Cita-cita adalah hal mutlak yang harus dicapai. Sedangkan, prinsipnya dalam bekerja adalah mengabdi. Namun sebagai gadis miskin tanpa pendidikan penuh ini — pantaskah Meera menjadi sasaran orang-orang yang mengatakan bahwa 'menjadi simpanan adalah keberuntungan'?
Sungguh ... terlahir cantik dengan hidup sebagai kalangan bawah. Haruskah ... cara terbaik untuk lepas dari jeratan kemalangan serta menggapai apa yang diimpi-impikan — dirinya harus rela menjadi simpanan pria kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sintaprnms_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24 : Menjadi Pusat Perhatian.
...24 : Menjadi Pusat Perhatian....
Lega.
Meera telah melepas gaun, melepas tatanan rambut dan segala aksesoris lain. Sekarang matanya melihat pada ponsel. 21.47 WIB. Hampir jam sepuluh malam, dan beruntung pihak dari Opera memberikan tempat menginap semacam … Hotel? Atau Penginapan Bersama? Entahlah apa itu. Tempatnya tidak jauh dari Gedung Opera.
Meera menginap bersama dengan pemeran lainnya. Namun tidak bergerombol, sendiri-sendiri — ah, tidak — hanya Meera sendiri. Lainnya bersama-sama. Ia berpikir, apakah ini perlakuan khusus untuk pemeran utama?
“Kak Meera.”
Suara dari luar kamar, berasal dari seorang gadis yang berperan sebagai Adiknya. “Ya?”
“Selamat ya! Kayaknya, Kakak bakalan di lirik sama Produser Film hebat.” Gadis itu menatap ke langit-langit kamar, dengan tangan bergerak ke sana sini, mempraktekkan siapa orang yang disebut itu. “Gan Tarak. Kakak tahu nggak? Keluarga mereka, hampir seluruhnya orang-orang film. Bahkan ada yang pernah direkrut menjadi Editor Bollywood. Ya nggak salah juga sih ...”
Apa?
“Kak Meera tadi lihat Anthony-Anthony itu, kan? Perawakannya tinggi, kulit cokelat, brewokan gitu-gitu lah khas orang sana. Orang India, Kak. Denger-denger sih keturunan campuran dia,” sambung gadis itu.
Meera mengangguk paham. “Oh gitu …”
“Iya, Kak. Aku harap sih Kak Meera nggak nolak ya kalau Anthony itu ngajak kerja sama. Soalnya dia jarang banget ngelirik atau ngambil aktris dari Opera-Opera gini. Dan Kakak beruntung, dia bisa setertarik itu sama Kakak”
Sekali lagi Meera mengangguk. “Ya, Insya Allah. Kalau cocok mungkin aku terima tawarannya.”
3 hari sudah terakhir menginap di Panti Asuhan. Abhimana berencana mengajak Safiya dan beberapa bocah — termasuk anak Gus Jafar, untuk menonton bioskop. Anggap saja ini salam perpisahan. Dan untungnya orang-orang dengan tingkat agama yang cukup tinggi seperti mereka, bukan lah orang yang kolot. Sebab Abhimana lihat-lihat, banyak sekali pemuka agama yang berkedok bla-bla-bla, melarang ini dan itu. Namun berakhir menghamili anak perempuan orang.
Sialan. Memuakan.
“Ke Mall besar yang ada di Kota ya, Om?”
Abhimana mengangguk. Matanya fokus mencari rekomendasi film di X, dan belum sempat menemukan — ia mendapat berita yang … sedikit membuatnya kesal. Di sana ada hastag #GanTarak entah kerasukan apa, ia menekan dan melihat semua berita.
Cewek di foto ini … Abhimana memperbesar gambar, ia seperti mengenali wanita di foto. Dibalut gaun putih era bangsawan eropa, tubuh yang … ah, sial — ya, tubuh yang proporsional lah! Dan … oh astaga, bagaimana bisa seorang fotografer menangkap paras cantik Meera dengan senyuman manis yang memikat setiap mata?!
Bisa gila gue …
Ya, wanita di berita, yang sedang ramai di kalangan orang-orang penyuka Opera adalah Meera. Meera Larasati, pelayannya!
Dan Anthony Gan Tarak. Pria itu — memang suka sekali memburu wanita cantik. Meskipun memiliki keahlian dibidang perfilman, Abhimana kurang meyakini bahwa Gan Tarak satu itu adalah pria yang waras.
Ini yang kamu mau kan, Ra? Impianmu kan, Ra? Menjadi pusat perhatian orang-orang, batin Abhimana yang tanpa sadar mengetatkan rahang. Dirinya … membenci Gan Tarak!
“Om?”
“Om Abhi?”
“Ndak jadi nonton ya, Om?”
“Om Bhi lihat apa, Om?”
Suara-suara anak kecil itu menyadarkannya pada dunia. Sial. Ia menjadi hilang fokus. Ternyata bukan hanya tampil di Teater, Meera juga memulai debut di Panggung Opera.
“Ada banyak. Ada Movie Upin Upin, Disney, terus apa ya ini …” Abhimana berusaha kembali fokus, menjelaskan beberapa film yang cocok ditonton anak-anak. “Banyak. Kita langsung berangkat aja. Tapi sebelum itu, kita makan dulu. Om ajak makan Ayam Krispi kesukaan kalian.”
“Horeeeee! Ayo, Om! Ayo!”
“Meera … serius ini kamu? Di foto ini kamu? Sumpah! cocok banget rambutmu di curly gini!"
“Nduk ayu tenan toh (Nak, cantik banget loh)”
“Gila, Meera! Cantik banget kamu disini! Apalagi foto ini, yang kamu senyum kelihatan gigi. Unreal banget!”
"Bajunya cocok banget sama kamu!"
Sekali lagi, sepulang dari penginapan itu — orang-orang yang termasuk pekerja di Villa memuja-muji penampilannya.
Meera benar-benar tidak berpikir akan menjadi pusat perhatian. Maksudnya semacam … ia suka berakting, ia suka mengasah dan menampilkan bakat di khalayak ramai demi kesenangan diri, bukan semata-mata untuk pujian berlebih.
Lika mendekat. “Kalau beneran direkrut Gan Tarak jadi pemain film. Kamu … bakalan keluar dari Villa, ya?”
Meera mencoba fokus mencuci piring dengan menjawab, “Aku nggak berharap apa-apa dari penampilanku ini sih, Ka. Alhamdulillah bisa nyenengin yang nonton dan dapat upah besar. Perkara dapat tawaran atau enggak, aku sih nggak terlalu — mau, sebenarnya. Aku mending jadi pemain teater biasa aja, nggak mau merangkak ke dunia perfilman. Jadi ya ... kemungkinan aku tetep kerja juga di Villa."
“Loh! Jangan gitu! Ini peluang besar Meera!” Seruan berasal dari Risa. “Kamu bisa mengangkat derajat kamu dengan tawaran itu, tauk! Kamu emang mau? Seumur hidup habisin waktumu kerja di Villa yang gajinya cuma segitu-gitu aja?”
Plop. Gemericik air keran berhenti terdengar. Meera mengambil kain dan mengeringkan tangan yang basah. Lalu menatap Risa dan Lika bergantian.
“Setiap tahun, gaji kita dinaikan. Cukup nggak cukup itu masalah life style kita aja. Toh semuanya termasuk makan kita pagi, siang, sore dan malam ditanggung sama Tuan. Dan letak segitu-gitu aja itu dimananya? Kamu aja, Sa — yang kurang bersyukur.”
Risa mengangkat tangan. “Oke. Aku setuju semua kehidupan kita sehari-hari ditanggung Tuan. Tapi kesempatan itu Ra, nggak pernah datang kedua kali.”
Meera mengangguk. “Ya, bener. Dan aku pun juga punya hak buat milih.”
“Lagi pula, mimpiku itu jadi aktris teater, yang dikenal karena bakat,” sambung Meera.
Benar.
Yang dikatakan oleh Risa adalah kebenaran. Dengan direkrutnya ia menjadi pemain film, mungkin hidup akan lebih baik, semua inginnya akan tercapai. Mungkin juga, ia bisa membantu Kak Seno dalam mengembangkan usaha baru.
Tetapi menjadi terkenal, memiliki banyak resiko. Contoh besar adalah kehidupan miliknya bukan lagi menjadi pribadi. Jelas saja — setiap mata akan menyorot, memberitakan baik buruk keadaan yang terkadang pun tak sesuai dengan kenyataan.
Bimbang. Sungguh, bimbang.
Ia bersyukur mimpi menjadi nyata, bukan seperti yang dikatakan teman-teman dulu. Bahwa ia akan berakhir menikahi pria kaya dan menjadi gundik semata.
Dan sekarang uang bukan lah masalah. Namun waktu dan ketenangan adalah hal yang akan dipertaruhkan jika ia memilih menerima tawaran dari pria Gan Tarak itu. Belum juga, bagaimana pandangan Tuan Abhimana? Jika akhirnya ia memilih meninggalkan Villa setelah menghabiskan sisa-sisa hidupnya dulu di sini?
Meera tiba-tiba berdiri. Diurungkan sudah untuk tidur, memilih keluar kamar dan menuju ke kamar Mah Lilin, demi meminta solusi.
“Mah …”
“Nduk.” Mah Lilin menyambut. Beliau menepuk ranjang samping. “Duduk, Nduk. Ada apa toh?”
Haaa … Meera menghela napas panjang. Paha Mah Lilin dijadikan bantal kepala, karena entah bagaimana … rasanya ia membutuhkan berbaring di sisi wanita tua ini — yang sudah dianggap sebagai Ibu sendiri.
“Mah …”
“Dalem, Nduk?”
Tangan Meera mencengkeram baju panjang yang dipakai. “Kalau ... akhirnya aku milih ninggalin Villa. Apa aku … kelihatan kayak orang — yang nggak tahu diri? ... Orang yang nggak tahu — terimakasih, juga ?”
...[tbc]...
1093 kata, Kak. Jangan lupa tekan like, vote dan komentar yaaa. 🤍
Hidup ini pilihan, Ra.
btw abhimata kocak banget si😂, cocok nih iya sama lu nai, jodoin bhi mereka, btw lagi udah akrab banget lagi sama dahayu romannya🤭
pesannya, yg nerimah sama faham beda ya bi🤭
btw iya juga ya, gak mungkin juga kan langsung jatuh cinta, untuk yg setara juga gak selalu apalagi ini beda kasta,, selalu menarik cerita KA Sinta😊, ok KA Sinta lanjut, penarikan ini jalan cerita bakal gimana,
ini demam kecapean+liat Meera kembenan🤦🤣
btw bhi baju begitu malah lucu bagus Anggunly, estetik, dan syantik 🥰 KA Shinta banget ini mah🤭
Abhimana semangat makin susah ini romannya buat deketin kalo begini ceritanya 🤭
tapi kita liat KA Shinta suka ada aja jalannya🤭😅