sempat ia tanyakan pada Martin saat dalam perjalanan tadi, namun Martin tampak mencari alasan untuk tidak menjawab.

   Martin segera mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi, Farrah tampak kesal karena merasa diabaikan oleh kekasihnya itu.

   Setelah satu jam dalam kamar mandi, Martin pun akhirnya keluar dengan wajah yang sudah tampak segar.

   Tanpa bicara sepatah kata pun, Farrah juga akhirnya masuk ke kamar mandi dengan wajah yang masih tampak kesal.

   Setelah beberapa saat, Farrah pun selesai mandi.

   Setelah mengganti pakaian, Farrah menghampiri Martin yang sedang berbaring di tempat tidur.

   Farrah menatap dalam Martin, dan mengutarakan beberapa hal pada Martin.

   " Martin, aku tidak tahu siapa kau sebenarnya, yang ku tahu kau adalah orang yang telah menyelamatkanku. " Ujar Farrah sambil menatap Martin.

   " Siapa pun aku, itu tidak penting Farrah. Yang harus kau tahu, aku tidak akan menyakitimu dan ku pastikan tidak ada satu orang pun bisa menyakitimu. " Balas Martin sambil mengusap pelipis Farrah.

   " Entahlah, semua ini membingungkanku. Aku seperti di timang dan buai oleh kesesatan yang tak bertepi. " Ucap Farrah dengan tatapan semakin dalam.

   " Aku tahu apa yang kau khawatirkan Farrah, maafkan aku yang tidak bisa mengatakan apa-apa saat ini untuk menenangkan hatimu. Tapi percayalah, engkau lah alasanku ingin tetap hidup hingga saat ini. " Gumam Martin dalam hati seraya menatap Farrah.

  Melihat Martin hanya diam dan memandangi dirinya saja, Farrah makin terpancing emosi karena merasa Martin mengabaikannya.

   " Aku tidak tahu, ini hanya tipuan bibir jurang atau takdir yang akan membawaku keluar dari semua penderitaan, tapi yang pasti aku terlanjur nyaman terjebak di dalamnya. " Ujar Farrah, semakin membuat Martin bingung harus menjawab apa.

   Martin pun semakin terdiam dan menatap inc demi inc wajah kekasihnya itu, terukir sedikit kesedihan di wajah Martin.

   " Kau tidak usah meragukanku Farrah, kau wanita pertama yang kucintai setelah ibuku. Yang ku takutkan adalah Tuhan memanggilku disaat engkau masih membutuhkanku. " Gumam Martin dalam hati seraya memeluk Farrah dengan tulus.

   Farrah seperti merasakan ketulusan Martin, ia tiba-tiba menangis saat Martin memeluknya.

   Tak lama kemudian, Farrah dan Martin pun memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum makan siang.

...***...

   Sementara di rumah, Salma Ibunya Farrah tengah bersedih karena sejak hari itu nomor ponsel sang anak tidak bisa dihubungi.

   Sadikin telah menipunya. Sadikin mengatakan pada Salma bahwa hari itu, Farrah tidak ikut pulang ke rumah karena kebetulan Farrah mendapatkan tawaran pekerjaan di kota, dan pihak perusahaan ingin Farrah langsung bekerja hari itu.

   Meskipun demikian, namun naluri seorang Ibu tidak bisa dibohongi. Salma mencoba percaya pada suaminya tapi ia merasakan sesuatu yang janggal tentang Farrah.

   Salma mencoba menghubungi nomor ponsel sang putri, tapi nomor ponsel Farrah diluar jangkauan hingga saat ini.

   " Farrah, kamu di mana Nak?, kabari Ibu sekali saja walaupun hanya sekedar SMS. " Ratap Salma sambil memandangi nomor ponsel Farrah.

   Melihat Salma dari tadi duduk di pintu dan memandangi ponselnya, Sadikin pun menghampiri sang istri.

   " Sudahlah Bu, jangan lebay ah!. Farrah sudah besar kok, ia pasti bisa jaga diri di sana. " Ucap Sadikin seraya mengambil ponsel dari tangan istrinya.

   " Ini bukan lebay, yah. Anak kita tidak ada kabar dan tidak bisa dihubungi sudah beberapa bulan ini, bagaimana Ibu bisa tenang!. " Jawab Salma sambil menangis.

   " Ah sudahlah Bu, tidak usah dibesar-besarkan, Farrah bukan anak kecil lagi!. " Bentak Sadikin seraya masuk ke kamar.

   Perkataan Sadikin membuat Salma semakin curiga.

   " Mas Sadikin kok kelihatannya tidak khawatir sama sekali dengan tidak aktifnya nomor HP Farrah. " Gumam Salma dalam hati.

   Salma sedikit curiga dengan gelagat suaminya, namun ia tidak ingin gegabah menuduh Sadikin.

   Dari kejauhan, tampak tiga orang laki-laki berjalan menuju ke arah rumah Sadikin.

   Tak lama kemudian, suara laki-laki memanggil Sadikin.

   " Kin, apakah kau ada di dalam?. " Teriak salah satu dari mereka.

   Mendengar suara itu, Sadikin pun mengintip dari lobang dinding. Ternyata yang datang adalah Jarwo dan dua orang anak buahnya.

   Sadikin pun langsung melarikan diri lewat pintu belakang, Salma tidak mengerti mengapa suaminya bertindak demikian.

   Biasanya Sadikin menyambut dengan baik setiap ada tamu yang datang, namun kali ini Sadikin seperti melihat sesuatu yang menakutkan.

   Salma pun mencoba keluar dan memastikan siapa yang datang.

   " Ada yang bisa dibantu Pak? " tanya Salma.

   " Sadikin mana? " tanya Jarwo.

   " Oh, Mas Sadikin, kebetulan sedang tidak di rumah Pak. " Jawab Salma sambil tersenyum.

   Jarwo tampak tertegun, tadinya dia hendak marah, namun melihat wajah Salma yang hampir mirip dengan Farrah, ia pun seketika melunak.

   " Pantasan anaknya cantik, Ibunya saja secantik ini. " Gumam Jarwo dalam hati.

   Melihat Jarwo diam saja, Salma pun basa-basi menawarkan minuman.

   " Bapak bertiga, mau minum apa? kopi atau teh?, biar saya bikinkan. " Tanya Salma basa-basi.

   " Oh, tidak usah, kita mau langsung cabut saja, tadi kirain Sadikin ada di rumah. " Ujar Jarwo.

   " Kalau sekiranya ada yang penting, tunggu saja pak, mungkin mas Sadikin sebentar lagi pulang. " Ujar Salma berbasa-basi lagi.

   " Oh, tidak usah, lain kali saja. Kalau begitu kita pamit dulu ya. " Ucap Jarwo seraya mengajak dua anak buahnya itu pergi.

   " Kenapa tidak jadi boss?, bukannya tadi boss bilang mau memorakporandakan pondoknya Sadikin? " tanya salah satu anak buah Jarwo.

   " Sadikinnya tidak ada di rumah, itu urusan saya dengan Sadikin bukan dengan istrinya. " Jawab Jarwo beralasan.

   Jarwo dan anak buahnya pun akhirnya pulang ke kota.

...***...

   Sementara, di sekitar rumah Martin sedang terjadi pertarungan antara anak buah Baskoro dan rekan-rekan Martin.

   Anak buah Baskoro mencoba menculik Anna, adiknya Martin untuk memancing Martin keluar dari persembunyiannya.

   Namun rekan-rekan Martin tidak tinggal diam, mereka menghajar habis anak buah Baskoro yang berani macam-macam pada Ibu dan adiknya Martin.

   Setelah berhasil menumbangkan semua anak buah Baskoro, rekan-rekan Martin merasa sangat lega.

   Mereka tahu, Baskoro tidak akan tinggal diam, untuk mengantisipasi kemungkinan buruk selanjutnya, mereka memutuskan untuk tidak meninggalkan Ibu dan adiknya Martin selama Martin tidak di rumah.

...***...

   Setelah beberapa jam istirahat, Farrah akhirnya terjaga dengan perasaan sedikit sedih dan gelisah.

   Ia kepikiran dengan Ibunya di kampung, Farrah sedih karena tidak bisa berkomunikasi dengan Ibunya untuk sementara waktu.

   Ia sengaja mengganti nomor ponselnya dan tidak memberitahukan nomor barunya pada sang Ibu karena takut diketahui oleh ayahnya.

   " Bu, maafkan aku, aku tahu Ibu pasti mengkhawatirkanku, aku akan mencari dan akan menceritakan semuanya pada Ibu jika situasi sudah memungkinkan. " Gumam Farrah dalam hati dengan mata berkaca-kaca.

1
Tree
⭐⭐⭐⭐⭐😁🥳🔨
Curtis
Bikin nangis dan senyum sekaligus.
jasmoone: Hehe, terima kasih sudah mampir kak ☺☺
total 1 replies
Lee
Hai..salam kenal ya..
mari saling dukung
dan semangat menulis 💪
jasmoone: Hai kak, salam kenal dari pemula ya 🤝💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!