LIHAT AKU DISINI

Malam ini aku dan panitia lainnya membahas strategi untuk jurit malam nanti. Selesainya semua panitia kembali ke tenda, namun ada juga yang tetap berada disekitaran api unggun. Aku berjalan menjauh untuk menikmati langit malam.

"hey.." Sapa Arfan.

"ngga masuk ke tenda ? Ngga mau tidur dulu sebentar ?" Tanyanya.

"ngga bakal bisa tidur kayanya."

"jangan maksain, kalo capek istrirahat dulu meskipun sebentar." Jelas Arfan.

"fan.."

"hem..?"

"sorry ya kalo lo masih banyak mendengar tentang gue sama reska." Ucapku.

"kenapa minta maaf ?"

"setiap orang itu pasti punya kisah, punya cerita sampai detik ini , sampai dia bertemu dengan orang yang baru. Gue ngga peduli bagaimana lo dengan reska dulu. Lo yang saat ini akan membuat kisah baru bersama gue, gue ngga akan ngebiarin reska ngeganggu lo. Tapi gue juga ngga akan ngelarang lo buat tetap berteman baik dengan reska. Itu hak lo." Jelasnya.

Aku memeluknya.

"fan, gue ngga tau gimana lo bisa menata hati lo dengan tenang. Gue cuma berharap gue ngga akan pernah ngecewain lo dan ngehancurin kepercayaan lo ke gue." Ucapku.

"laury.. Gue percaya sepenuhnya sama lo." balasnya sambil mengelus rambut panjangku.

Waktu jurit malam tiba, semua peserta telah berkumpul di halaman dengan barisan kelompok masing - masing. Banyak mata yang masih mengantuk, mulut yang terbuka lebar untuk menguap. Namun hari ini adalah hari kemandirian mereka, mereka harus siap kapan pun dan dimanapun.

"setiap 15 menit, kelompok lain akan menyusul di belakang. Kalian hanya dibekalkan 2 lampu senter untuk ketua di paling depan dan barisan paling belakang. Peralatan sholat dan sikat gigi dan sabun cuci muka harus sudah disimpan di ransel kecil kalian." Jelas Arfan.

"kalian akan menemukan 3 pos yang akan di jaga oleh panitia dan akan sampai dipos ke 4 yaitu mushola. Disana sudah ada bu vira dan guru lain nya juga beberapa panitia. Ikuti tanda tali merah putih yang sudah panitia ikatkan dipohon dan juga beberapa tanda panah. Selalu ingat, jaga keamanan dan keselamatan diri kalian masing- masing dan jangan lupa kerja sama tim." Lanjutnya.

"kita mulai perjalanan malam ini dengan membaca Basmalah bersama- sama."

"bismillahirrohmanirrohim."

"dan akan dimulai oleh kelompok ayam jago."

"Reska dan risky jadi penanggung jawab tim ayam jago. Awasin mereka dari belakang ya." Ucap Arfan.

Reska tak menjawabnya dan hanya menatapku kesal sambil mengikuti ayam jago dengan menjaga jarak.

Semua tim sudah dikirim berjalan dengan penanggung jawab 2 panitia. Aku dan Arfan mendampingi kelompok terakhir.

Disetiap pos, mereka akan menerima perintah ataupun tugas sesuai yang telah ditentukan atau yang mereka akan pilih.

Di pos 1 ada : Nada , Farhan , Gina dan Aldo.

Tugas di pos 1 adalah menghafal kalimat yang akan dibawa hingga ke pos terakhir. Ada 3 amplop berisikan kalimat yang akan dipilih untuk dihafal hingga ke pos terakhir.

"jun juna jun jumpalitan jam berputar jangan julid jailin teman"

"deai ga areba wakare mo zettai aru" (jika ada pertemuan pasti ada perpisahan.

"pukul bakul - bakul dipinggul pakai pacul dengan betul"

Di pos 2 ada : Raihan , Imam , Lucy dan Nuha.

Tugas di pos 2 adalah mengulang kembali kalimat dari pos 1 sebagai kata sandi, jika tidak hafal mereka akan ditahan hingga benar menyebutkan kata sandi yang mereka bawa. Tugasnya adalah : Tentang solidaritas dan kekompakan tim.

"siapa yang akan kalian kirim untuk berjalan sendiri menuju pos selanjutnya?"

Aku yakin akan ada banyak cerita dari mulut mereka untuk malam ini. Dan akan ada banyak tulisan juga tentang hatiku yang sedang berdebar karena terus bersama dengan Arfan, yang saat ini menjadi kekasihku.

Sepanjang perjalanan, Arfan terus menggenggam tanganku. Aku mendampingi kelompok beringin, kelompok yang menjadi jembatan untuk kisah ku dengan Arfan. Sepertinya aku berjodoh dengan beringin.

"ya ampun kaa.. Ini bahasa apaan ? Gimana kita ngafalinnya .. ?" keluh mereka saat sampai di pos 1 dan mendapat kalimat jepang untul di hafalnya.

"ngga usah banyak ngeluh. Kalian ada disini untuk menunjukkan sikap siap dalam keadaan apapun." Ucap Aldo.

"saya kasih waktu 5 menit untuk membaca dan 5 menit untuk mengulang tanpa melihat." Ucap Nada.

"deai ga areba wakare mo zettai aru." bacanya bersama- sama.

"lu yang bener napa bacanya." ucapnya.

"ya ini juga lagi usaha."

"buru jangan berdebat. Waktu kalian terus berjalan." Ucap Lucy.

"enak ye , sambil pacaran." Ledek Farhan.

"ya nanti juga ngerasain lo sama nuha. Udah sampe mana tuh perkembangannya ?" Balasku.

"yah , gitu- gitu aja deh. Susah dideketinnya."

"kurang berarti usaha lo. Nih si paling susah akhirnya luluh juga." Ledek Arfan kepadaku.

"oke nanti gue belajar sama lo suhu." ledeknya.

"oke cukup !. Sekarang ulangin sendiri- sendiri." Ucap Farhan.

"da ai ga kareba wakari mo zattai aru." ucap ketua.

"salah !. Kamu ketua nya ?" Tanya Lucy.

"iya , ka."

"ketuanya ajah ngga hafal. Gimana sih." ucap Nada.

"lanjut." Nada.

"da ai ga areba wakare mo zettai aru."

"tau salahnya dimana ?" Tanya Lucy.

Dia menggelengkan kepalanya.

"dengerin semua. De ai .. Bukan da ai. Deai ga .. areba .. wakare.. Bukan kari. mo zettai , bukan zatai. Mo zettai aru." Jelas Lucy.

"siap ka." Sahut mereka lantang.

Dan akhirnya mereka bisa melafalkannya dengan benar dan berjalan lanjut hingga pos terakhir dan berkumpul di mushola. Arfan bersiap melepas jaketnya untuk berwudhu. Tiba- tiba Reska kembali datang dengan permintaan yang sama.

"gue mau ngomong sama lo." Ucapnya di hadapanku.

"udah mau subuh, res." Balasku.

"aku duluan ya." Ucap Arfan sambil menitipkan jaketnya kepadaku.

"oke. Sebentar." Aku memenuhi permintaannya.

"lo jadian sama dia ?" Tanyanya.

"hem." Jawabku sambil menganggukkan kepala.

"gue udah kasih tau sama lo, dia bukan cowok baik-baik." Tegasnya.

"terus menurut lo, seperti apa cowok yang baik itu ?" Tanyaku.

"gue tau bagaimana kiky dibelakang lo, tapi gue ngga pernah ngelarang lo untuk deket sama dia. Gue ngga pernah ngejelekin dia didepan lo." Ucapku.

"ges, gue kasih tau sama lo. Lo punya hak untuk bilang apapun ke gue tanpa terkecuali." Tegasnya, sambil memegang kedua lengan atasku.

"res, ini bukan waktu yang tepat buat kita ngobrol hal ini. Please, nikmatin kegiatan kita saat ini. Setelahnya kan kita tetep bisa ngobrol banyak hal, res." Jelasku.

"okeh. Kita bicarain ini dirumah lo." Tegas Reska.

"okey." Sahutku sambil mengusap lengan atas Reska dan meninggalkannya.

Aku melihat Reska yang masih resah diraut wajahnya. Tapi saat ini, kamu bukan prioritasku lagi, res. Aku sudah cukup mengabaikan Arfan hanya untuk bertahan denganmu tanpa kepastian. Saat ini biar kita berjalan dimasing- masing jalur yang telah kita pilih. Aku bersama Arfan dan kamu bersama dengan Risky. Aku rasa itu cukup untuk kita berdamai pada perasaan didalam hati kita.

.

.

.