BERAWAL DARI SALAH KIRIM NOMOR, BERAKHIR DI PELAMINAN?!
Demi tes kesetiaan pacar sahabatnya, Dara (22) nekat kirim foto seksi sambil ngajak "kawin". Sayangnya, nomor yang dia goda itu BUKAN nomor pacar sahabatnya, tapi Antonio (32), Oom-nya Acha yang dingin, mapan, tapi... diam-diam sudah lama suka sama Dara!
Dara kabur ke pelosok desa, tapi Nio justru mengejar. Dara mencoba membatalkan, tapi Nio justru malah semakin serius.
Mampukah Dara menolak Om-om yang terlalu tampan, terlalu dewasa, dan terlalu bucin karena salah chat darinya ini?
Novel komedi tentang cinta yang beda usia 10 tahun. Yuk, gas dibaca. Biar tahu keseruan hidup Dara-Nio yang serba gedabak-gedebuk ini 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Suara Apa Itu?
Setelah doa-doa selesai dilantunkan, Acha menggandeng tangan sahabatnya--- yang kini telah menjadi bibinya, untuk keluar bersama-sama dan menemui Nio yang beberapa menit lalu telah sah menjadi suami Dara di mata agama dan hukum negara.
Dara duduk di samping suaminya. Dia meraih tangan Nio untuk dicium. Sementara itu, Nio menyentuh puncak kepala istrinya, membacakan doa-doa. Setelah semua itu, dia mencium dahi istrinya.
"Akhirnya si Dara sah juga jadi bininya Oom gue," gumam Acha.
Dia menoleh ke samping, pada Antony---pacarnya, yang memang sengaja datang ke acara pernikahan Nio dan Dara atas undangan si mempelai wanita. Sekalian, biar Antony bisa berkenalan dengan keluarga besarnya Acha.
"Kayaknya mereka enggak senolak itu buat nikah, Ay." ujar Antony.
Dia sudah mendengar beberapa cerita dari Acha mengenai kisah cinta Dara dan Nio yang serba gedubrak dor ngenggg ini, tapi saat dia melihat mereka langsung... sepertinya tidak begitu juga, tuh.
Acha menatap kedua mempelai yang saat ini sedang difoto sambil memamerkan cincin dan buku nikah mereka itu.
"Aslinya enggak begitu. Dara terpaksa doang nikahin Oom, karena kasus yang aku bilang itu loh Ay. Dia bahkan udah bilang ke Oom kalau dia enggak mau disentuh pas malam pertama nanti." jelas Acha.
Antony mengikuti arah pandang kekasihnya. Kedua mempelai kini masih saling tersenyum di depan kamera. Tatapan Antony beralih pada Oom nya Acha. Dia bisa melihat betapa penuh cintanya tatapan Nio saat melihat istrinya, dan juga... ada kilatan nafsu disana.
'Kalian berdua polos sekali kalau percaya itu, Ay.' batin Antony.
***
Pukul 10 malam, akhirnya serangkaian resepsi pernikahan berakhir juga. Dara mandi duluan, baru kemudian gantian Nio yang pergi. Tidak ada kamar mandi dalam di kamar Dara, jadi Nio harus keluar dari kamar dan pergi ke kamar mandi bersama yang letaknya di belakang, dekat dengan dapur dan pintu keluar menuju teras belakang.
Dara membuka lemari pakaiannya, tersenyum. Sudah dia duga, ada saja akal bulus keluarganya. Semua pakaian Dara mendadak lenyap, digantikan lingerie seksi berjaring-jaring dengan aneka warna. Entah kapan mereka membelinya.
'Untung gue udah antisipasi. Kalian pikir gue bakal kelabakan karena enggak ada baju, terus akhirnya nurut pake baju ginian? Oh, tidak semudah itu Ferguso~'
Dara menutup kembali lemari pakaiannya dan beranjak menuju meja belajar. Di salah satu laci, dia sudah menyembunyikan sebuah daster berwarna putih dengan motif bunga besar berwarna hitam. Daster itu punya kerut di bagian dadanya, jadi kelihatan fit body di bagian atas. Tapi, bagian bawahnya agak lebar. Panjangnya juga melewati lutut, jadi aman dan tidak akan mengundang syahwat lelaki.
Begitu pikir Dara.
Selesai berganti pakaian dan menyisir rambutnya, Dara beranjak ke ranjang. Ranjang itu sudah disulap sedemikian rupa untuk malam pengantinnya. Dara tidak mengerti, bukankah keluarganya tahu bagaimana pernikahannya ini bisa terjadi? Jadi kenapa mereka masih efforts luar biasa untuk memberikan malam pengantin tak terlupakan bagi keduanya?
Sambil mencak-mencak, dia mengambil beberapa bantal guling dan menyusunnya di tengah-tengah ranjang.
Nio kembali dari kamar mandi tak lama kemudian. Dia melihat istrinya yang sedang sibuk sendiri diatas ranjang.
"Kamu ngapain, Sayang?" tanyanya.
Dara menoleh. Suaminya itu hanya memakai handuk di pinggang, dengan rambut yang masih basah. Dara secara otomatis mengangkat kedua tangannya untuk menutupi mata.
"Oom kok enggak pakai baju???" tanyanya.
Kedua jari telunjuknya merenggang. Otomatis, Dara bisa melirik otot-otot seksi milik suaminya.
'Wah gila. Kok keliatan enak gitu, ya, roti sobeknya?' batin gadis itu.
Nio yang melihat itu terkekeh pelan. Menggemaskan. Wanita di hadapannya ini istrinya siapa, sih?
Oh, benar juga. Dia kan istrinya Nio. Hihi.
"Kenapa, Sayang? Daripada nanggung gitu lihatnya, mending turunin aja tangannya." goda pria itu.
Dara masih berusaha menolak.
"Emoh, ah. Oom pakai baju, sana!" perintahnya.
Dia berbalik badan, kembali merapikan bantal guling di tengah-tengah ranjang.
Nio tersenyum miring melihat itu.
"Kamu ngapain sih, hm?" tanyanya lagi.
Dara tidak menoleh ke belakang, tapi dia tetap menjawab pertanyaannya.
"Ya kan kita tidur di rumah orang tua gue malam ini. Jadi terpaksa harus tidur sekamar malam ini. Mana enggak ada sofa atau tikar, lagi. Jadi kita bagi ranjang. Oom disebelah sana, gue di sebelah sini. Bantal guling jadi pembatas. Enggak boleh curang, ya! Apalagi sampai melewati batas." kata Dara.
"Hm..." gumam pria itu, "Memangnya, ada pasal dimana saya enggak boleh nyentuh kamu?" tanyanya lagi.
Dara akhirnya menoleh. Dia melihat suaminya itu perlahan berjalan mendekat dengan senyum yang terlihat aneh.
"Woi, mau ngapain?!" paniknya, "Kan waktu itu kita udah janji enggak akan ngapa-ngapain!"
Nio tidak mendengarkan. Dia tetap naik ke atas ranjang, menjatuhkan Dara di bawahnya. Kedua lengan kekarnya berada di kanan dan kiri kepala Dara, mengungkungnya agar gadis itu tidak bisa kabur ke mana-mana.
"Iya, saya dengar kamu bicara hari itu," suara Nio terdengar rendah, "Tapi, memangnya saya bilang 'Ya' untuk enggak sentuh kamu?" katanya, "Dan lagi, memangnya ada hitam diatas putih yang kita buat mengenai hal itu?"
Nio meniup pelan telinga kiri istrinya, membuat bulu kuduk gadis itu langsung meremang.
"Om, jangan gila!" desis Dara.
Nio tersenyum lagi.
"Katanya... kalau istri menolak suami, para malaikat bakal melaknat istri tersebut sampai subuh, loh." bisiknya lagi di telinga Dara, "Memangnya... kamu mau dilaknat malaikat?"
Dara menelan ludah. Ini sih serangan mental, namanya!
Belum sempat gadis itu melawan ucapannya, tiba-tiba saja Nio sudah duduk dengan kedua kaki yang masih mengangkangi Dara--- menahannya agar tidak bisa kabur. Dia melepas handuk di pinggangnya, membuat Mata Dara melotot seketika saat melihat sesuatu yang tersembunyi disana.
"Ge-Gede banget, Om." cicit gadis itu, syok.
Nio hanya tersenyum.
"Cuma buat kamu, Sayang." katanya.
Acha yang sedang duduk di ruang tamu--- dekat dengan kamar Dara, menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Dia sepertinya mendengar suara dinding yang dipukul-pukul, entah darimana asalnya. Kepalanya kemudian menengok ke arah luar rumah, dimana Papanya Dara dan beberapa rekan keluarganya sedang karaoke bersama setelah resepsi pernikahan tadi.
"CENDOL DAWET! CENDOL DAWET SEGEEER! TAK GENTAK GENTAK LOOOOSSS! TAK GENTAK GENTAK LOOOOSSS!"
Acha akhirnya memilih untuk kembali duduk di tikar ruang tamu tadi.
"Dari luar mungkin, ya?" pikirnya.
***
Nah, loh. Suara apa itu 😂🤣
Isi sendiri, ya. Soalnya authornya masih polos. Wkwkwkwk 🤣
Jangan lupa like, komen, dan subscribenya, kakak-kakak semua~
See you tomorrow~
btw, Dar kuatin punggung lu aja ya, pria umur segitu masih ke itung muda. 🤣
ga semua sih cuma seuprit laki laki