Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24 ONS
Delia melanjutkan pekerjaannya merapikan tanaman, sambil memikirkan tentang masa depannya dengan Aryan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah bayi itu lahir, dan apakah Aryan akan memenuhi janjinya untuk membiarkannya pergi?
Setelah selesai merapikan tanaman, Delia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan beristirahat. Dia merasa sedikit lelah dan ingin berbaring di tempat tidur.
Saat dia masuk ke dalam rumah, dia melihat Jenny yang sedang berbicara dengan seorang asisten rumah tangga. Jenny memperhatikan Delia dengan mata yang penuh kebencian, dan Delia bisa merasakan bahwa Jenny tidak menyukainya.
"Aku tidak tahu apa yang Aryan lihat darimu," kata Jenny dengan suara yang kasar. "Bisa-bisanya Aryan mempekerjakan wanita miskin dan tidak tahu sopan santun sepertimu dirumah ini."
Delia memperhatikan Jenny dengan mata yang tenang, dan dia tidak membalas kata-kata Jenny. Dia tahu bahwa Jenny sedang marah dan tidak ingin memperkeruh suasana.
"Aku tidak peduli dengan pendapatmu," kata Delia dengan suara yang lembut. "Aku hanya ingin menjalani hidupku dengan baik."
Jenny memperhatikan Delia dengan mata yang penuh kebencian, dan dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia berbalik dan pergi meninggalkan Delia yang masih berdiri di tengah ruangan.
Delia memperhatikan Jenny yang pergi dengan mata yang tenang, dia tidak ingin memperkeruh suasana. Dia memutuskan untuk naik ke atas dan beristirahat di kamar. Namun, tiba-tiba Mama Aryan menghentikan langkah Delia.
Wanita paruh baya itu memperhatikan Delia dengan mata yang penuh ketidaksetujuan. "Aku tidak tahu apa yang Aryan lihat darimu," kata Mama Aryan dengan suara yang tegas. "Kau tidak lebih dari sekedar wanita biasa yang kebetulan hamil anak Aryan."
Delia memperhatikan Mama Aryan dengan mata yang tenang, dia tidak membalas kata-kata Mama Aryan. Dia tahu jika wanita paruh baya itu tidak menyukainya. Tapi hal itu tidak membuat Delia terusik, karena dia juga sebenarnya terpaksa tinggal dan menikah dengan Aryan.
"Aku hanya ingin membesarkan bayiku, dan putramu lah yang memaksaku untuk menikah dengannya." kata Delia dengan suara yang tenang.
Mama Aryan memperhatikan Delia dengan tajam, dan dia tidak mengatakan apa-apa lagi.
Naima yang melihat kejadian itu, memperhatikan Mamanya dengan mata yang penuh perhatian. "Ma, apa yang terjadi?" tanya Naima dengan suara yang lembut.
"Aku tidak suka melihat wanita itu di sini," kata Mama Aryan dengan suara yang tegas. "Dia tidak pantas untuk menjadi istri Aryan."
Naima memperhatikan sang Mama dengan mata yang penuh perhatian, dan dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia tahu bahwa Mamanya itu tidak menyukai Delia, tapi dia akan terus mencoba untuk membuat Mamanya menerima Delia sebagai menantu.
"Delia, kau istirahatlah di kamar. Aku akan siapkan susu untukmu."
Delia tersenyum tipis dan pergi dari ruang tengah.
"Kenapa kau harus bicara manis padanya? Mama yakin, wanita seperti dia pasti pelan-pelan akan berusaha menguasai harta Aryan."
"Ma, tenanglah. Mama terlalu berpikir negatif tentang Delia. Dia itu wanita yang baik, Aryan saja yang sudah menghancurkan hidup dan masa depannya."
"Kau malah menyalahkan adikmu?" Jemima melirik tajam Naima.
"Bukan menyalahkan, tapi itu fakta, Ma! Tidak mudah menjadi Delia, jika kita berada di posisinya, belum tentu kita bisa sekuat dia seperti saat ini."
"Apa yang sudah wanita itu berikan padamu, sampai kau membelanya?"
"Delia tidak memberikan atau mengatakan apa pun padaku. Tapi, sebagai seorang wanita, aku bisa memahami rasa sakit yang dia rasakan." Naima pergi meninggalkan Mamanya, dia bergegas membuatkan susu untuk Delia.
Jemi merasa marah. "Baru satu hari dia tinggal disini, tapi semua anakku sudah berpihak padanya. Lama-lama dia pasti bisa menguasai semuanya. Wanita biasa seperti dia, bisa melakukan apa pun demi tujuan utamanya."
Naima masuk ke dalam kamar Delia, dia melihat adik iparnya itu sedang duduk sambil melamun.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Naima, seraya meletakkan segelas susu di atas meja. Kemudian, dia duduk di dekat kaki Delia.
"Tidak ada." sahut Delia singkat, dia masih was-was dengan kebaikan Naima. Dirinya takut jika itu adalah salah satu rencana keluarga Aryan untuk mengambil calon bayi itu dari Delia.
"Jangan terlalu memikirkan perkataan Mama, dia memang seperti itu jika belum mengenal sifat seseorang dengan baik." Naima mengulurkan tangannya, dia memegang kaki Delia membuat wanita itu terkejut.
"Jangan sentuh, Kak! Kau lebih tua dariku, tidak baik menyentuh kakiku seperti itu."
"Aku hanya ingin memijatnya supaya kau merasa rileks, dan pikiranmu menjadi tenang. Otomatis, bayi yang ada di kandunganmu pasti juga akan merasakannya."
"Tidak perlu, aku baik-baik saja. Terima kasih untuk susunya, nanti akan ku minum." ucap Delia tersenyum tipis.
"Baiklah, jangan lupa minum vitamin mu. Aku keluar dulu." Naima beranjak dari sana, lalu menutup pintu dengan pelan.
Setelah Naima pergi, Delia menghela napas panjang.
"Entah siapa yang harus ku percaya di rumah ini." gumamnya penuh kebimbangan.
****
Bersambung
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai